119 results found with an empty search
- Alumni Muda di tengah Pandemi: “You are the potter, I am the clay"
Perjalanan menjadi dokter memang tidak mudah. Di akhir pendidikan yang 6,5 tahun itu, setelah lelah menjawab pertanyaan “kamu kapan lulus?”, akhirnya tahu bahwa pertanyaan “habis ini kamu mau apa?” lebih menakutkan daripada pertanyaan yang menjemukan hati tadi. Akhirnya kita berhadapan dengan pilihan dan persimpangan hidup yang seperti tiada habisnya. Mau bekerja? Mau magang? Mau menikah? Bekerja di mana? Bekerja sebagai apa (kedokteran ternyata tidak hanya sebagai klinisi/spesialis)? Mempersiapkan sekolah lanjutan apa? Sekolah di mana? Dan lain-lain. Dan di saat kita berpikir semuanya tergantung pada kita dan usaha kita, Allah hadir dan menyatakan diri-Nya sebagai: Allah. Dan, saya mulai menyadari, hidup ini sesungguhnya bukan tentang memilih, tapi berespon. Sebagai lulusan muda, wajar jika ambisius merencanakan masa depan. Namun percayalah bahwa Allah senantiasa menuntun langkah hidup anak-anak-Nya. Jika kita tidak bisa bekerja di “tempat kerja idaman” , tidak apa-apa, karena tidak ada satu tempat kerja yang paling ideal; tidak ada satu tempat kerja yang paling tepat. Di mana pun Tuhan menempatkan kita saat ini, itulah tempat yang tepat bagi kita. Itulah tempat di mana Tuhan mengutus kita untuk bekerja bersama-Nya. Dengan segala kesulitan dan tantangan yang kita hadapi, dengan segala “ketidaksempurnaan”nya, situasi dan kondisi itu yang Tuhan pakai untuk membentuk kita untuk semakin serupa Dia. Bukan tentang pilihan mana yang paling benar, tapi apakah kita menjalaninya dengan sikap hati yang benar. Bagi para alumni muda, masa transisi ke dunia kerja bukan hal yang mudah. Tidak jarang kita diperhadapkan dengan kesulitan moral, etika, juga intelektual. Saat sekolah, kita hanya fokus mempelajari apa yang benar. Namun di dunia kerja sering kali kita diperhadapkan dengan kondisi yang mempertanyakan: apa yang sungguh-sungguh benar. Kita membutuhkan komunitas untuk menghadapi kesulitan realita dunia kerja. Namun inilah realita dunia, di mana Tuhan menempatkan kita untuk bekerja bagi-Nya. Bagaimana kita menjalankan peran kita sebagai anak-anak-Nya di tengah dunia yang berdosa ini? Pertanyaan besar ini, tidak untuk dijawab seorang diri. Allah memanggil gereja-Nya, orang Kristen tidak dimaksudkan untuk bekerja soliter. Orang Kristen membutuhkan komunitas untuk bergumul bersama, bertumbuh bersama. Di tengah pandemi Covid-19 bergereja menjadi prioritas kesekian. Banyak hal yang terdampak, dan banyak yang mengeluh ketika mereka tidak lagi dapat bekerja, mencari nafkah, pergi makan keluar, travelling, atau bahkan sekadar bertemu kawan lama. Namun adakah yang mengeluh karena kita tidak lagi dapat beribadah? Pandemi ini secara tidak langsung Tuhan pakai untuk menyatakan ilah-ilah dalam hati kita. Apa yang paling kita takutkan untuk kehilangan? Apa yang kita anggap penting dan harus diperjuangkan? Jarang ada orang, bahkan dikalangan Kristen sekalipun, yang sungguh-sungguh menganggap serius pertumbuhan imannya. Ironis ketika melihat kita berani keluar untuk sekadar ngafe, atau memikul risiko besar ketika memeriksa pasien covid dengan dalih “ini pekerjaanku” (yang bukan salah pada dirinya sendiri, namun bukan menjadi inti poin kita kali ini), namun datang ke gereja beribadah menjadi hal yang seakan haram. Padahal dampak ibadah terhadap kehidupan seorang Kristen begitu sentral dan krusial. Saya sendiri merasakan ketika gereja lokal ditutup, begitu cepat rohani saya menjadi kering. Begitu mudah untuk disilaukan dengan kemuliaan semu dunia ini. Dan begitu dahsyat dampaknya dalam pekerjaan saya. Pemahaman serta kedekatan relasi kita dengan Allah menjadi poros dalam berputarnya roda kehidupan kita. Ketika poros bergeser, roda tidak mampu berputar dengan semestinya. Setiap masa hidup ada kesulitan tersendiri. Untuk seorang muda, masa yang krusial untuk menetapkan Allah yang sejati dalam diri kita. Saat-saat membangun masa depan, pertanyaannya masa depan seperti apa yang kita rancangkan? Pergumulan kita ini, untuk kepentingan sendiri? Atau untuk kerajaan-Nya? Mari bertanya kembali pada diri sendiri, apa yang menjadi kesenangan hati kita? Apa yang menjadi kerinduan hati kita? Mari cintai Dia kembali dengan sepenuh hati kita. Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! (Pengkotbah 11:9) *Penulis saat ini bekerja dan melayani di RS Bethesda Serukam
- Peran dan Doa yang Indah: Eksposisi Efesus 3
Dari surat Paulus dalam Efesus 3 ini, paling tidak kita bisa belajar dua hal yaitu tentang peran dan doa yang indah. 1. Peran yang istimewa (ay 1-13) Pada bagian ini, Paulus memperkenalkan dirinya dan menjelaskan perannya yang indah nan istimewa dalam rencana Allah bagi non -Yahudi. Ia menyebut dirinya orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ia yakin bahwa seluruh hidupnya dikuasai Kristus, termasuk masa di penjara, karena ia memandang dirinya “tawanan Kristus” dan “hamba Kristus”. Tiga kali dalam perikop singkat ini Paulus bicara tentang “rahasia” (ayat 3,4 dan 9) dan dalam ayat 6. Paulus nampaknya menyamakan “rahasia” itu dengan “berita Injil”. Penyamaan rahasia dan pemberitaan Injil itu mempunyai arti khusus. Pada hakikatnya rahasia adalah kebenaran yang dinyatakan Allah kepada Paulus dan Injil adalah kebenaran yang diberitakan oleh Paulus. Paulus meyakini bahwa Injil dinyatakan kepadanya pada gilirannya dia wajib mengkomunikasikannya kepada orang lain. Paulus menalar perintah dan pelayanan yang dipercayakan kepadanya ini merupakan peran yang indah nan istimewa yang dianugerahkan kepadanya karena sesungguhnya dia merasa tidak layak sebagaimana diakuinya bahwa dia paling hina di antara segala orang kudus (ayat 8). Selanjutnya Paulus menjelaskan pelayanan memberitakan Injil itu dalam tiga tahap, yaitu: Memberitakan kekayaan Kristus yang tidak terduga kepada non Yahudi (ayat 8), Menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang berabad-abad tersembunyi dalam Allah yang menciptakan segala sesuatu (ayat 9); Memberitahukan hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga (ayat 10). 2. Doa yang Indah (ayat 14-21) Pada bagian ini Paulus memulainya dengan kalimat, “itulah sebabnya,…” hal ini memperlihatkan dasar Paulus berdoa sangat jelas yaitu karya Kristus yang mendamaikan dan pemahaman Paulus tentang karya tersebut. Selanjutnya Paulus berkata, “aku sujud kepada Bapa.” Biasanya, orang Yahudi berdiri bila berdoa tapi kali ini sujud, menunjukkan kekhususan atau semangat yang luar biasa. Berikutnya kita melihat isi doanya. Ia berdoa supaya para pembacanya dikuatkan oleh kehadiran Roh Kudus di dalam batin mereka; supaya mereka berakar serta berdasar di dalam kasih; supaya mereka memahami betapa besar kasih Kristus sekalipun itu melampaui segala pengetahuan dan supaya mereka dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Keempat permohonan Paulus diapit oleh keberadaan Allah dalam menjawab doa. Allah dapat melakukan, Dia bekerja, tidak malas atau non aktif. Allah dapat melakukan apa yang kita doakan, Ia mendengar dan menanggapi doa. Ia dapat melakukan apa yang kita pikirkan, karena Ia memahami pikiran kita bahkan apa yang kadang-kadang muncul ekstrim dalam benak kita, sehingga kita tidak berani memintanya. Allah dapat melakukan segala hal yang kita doakan atau pikirkan. Allah dapat melakukan lebih tinggi daripada yang kita mohonkan karena kehendak-Nya melampaui pengharapan kita. Allah dapat melakukan lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan karena Ia menyampaikan kasih-Nya kepada kita tanpa kalkulasi matematik atau hitung-hitungan. Dia sangat mengasihi kita karena itu Dia selalu memberikan kepada kita yang terbaik, lebih baik dari yang dapat kita pikirkan dan doakan. Refleksi Betapa bersyukurnya kita dipercayakan Injil-Nya. Mari kita hidupi peran yang indah nan istimewa sebagai pemberita Injil dengan tekun dan sukacita. Mari beritakan kebenaran Allah dan bagikan kekayaan Kristus. Mari kita hidupi doa yang indah, doa yang dilakukan dengan pengenalan yang benar akan Allah. Doa yang dijawab oleh-Nya melampaui dari apa yang kita doakan dan pikirkan. /stl Referensi: Donald Guthrie at all (1994). The New Bible Commentary, IVP London /Tafsiran Alkitab Masa Kini ,Yayasan Komunikasi Binakasih /OMF Jakarta Donald Guthrie, Handbook to the Bible Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, Kalam Hidup, Bandung Jhon R.W Stott (2000).The Messagr Of Ephesians The Bible Speak Today, IVP England/ Efesus, Yayasan Komunikasi Binakasih /OMF Jakarta Warren W W Outline and Comments, Calvary Baptist Church, Covington, Kentucky Warren W. Wiersbe (2001). Kaya di dalam Kristus. Tafsiran Surat Efesus, Yayasan Kalam Hidup, Bandung
- Modelling Grace in Workplace
Apakah kita membutuhkan kasih karunia dalam pekerjaan, apakah kasih karunia Allah cukup? Jawabannya: Ya! Selama bekerja di RSU Bethesda Serukam, saya telah menikmati kasih karunia demi kasih karunia. Bekerja di RS misi itu tidak hanya terpanggil, melainkan juga untuk mengalami kasih karunia. Panggilan Allah tentu penting karena menguatkan saat goyah dan sulit. Namun, kita juga melayani karena mengalami kasih karunia, penebusan dan pengampunan yang Tuhan berikan (Efesus 1:7) . Saya teringat, ketika Yesus menjelaskan kepada Simon orang Farisi mengapa dia tidak melayani atau memberi lebih dibandingkan seorang perempuan pendosa, karena sedikit yang dia rasakan akan arti pengampunan Allah (Lukas 7:36-50). Kalau kita memaknai pengampunan Allah, rasanya tidak ada yang terlalu mahal untuk diberikan atau ditinggalkan dalam melayani Tuhan. Saat menjadi PPDS, saya belajar di berbagai rumah sakit besar rujukan nasional dengan alat yang bagus dan canggih. Namun, saat kembali ke Serukam, saya harus bekerja dengan alat yang tertinggal dan kebanyakan bekas pakai. Alat rontgen pun sumbangan yang sudah tidak diproduksi lagi. Kesulitan dalam kalibrasi dan kalau rusak sulit diperbaiki serta petugas kalibrasi kadang kesulitan menemukan spesifikasi alat di rumah sakit misi karena sudah kuno. Mereka pun rutin berdoa supaya Tuhan pelihara alat-alat yang sudah tua tersebut. Namun, dalam keterbatasan itu, Tuhan terus bekerja. Diagnosis yang sulit dapat dibuat dan kesembuhan hanya anugerah Tuhan karena pasien tidak mau dikirim ke RS yang lebih lengkap. Tuhan memberikan hikmat untuk bekerja dengan alat yang terbatas. Kondisi ini memaksa kami untuk bergantung, bekerja dan berdoa kepada Tuhan. Seperti Musa, melukiskan hidup manusia yang kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan, namun melihat jejak kemurahan Tuhan yang memelihara dan meneguhkan setiap pekerjaan yang dilakukan (Mazmur 90: 10, 17). Seorang rekan kerja memberi alasan mengapa bekerja di Serukam, menurutnya, karena ingin mengalami hidup di dalam mujizat Allah. Mengalami hidup dalam kasih karunia Allah karena kesulitan membawa anak-anak-Nya meminta pada Bapa pemilik pelayanan. Pihak rumah sakit sendiri hampir jarang tanpa kesulitan operasional. Bahkan beberapa bulan ini tanpa spesialis anak dan interna, ada defisit yang besar tiap bulan, tetapi mengalami sukacita melihat pemeliharaan Allah sampai hari ini. Pernyataan Nabi Habakuk (Habakuk 3:17-19) mewakili perasaan dan iman kami untuk melihat masa depan dalam pergumulan masa kini RS misi dengan tantangan BPJS, era digital, serta kesulitan mendapatkan tenaga spesialis yang mau bekerja di pedalaman. Seorang hamba Tuhan mengatakan, rumah sakit misi Serukam tanpa orang-orang yang terpanggil suatu saat bisa menjadi monumen. Alumni pelayanan kampus pasti merasakan pelayanan yang dinamis dan menantang di masa mahasiswa. Namun, melayani di kampung beda warna, terasa bergerak lambat dan berhadapan dengan sumber daya manusia yang serba kurang. Nakes yang menjadi dosen di pedalaman akan mengeluh saat mengajarkan mahasiswa untuk kembali pada hal-hal dasar. Dalam situasi ini, Tuhan mengajarkan untuk melambat, sabar menerima keterbatasan orang-orang yang bekerja bersama. Melalui Zefanya 3:19-20, Tuhan mengingatkan saya, bahwa Ia memperbaharui dan memakai yang lemah dan pincang. Kelemahan dan keterbatasan manusia di tangan Tuhan disempurnakan dan dipulihkan. Hidup dalam keterbatasan adalah cara yang efektif untuk menunjukan Allah yang tidak terbatas dan belajar kesabaran Allah menghadapi kelemahan kita sendiri. Sebagai tenaga medis, pekerjaan rutin kita berhadapan dengan penderitaan dan kesakitan manusia. Kita butuh belas kasihan dan hati yang mengasihi. Rasanya tidak pernah berlayar di laut tenang, apalagi sambil menjaga hati tetap berbelas kasihan dan berbeban memberitakan Injil keselamatan. Ada Tuhan yang memulihkan dan menguatkan melalui kasih persaudaraan dan persahabatan. Kesatuan penting dalam pelayanan ini, seperti doa Kristus untuk murid-Nya agar menjadi satu supaya dunia percaya (Yohanes 17:21). Ternyata, bekerja jauh dari keluarga, mengajari saya, belajar membuka hati untuk melayani bersama keluarga dalam Kristus dan bertumbuh dalam kesatuan. Bagaimana RS misi tanpa dokter misionaris asing dan di era sekarang? Kadang masa keemasan generasi sebelumnya kita kenang dan banggakan. Rumah sakit misi Serukam pasti akan dibandingkan dan teringat jaman banyak dokter asing dulu bekerja. Selalu merasa kehilangan sosok dr. Wendell Geary yang menjadi teladan dan jejak pelayanan pada pasien-pasien maupun dokter yang pernah melayani bersama. Kita harus akui dari jaman ke jaman, terjadi banyak perbedaan dan kualitas pelayanan. Tampaknya tidak sebagus dan semegah dahulu. Saya belajar dari kitab Hagai, ketika Bait Allah dibangun zaman Salomo berbeda sekali hasil atau kualitas bangunan dengan pada zaman Zerubabel (Hagai 2:4). Namun, bukan pada hasil bangunannya, melainkan pada Allah yang sama yang memanggil, memberi mandat membangun, menyediakan segala sesuatunya, menguatkan dan yang menyertai. Ketaatan pada Tuhan dan mengerjakan segala sesuatu dalam pimpinan Tuhan serta standar-Nya, harus sama pada tiap generasi. Akhirnya, saya rasa bukan kita ada di RS mana dan seperti apa fasilitasnya; kebutuhannya atau keahlian kita, namun karena ketaatan kita pada panggilan Allah dan mengikut Dia dengan setia di tempat kita masing-masing. Bekerja dengan penyertaan, penguatan dari Tuhan dan mengalami kasih karunia sehingga bisa mengabarkan dan menjadi saluran kasih karunia. *Penulis bekerja sebagai dokter radiologi di RS Bethesda Serukam
- What’s so Amazing about Grace (Keajaiban Kasih Karunia)
Judul Buku: Penulis : Philip Yancey Penerbit : Omid Publishing House Halaman : 359 halaman Sebenarnya buku ini bukanlah buku baru. Sebagian dari kita mungkin masih ingat dengan cover terbitan sebelumnya. Nah, menyambut Paskah, buku best-seller ini kembali diangkat, karena, ini salah satu buku terbaik yang pernah berbicara tentang “kasih karunia”. Kasih karunia, sebuah kata yang paling merepresentasikan alasan mengapa Tuhan Yesus hadir, dan kata itu juga menjadi pusat Kekristenan. Namun orang Kristen malah kerap kali lupa menghidupi value dari kata ini dalam pekerjaan, percakapan, bahkan pelayanan sekalipun. Buku ini berisi banyak sekali kisah dan perenungan penulis mengenai kata yang ajaib ini. Dimulai dengan cerita-cerita yang sangat menyentuh tentang betapa kompleksnya Kasih Karunia Allah itu, diikuti dengan bagian-bagian yang menceritakan kisah orang-orang yang telah mencontoh Kristus dengan melakukan pengorbanan, pengampunan, dan keputusan yang menentang logika. Ada juga berbagai topik dan perdebatan antara kebenaran, penerimaan, dan kasih yang disajikan sebagai tantangan bagi para pembaca. Sebagai konsep yang memang tidak logis, kasih karunia membutuhkan penjelasan yang bisa diterima, baik oleh akal kita, maupun ketika kita ingin menceritakannya kepada orang lain. Bagaimana mungkin bisa ada sebuah pengampunan, bahkan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan? Apalagi secara cuma-cuma! Kalau semudah itu kita mendapatkan pengampunan, lalu silahkan saja berbuat dosa sepuasnya? Nah, bagian tengah dari buku ini menjadi sebuah jawaban yang dalam, jelas, dan memuaskan untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selain itu, buku ini sangatlah komprehensif. Pada bagian akhir, penulis mengajak kita menjadi bijak di tengah kehidupan; sistem; legalisme, yang mungkin miskin akan kasih. Bagaimana menjadi pelaku firman, tapi tidak terjebak dalam sikap menghakimi; menjadi pewarta kasih/garam dunia, tanpa perlu menjadi sama dengan dunia. Ya! Buku ini salah satu buku yang everlasting dan wajib untuk kita simak. Selamat membaca! /eab
- Karya yang Indah – Eksposisi Efesus 2
Dari surat Paulus dalam Efesus 2, kita bisa belajar karya Allah yang indah dan menakjubkan. Karya-Nya begitu nyata, khususnya dalam dua kondisi serius yang kita hadapi: Pertama, karya-Nya yang indah dalam menganugerahkan keselamatan kepada kita (Efesus 2:1-10) Pada bagian ini Paulus mengawali penjelasannya dengan membukakan betapa mengerikan dan menyedihkan kondisi segenap umat manusia yang belum mengalami karya penebusan-Nya. Dikatakannya kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Kondisi manusia mati, diperbudak, dan di bawah hukuman. Tetapi, karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah menghidupkan, membangkitkan dan memberikan tempat bagi kita bersama-sama dengan Kristus. Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah. Karena kasih karunia kamu diselamatkan, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kasih karunia Allah, kita diselamatkan melalui iman. Semuanya pemberian cuma-cuma dari Allah, bukan jasa kita, bukan hasil usaha kita atau upah karena perbuatan baik dan amal kita. Itu sebabnya tidak ada tempat bagi kemegahan manusia. Manusia mustahil mencapai keselamatan. Allahlah yang berprakarsa. Dan karena itu, kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Semua itu adalah karya-Nya. Dengan karya-Nya yang indah, terjadi perubahan yang hakiki dimana dahulu kita dijerat Iblis dan hidup dalam pelanggaran dan dosa, sekarang kita hidup dalam pekerjaan baik yang sejak dari keabadian telah direncanakan Allah supaya kita melakukan dan menghidupinya. Kedua, karya-Nya yang indah dalam mendamaikan dan mempersatukan kita (Efesus 2:11-22). Paulus mengemukakan riwayat hidup rohani pembaca suratnya yang non Yahudi dalam tiga tahapan, dimulai dari tahapan awal yaitu dahulu mereka jauh dari Allah dan umat-Nya. Lalu masuk tahapan kedua dimana melalui kematian di kayu salib, Kristus mendamaikan Yahudi dengan non Yahudi dan mendamaikan keduanya dengan Allah dan menciptakan manusia baru, berlanjut ke tahapan tiga sehingga tidak lagi jauh dari Allah, melainkan telah menjadi warga umat dan keluarga Allah. Paulus mengingatkan bahwa mereka pernah teralienasi atau terkucil dari Allah dan umat-Nya. Tetapi Kristus telah mati untuk mendamaikan mereka dengan Allah dan umat-Nya. Sekarang mereka bukan orang asing lagi, melainkan warga dari kerajaan Allah. Mereka menjadi anggota keluarga yang dikasihi-Nya. Dengan kata lain, dahulu mereka jauh terasing, kini telah didamaikan, dan Kristus telah membawa mereka ke dalam komunitas keluarga baru. Mari kita amati kondisi gereja saat ini, apa yang saudara temui dan alami? Apakah saudara menemukan kecamuk alienasi, perselisihan dan perpecahan? Bagaimana dengan praktik mengucilkan orang lain? Bagaimana dengan kendala struktur organisasi, rasisme, daerahisme, sukuisme, perseteruan pribadi akibat keangkuhan, prasangka, iri hati, ketidaksudian mengampuni, perbedaan status sosial, menganggap gereja sendiri adalah yang paling benar dan paling hebat sehingga terjebak ke dalam perangkap bidat, tidak mengindahkan kesatuan dan universalitas jemaat Kristus? Jika demikian keberadaan gereja tentu sangat mengecewakan-Nya dan sangat bertentangan dengan karya-Nya yang mendamaikan dan mempersatukan Selain itu, hal-hal tersebut tentu merusak citra jemaat yang ideal dan menjadi batu sandungan. Allah menginginkan umat-Nya menjadi model nyata dari keselamatan yang mendemonstrasikan dalam kehidupan nyata kabar baik tentang pendamaian dan rekonsiliasi. Allah menginginkan jemaat menjadi satu persekutuan yang utuh, akrab dan giat menghidupi firman-Nya sebagai dampak karya Kristus. Persekutuan yang demikian diharapkan mencolok sebagai ciri khas dan model dari komunitas keluarga baru yang terdiri dari orang-orang yang telah ditebus dan didamaikan serta yang mengasihi Allah dan saling mengasihi satu sama lainnya. Hal itu sejatinya dapat disaksikan oleh dunia ini, sehingga dengan demikian dunia ini akan tergerak untuk mempercayai Kristus dan memuliakan-Nya sebagaimana seharusnya. Refleksi Mari kita syukuri karya-Nya yang indah dan menakjubkan itu. Tetap kerjakan keselamatan yang telah dianugerahkan bagi kita dengan melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya dan menjalaninya dalam persekutuan dan kesatuan jemaat yang utuh demi kemuliaan-Nya. Referensi: Donald Guthrie at all, The New Bible Commentary, IVP London /Tafsiran Alkitab Masa Kini (1994), Yayasan Komunikasi Binakasih /OMF Jakarta Donald Guthrie, Handbook to the Bible Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, Kalam Hidup, Bandung John R.W Stott, The Messagr Of Ephesians The Bible Speak Today, IVP England/ Efesus, (2000), Yayasan Komunikasi Binakasih /OMF Jakarta Warren W W Outline and Comments, Calvary Baptist Church, Covington, Kentucky /stl
- Polusi Udara dan Pandemi Covid-19
Melalui pandemi Covid-19, masyarakat kini lebih sadar dan menaruh perhatian pada masalah kesehatan. Terkait sifat airborne Covid-19, kualitas udara menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam keseharian. Namun, seberapa familiar kita dengan dampak kualitas udara terhadap kesehatan manusia? Pastinya sudah kita sadari bahwa udara yang kita hirup dari waktu ke waktu akan berdampak pada kesehatan. Sayangnya, bahaya polusi udara seringkali terabaikan; mungkin kita anggap hal yang sudah biasa saja, toh tidak ada dampak akut yang dirasakan, dan juga rasanya apatis mengingat minimnya solusi nyata yang dapat diambil. Padahal, analisis Global Burden of Disease tahun 2019 menempatkan polusi udara sebagai bahaya lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia, sejajar dengan faktor risiko kesehatan lainnya seperti merokok dan diet tidak sehat. Lebih mengkhawatirkan lagi, terdapat disparitas beban polusi udara pada negara dengan indeks sosiodemografis menengah ke bawah. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh pesatnya laju perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang, disertai tingginya aktivitas manusia dan proses urbanisasi besar-besaran. Selain beban pajanan (exposure) yang lebih tinggi, populasi di negara berkembang juga lebih rentan karena situasi double dan triple burden of diseases. Akibatnya, polusi udara semakin eksis sebagai kontributor mortalitas dan morbiditas di negara-negara tersebut. Memangnya, seberapa serius sih masalah polusi udara dan bagaimana efeknya terhadap kesehatan manusia? Secara umum, WHO memperkirakan bahwa 9 dari 10 manusia terpapar udara dengan kadar polutan di atas ambang yang disarankan. Polusi udara pun berkontribusi terhadap 7 juta kematian prematur setiap tahunnya. Analisis dampak kesehatan polusi udara umumnya dikaitkan dengan penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, infeksi saluran napas bawah, dan kanker paru. International Agency for Research on Cancer mengklasifikasikan polusi udara sebagai IARC group 1 (karsinogenik bagi manusia). Dalam perkembangannya, polusi udara juga dikaitkan dengan outcome negatif dari kehamilan seperti kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, maupun penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe II dan Alzheimer’s. Dapat kita simpulkan bahwa polusi udara memiliki skala pajanan yang sangat luas dan menimbulkan efek negatif bagi seluruh kelompok populasi. Lebih jauh lagi, polusi udara juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi status kesehatan individu maupun populasi. Misalnya, keberadaan polutan di udara juga berkaitan dengan proses perubahan iklim dengan semua efek katastropiknya bagi kesehatan. Selain itu, polusi udara juga mempengaruhi perilaku kesehatan suatu komunitas, misalnya membuat masyarakat enggan untuk berolahraga atau melakukan aktivitas fisik di luar ruangan. Terkait Covid-19, banyak studi menunjukkan asosiasi antara polusi udara dan peningkatan transmisi, tingkat keparahan, dan mortalitas akibat Covid-19. Jangan lupa, polusi udara di dalam ruangan juga perlu diwaspadai dengan semakin panjangnya durasi kita berada di dalam ruangan disertai banyaknya aktivitas disinfeksi yang sudah menjadi rutinitas baru di masa pandemi. Pada akhirnya, solusi masalah polusi udara memang tidak berada di tangan individu. Sebagai praktisi kesehatan, bagian kita adalah menyadari besarnya risiko kesehatan yang ditimbulkan polusi udara. Dengan demikian, kita dapat memperhitungkan faktor risiko pasien dengan lebih komprehensif, menyampaikan komunikasi risiko dengan efektif, dan memberikan manajemen yang tepat sasaran. Lebih jauh lagi, berbekal scientific evidence, profesional medis dapat menjadi advokat bagi individu, komunitas, hingga skala yang lebih besar untuk perbaikan kualitas udara di masa yang akan datang. *) Penulis menyelesaikan studi di Occupational and Environmental Health di Monash University. Saat ini bekerja sebagai occupational health service provider di suatu perusahaan multinasional. /stl
- Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXII
KMdNM XXII tahun 2021 mengambil tema “Leaders After God’s Own Heart” yang dilaksanakan selama 4 hari, pada tanggal 29 Juli - 1 Agustus 2021 secara online melalui media Zoom maupun Youtube. Melalui KMdNM XXII, peserta mempelajari lebih dalam dari perjalanan hidup Daud. Yang terbagi dalam 3 eksposisi yang semuanya akan disampaikan oleh Pdt. Alex Nanlohy, S.Sos , MA. Melalui sesi Identity and Spirituality, peserta disegarkan kembali mengenai siapa diri mereka yang sebenarnya di hadapan Allah dan perspektif yang benar dalam Tuhan. Peserta juga belajar tentang spiritualitas Daud yang begitu kuat dalam iman dan penyerahan dirinya kepada Allah, bagaimana proses pembentukan spiritual leadership Daud, serta kerendahan hati dan kepemimpinan yang menantikan Allah sebelum bertindak Dalam sesi Struggles, Victories, and Pitfall peserta mempelajari perjuangan iman, kesabaran dan kerendahan hati Daud dalam menghadapi berbagai tantangan, memahami akar kejatuhan Daud ke dalam dosa dan pencobaan-pencobaan yang dapat membuatnya jatuh dalam dosa, sikap kerendahan hati Daud ketika ditegur Tuhan melalui nabi Nathan, bagaimana Daud belajar dari kesalahannya, mengalami pengampunan, dan taat menerima konsekuensi kesalahannya. Melalui sesi The Man After God’s Own Heart - Character of Servant Leader peserta belajar kedalaman relasi Daud dengan Tuhan, belajar untuk setia dan taat ditengah berbagai tantangan dalam proses pembentukan nya sebagai seorang pemimpin, dan arti kepemimpinan yang melayani. Selain itu, untuk membantu peserta mengaplikasikan firman yang didapat, terdapat sesi Talkshow/Pleno, tentang Pemuridan, Emotionally Healthy Leader, dan Panggilan. Selain itu, ada pula tujuh seminar pilihan yakni Urban Poor, Rural Mission/Mission Hospital, Dosen/Peneliti, Instansi Pem/NGO, Manajemen Instansi Kesehatan, Neglected People, dan Perawat, serta tujuh workshop yaitu Time Management & Financial Planning, Manajemen PMK, Pemuridan P1-P4, Konseling medis, Acara PMK yang kreatif, Medical Leadership and Team Work, Whole patient care yang akan dilakukan dalam recorded session sehingga dapat diakses melalui YouTube. Pada akhir setiap hari, peserta akan diberikan waktu untuk berdiskusi dan merenungkan firman yang diperoleh selama hari tersebut di dalam Small Group Discussion yang didampingi kakak-kakak alumni maupun staf Perkantas. KMdNM XXII merupakan KMdNM yang spesial karena merupakan KMDNM online pertama. Bagi panitia, KMdNM XXII pun begitu spesial karena perjalanan panjang yang ditempuh dalam persiapannya. Di pertengahan tahun 2019, panitia mempersiapkan untuk kamp secara offline di Semarang. Namun pandemi COVID-19 melanda sehingga persiapan dan pelaksanaan pun tertunda. Kendati demikian, terpujilah Tuhan yang menaruhkan kerinduan dan semangat pada kakak – kakak panitia pengarah dan teman – teman panitia pelaksana, hingga akhirnya KMdNM XXII online boleh terlaksana. Merupakan hal yang baru yang harus kita semua lalui, dimana masing – masing dari kami belum memiliki pengalaman mempersiapkan acara kamp secara online. Seiring berjalannya waktu dan persiapan yang terus kami lakukan, kami mendapat hal – hal baru juga untuk dipelajari. Masih banyak ruang untuk perbaikan untuk kamp yang akan datang. Kiranya Tuhan sendiri yang menyempurnakan apa yang telah dikerjakan sehingga KMdNM XXII dapat menjadi berkat bagi semua orang yang terlibat. Terima kasih, Tuhan Yesus Memberkati. /stl
- Lima Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Tenaga Medis
Pada masa pandemi Covid-19, tenaga medis menjadi garda depan menangani pasien Covid-19. Sebagai garda depan tenaga medis menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan yang bisa berdampak kepada kesehatan mentalnya. Prevalensi gangguan psikologis pada tenaga medis menjadi meningkat di masa pandemi covid-19 seperti gejala depresi, kecemasan, kemarahan, ketakutan, susah tidur dan stres.1 ,2 Pada studi melalui survei online terhadap 1461 tenaga medis di Indonesia terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker dan analisis laboratorium di 34 provinsi di Indonesia rentang Juni-Agustus 2020, dan hasilnya 82% alami burnout sedang dan 1 % burnout berat. (4 Burnout adalah sindrom atau sekelompok gejala yang disebabkan oleh stresor dan konflik di tempat kerja. Gejala burnout bisa berupa keletihan emosi, kehilangan empati dan berkurangnya rasa percaya diri. Burnout yang tidak diatasi dapat berdampak buruk pada kinerja tenaga medis dan berpengaruh pada kesehatan fisik dan juga mentalnya. (3 Departemen Psikiatri Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuat tips yang mudah diingat untuk mengatasi stres saat pandemi ini yang disingkat menjadi T- E- M –A- N: (4 Terima bahwa rasa tidak nyaman ini wajar dan akan berlalu Pada situasi yang tidak menentu ini perasaan cemas, takut dan tidak berdaya adalah wajar.Kita bisa mengelolah pikiran dan emosi itu dengan berpikir positif, latihan relaksasi, meditasi, mindfulness dan meningkatkan spiritual kita melalui saat teduh dan praise & worship. Efektifkan pola hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan tangan, olahraga, makan makanan bergizi, cukup tidur. Dokter perlu menjaga keseimbangan antara bekerja melayani masyarakat namun juga merawat diri, istirahat untuk mendapatkan pemulihan yang prima. Buat batasan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. (5 Mencari informasi terkait covid-19 hanya dari sumber terpercaya. Selalu usahakan mencari informasi dari sumber yang bisa dipercaya. Batasi 1-2 jam perhari menonton, melihat atau mendengar informasi seputar pandemi covid-19. Alihkan rasa cemas dengan aktivitas yang menyenangkan seperti baca buku, nonton, dengar musik dan lain-lain. Melakukan hal yang menyenangkan akan memicu pengeluaran hormon endorfin yang memicu perasaan positif, perasaan senang, nyaman sehingga membuat kita bersemangat dan hal ini baik untuk daya tahan tubuh kita juga. Nyatakan perasaan dan pikiran yang tidak nyaman kepada orang yang dapat membantu. Salah satu metode paling efektif untuk menghilangkan stres adalah mampu mengekspresikan diri kepada orang lain dan mengutarakan apa yang kita rasakan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang dan kapan COVID-19 akan berakhir, namun percaya hari esok ada ditangan-Nya. Zoom meeting dan sharing bersama teman persekutuan melalui video call, belajar pendalaman Alkitab bersama secara online dapat menjadi sarana untuk menjaga kesehatan mental kita dan menguatkan iman kita. Dengan demikian, kita akan terus siap dipakai Tuhan untuk melayani pasien dan masyarakat. *Penulis melayani sebagai psikiater di RSKD Duren Sawit Jakarta dan Rs St.Carolus Jakarta Referensi : Salari N,Khazaie H, Far A.H, et al. 2020.The prevalence of sleep disturbances among physician and nurse facing Covid_19 patient: a systematic review and meta-analysis. Globalization and Health. 16:92.http://doi.org/10.1186/s12992-020-00620 Chersich M,Gray G, Fairlie L.,et al.2020.Covid19 in Africa: care and protection for frontline healthcare workers.Globalization and Health.16:46.http://doi.org/10.1186/s12992-020-00574-3 CNN Indonesia.Studi 83 persen Nakes alami Burnout sedang sampai berat. 4 september 2020.www.cnnindonesia.com waktu akses 1 November 2020. Coping with stress. World Health Organization. www.who.int.com Teoh et all. 2020 Looking after doctors’ mental wellbeing during the covid19 pandemic.http://eprints.bbk.ac.uk/31471
- Kasih Dalam Hubungan Dokter-Pasien
Eksistensi profesi dokter telah ada sejak jaman pra-sejarah dengan pemanfaatan tanaman obat untuk mengobati gejala penyakit, berevolusi dengan munculnya prinsip humorisme, hingga melewati abad ke-19 dengan dasar teori mikroba dan bakteriologi. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat sejak abad ke-20, dunia kesehatan juga terus berkembang di tengah kehidupan manusia. Tidak hanya perkembangan dalam hal ilmu dan teknologi, eksistensi dan evolusi juga terjadi dalam hubungan dokter-pasien. Pada dasarnya profesi dokter sebagai pengabdian diwujudkan dalam bentuk hubungan dokter-pasien yang berlandaskan tolong-menolong. Hal tersebut didasari oleh Sumpah Hipokrates sebagai filosofi yang melandasi panggilan profesi dokter. Nilai yang dominan pada sumpah tersebut adalah altruisme, mendahulukan kepentingan orang lain dengan mengambil risiko bagi diri sendiri. Seorang dokter belajar dan membaktikan hidupnya untuk menolong orang lain. Dalam konteks mengasihi manusia, Tuhan Yesus menyatakan bahwa hukum kasih yang kedua adalah, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39). Selain itu, dalam hal menolong sesama, Tuhan Yesus juga memberikan kisah orang Samaria yang baik hati sebagai teladan kita untuk mengasihi sesama, bersedia mengasihi bahkan hingga memberikan harta pribadi untuk membiayai musuh yang terluka. Secara alami profesi dokter memiliki tantangan yang besar untuk menjadi lebih superior dibandingkan dengan pasien karena ilmu kesehatan yang dimiliki dan kebutuhan pasien yang menjumpai dokter untuk meminta pertolongan. Namun, pada perkembangannya kepentingan pasien dan transaksi bisnis (karena pasien merasa membayar untuk jasa yang ia terima) dapat menyebabkan posisi pasien menjadi lebih superior dibandingkan dengan dokter. Kedua kutub superior-inferior tersebut bukanlah kondisi ideal walaupun kenyataannya seringkali terjadi. Dalam hubungan dokter-pasien secara hukum berlaku prinsip Zaakwarneming, pasien menjumpai dokter untuk memperoleh pertolongan dan dokter memberikan pelayanan kesehatan sebagai upaya memberikan pertolongan pada pasien yang membutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan dokter-pasien dalam pelaksanaan layanan kesehatan lebih ditekankan pada proses yang terjadi dengan usaha yang sungguh-sungguh (inspanning verbintenis) dan bukan semata-mata dinilai dari hasil atau kesembuhan pasien (resultaat verbintenis). Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama antara dokter dan pasien. Kerjasama yang baik dapat dicapai dengan komunikasi yang baik antara dokter sebagai ahli di bidang kesehatan dan pasien sebagai penderita yang paham akan dirinya dan menginginkan kesembuhan. Bila dalam bidang hukum hubungan dokter-pasien merupakan suatu konstruk yang seimbang, sedikit berbeda dengan ajaran Tuhan Yesus yang menekankan kasih kepada sesama. Uniknya kasih tidak menempatkan orang yang memberi dalam posisi inferior, orang tidak memberi karena ia merasa tidak berdaya dan terpaksa memberi. Kasih juga tidak menempatkan orang yang memberi dalam posisi superior, kita tidak diajarkan untuk memberi karena kita memiliki kelebihan dan orang lain bergantung kepada kuasa kita. Kasih kepada sesama dituntut sebagai bentuk dari ungkapan syukur dan ketaatan kita terhadap penebusan Tuhan Yesus yang telah lebih dahulu mengasihi kita. Jadi, kasih tidak menyebabkan hubungan dokter-pasien menjadi superior-inferior, tetapi hubungan yang saling melengkapi antara pemberi-penerima sebagai satu tubuh Kristus. Artikel singkat ini mengantarkan kita pada sebuah konsep sederhana, tetapi menjadi dasar yang kuat dalam menjalani profesi dokter. Secara hukum hubungan dokter-pasien dilandaskan pada proses dengan usaha sungguh-sungguh, bukan semata-mata pada hasil atau kesembuhan pasien. Namun, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi dengan sungguh-sungguh bukan hanya karena dokter membaktikan hidupnya untuk orang lain, tetapi juga karena kasih Kristus yang telah lebih dahulu menebus dan menyelamatkan kita untuk bersekutu bersama orang lain sebagai satu tubuh. *) Penulis saat ini bekerja sebagai dokter manajerial di RS UKRIDA
- Kisah yang Indah – Eksposisi Efesus 1
Kisah yang indah dalam Efesus 1 ini dapat kita bagi menjadi tiga cerita indah. Cerita pertama tentang perkenalan Paulus dan penerima suratnya sampai kepada kita (Ayat 1-2). Penulis memulai suratnya dengan memperkenalkan dirinya: Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah. Bagian ini memberi kita pemahaman bahwa wibawanya sebagai pengajar adalah wibawa dari Kristus dan demi nama Kristus. Ceritanya dilanjutkan dengan kepada siapa surat tersebut ditujukan, yaitukepada orang-orang kudus di Efesus,orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Paulus menyebut mereka “kudus” sebab mereka milik Allah. Paulus juga menyebut mereka “orang percaya” sebab mereka percaya kepada Kristus, dan mereka itu berada di dalam Kristus. Tentu saja hal ini dapat diterapkan kepada semua orang percaya yang dikuduskan dan dikhususkan hidup bagi Allah di setiap zaman. Cerita Paulus dibagian ini dibarengi dengan salam dan berkat: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Cerita kedua, tentang Puji-pujian kepada Allah atas karya kasih karuniaNya bagi kita (Ayat 3-14) Pada bagian ini Paulus menyatakan puji-pujianan kepada Tritunggal dan sekaligus menegaskan peranNya: Pertama, Allah Bapa adalah sumber dari semua berkat yang kita nikmati. Dialah yang memprakarsai penyelamatan. Dialah yang mengaruniakan berkat (ayat 3). Dialah yang memilih kita (ayat 4). Dialah yang menentukan kita menjadi anak-anakNya (ayat 5). Dialah yang mengaruniakan anugrahNya dengan melimpah (ayat 7-8). Dialah yang menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita (ayat 9) dan Dia bekerja menurut keputusan kehendakNya (ayat 11). Dengan kata lain, Allah Bapa yang mengasihi dan memberkati kita dengan kasih karuniaNya dan sedang mengerjakan rencanaNya yang abadi. Kedua, Kristus. Kita dimungkinkan menerima semua berkat Ilahi tersebut karena “di dalam Kristus”. Hal ini menegaskan bahwa dulu kita semua berada “di dalam Adam”, artinya kita beranggotakan kemanusiaan yang sudah jatuh ke dalam dosa. Sekarang, kita berada di dalam Kristus, artinya kita beranggotakan kemanusiaan baru yang telah ditebus. Di dalam Kristus, Allah memberkati kita di waktu kini dan memilih kita dalam kekekalan (ayat 3-4). Di dalam Dia yang dikasihNya, Allah mengaruniakan anugrahNya kepada kita sehingga di dalam Dia kita beroleh penebusan dan pengampunan (ayat 7). Di dalam Dia orang Yahudi dan non Yahudi yang percaya menjadi umat Allah dan dimateraikan menjadi umat Allah (ayat 11-14) Ketiga, Roh Kudus, bekerja dan berkarya sedemikian rupa dalam rangkaian karya kasih karuniaNya bagi kita. Cerita ketiga, tentang panggilanNya, warisanNya dan kuasaNya yang hebat atas kita (Ayat 15-22) Dalam bagian ini Paulus menyatakan syukurnya kepada Allah atas iman dan kasih mereka, bahwa mereka, para pembaca-penerima surat ini telah mengambil bagian dalam berkat-berkat penyelamatan Allah, dan itu dilakukannya dengan berdoa untuk mereka. Secara khusus Paulus berdoa supaya mereka mengerti tiga hal berikut: Pertama, “Pengharapan yang terkandung dalam panggilanNya. Panggilan Ilahi bukanlah sembrono. Dia memanggil dengan tujuan mulia seperti: Allah memanggil kita supaya menjadi milikNya (Roma1:6). Dia memanggil menjadi anggota dalam persekutuan denganNya (1 Kor 1:9). Allah juga memanggil kita untuk dijadikan orang-orang kudus dengan panggilan kudus dan meneladaniNya hidup kudus (Roma 1:7, 1 Kor 1:2, 2 Tim 1:9, 1 Pet 1:16). Allah memanggil kita untuk merdeka. Salah satu sifat dari orang kudus adalah kelepasan dari hukum Taurat dan kuk perhambaan (Gal 5:1,13). Allah memanggil kita hidup berpadanan dengan panggilan itu, dipanggil dalam satu tubuh, tidak mempermasalahkan ras, dan status sosial (Ef 4:1, Kol 3:15). Allah memanggil kita mengikuti jejakNya, siap menderita (1 Pet 2:21). Allah memanggil kita ke dalam kerajaan dan kemulianNya yang kekal (1 Tes 2:12, 1 Pet 5:10) Semua itu seperti satu paket saat Allah memanggil kita. Ia memanggil kita kepada Kristus dan kekudusan, kepada kemerdekaan dan damai, dan kepada penderitaan dan kemuliaan. Kita dipanggil untuk hidup dengan cara baru yaitu kehidupan yang mengenal, mengasihi, menaati dan melayani Kristus. Kita menikmati persekutuan dengan Dia dan dengan satu sama lain. Kita memandang dan meyadari penderitaan saat ini tapi juga pandangan kita sampai pada kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Demikianlah pengharapan yang terkandung dalam panggilanNya. Paulus berdoa supaya mata hati kita melek dan kita mengerti Kedua, “Betapa kayanya kemuliaan warisanNya” Jika panggilan Allah merujuk kepada permulaan kehidupan kita sebagai Kristen, maka warisanNya merujuk kepada kesudahannya. Roh Kudus adalah jaminan bahwa kita akan menerima warisan itu kelak (ayat 14). Warisan yang dilukiskan Petrus tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu (1 Pet 1:4) Ketiga, “Betapa hebat kuasaNya” Antara panggilanNya yang merujuk permulaan dan warisanNya yang merujuk pada kesudahannya, Paulus mengajak kita untuk menyadari bahwa hanya kuasa Allah yang dapat memenuhi pengharapan yang terkandung dalam panggilanNya dan kuasa itu pula yang akan membawa kita dengan selamat kepada kekayaan dari kemuliaan warisan yang akhirnya akan kita terima dari Allah. Paulus yakin bahwa kuasa Allah cukup untuk tujuan itu sehingga ia menulis tentang kuasa Allah dan kekuatan kuasaNya dan ia berdoa supaya kita mengerti betapa hebat kuasaNya bagi kita yang percaya Refleksi Kisah yang indah ini masih terus berlanjut, mari menjadi bagian dari kisah yang indah ini. Mensyukuri karya kasih karunia dan kuasaNya yang hebat atas kita serta melakukan bagian kita dengan sukacita, semangat, tekun dan setia. Referensi: Donald Guthrie at all, The New Bible Commentary, IVP London /Tafsiran Alkitab Masa Kini (1994), Yayasan Komunikasi Binakasih /OMF Jakarta Jhon R.W Stott, The Messagr Of Ephesians The Bible Speak Today, IVP England/ Efesus, (2000), Yayasan Komunikasi Binakasih /OMF Jakarta Warren W W Outline and Comments, Calvary Baptist Church, Covington, Kentucky /stl
- Kasih Karunia Demi Kasih Karunia
Kasih karunia. Kata ini sering disebut juga dengan anugerah dan sering diterjemahkan sebagai Grace dalam bahasa Inggris. Kata ini merupakan salah satu dari kata yang terpenting dalam Alkitab dan Kekristenan. Perjanjian lama dan perjanjian baru memakai kata yang berbeda untuk kasih karunia. Dalam Perjanjian Lama kata yang diterjemahkan sebagai kasih karunia adalah: Khen. Khen ini barasal dari kata Khanan yang berarti memberi kasih karunia. Kata ini berarti juga perbuatan seorang atasan yang menunjukkan kepada bawahannya kasih karunia, padahal sebenarnya bawahannya itu tidak layak menerimanya, misal Kejadian 6:8; Keluaran 33:17; Bilangan 6:25. Memang, tidak ada manusia yang dapat menunjukkan khen kepada Allah. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kebaikan Allah kepada orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerima kebaikan itu. Di Perjanjian Baru, kata Yunani kasih karunia ini adalah kharis , yang berarti anugerah, kasih karunia atau kemurahan hati. Menurut Kevin J Conner, kasih karunia muncul dari kebiasaan orang Yunani ketika mereka akan memberikan hadiah dan itu dari kemurahan hati yang murni, tanpa berpikir akan imbalan, maka kata yang digunakan adalah “Kharis.” Dalam Perjanjian Baru kata kharis dipakai untuk menggambarkan keselamatan dari Allah kepada manusia berdosa yang tidak layak menerimanya. Kata kasih karunia ini sering disamakan dengan belas kasihan. Sebenarnya kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Kasih karunia adalah pemberian Allah yang tidak selayaknya diberikan kepada kita karena kita tidak pantas menerimanya. Sedangkan belas kasihan yang disebut juga rahmat adalah tindakan Allah yang tidak memberikan kepada kita apa yang sepatutnya kita terima. Belas kasihan akan cukup pada penerimaan kembali anak yang telah pulang. Namun Kasih karunia menyongsong dari kejauhan, memberikan cincin dan jubah terbaik dan mengadakan pesta penyambutan. Belas kasihan akan menyirami dengan minyak dan anggur lalu membalut luka-luka orang yang terbaring setengah mati di jalan menuju Yerikho dan membawanya ke penginapan. Kasih karunia yang menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan untuk perawatan orang itu dan berjanji akan kembali lagi untuk membayarkan kelebihannya. Kasih karunia tidak banyak tertulis dalam Alkitab, dari 783.137 kata di Alkitab, kata kasih karunia hanya disebut 170 kali, 39 kali di Perjanjian Lama dan 131 kali di Perjanjian Baru. Namun Kasih karunia ini merupakan isi dari Alkitab sehingga Alkitab disebut juga sebagai buku Kasih karunia. Paulus menyebut berita injil sebagai injil kasih karunia. Lukas menulis berita yang diberitakan sebagai berita kasih karunia. Bukan Hanya Pengampunan Saat manusia pertama jatuh dalam dosa di taman Eden , Allah tidak membiarkan manusia terpisah dengan diri-Nya. Dengan kasih karunia, Ia merencanakan penyelamatan manusia. Allah yang marah dan menyesal setelah melihat kejahatan manusia namun memberikan kasih karunia pada Nuh dan keluarganya, selamat dari bencana air bah. Kasih karunia ini berlanjut pada pemilihan dan pemanggilan Abraham untuk membuat perjanjian dengannya bahwa keturunannya akan menjadi bangsa besar dan menjadi berkat bagi seluruh bangsa. Allah yang mengingat penderitaan bangsanya dalam perbudakan Mesir dengan kasih karunia-Nya memanggil Musa untuk memimpin bangsa ini menuju tanah perjanjian. Kasih karunia demi kasih karunia Allah berikan selama 40 tahun pada bangsa yang tegar tengkuk ini sampai akhirnya bangsa itu memasuki tanah Kanaan dan mendapatkan tanah bagiannya masing-masing. Bangsa yang terus mengecewakan Allah, tetapi Allah juga yang terus memberikan kasih karunia-Nya. Allah dalam Kasih karunia memimpin, memampukan dan mencukupkan Nehemia , Ezra dan teman temannya untuk membangun reruntuhan Yerusalem dan bait Allah. Maria, yang oleh malaikat mendapat kasih karunia di hadapan Allah untuk mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan bayi Yesus. Allah sang Firman karena kasih karunia besar menjadi manusia, diam di antara manusia dan melakukan karya penyelamatan bagi manusia. Tidak berhenti pada pengampunan, kasih karunia Allah terus berlanjut pada kasih karunia lainnya: pada penerimaan manusia menjadi anak-anak Allah dan bahkan rekan sekerja Allah, pada kasih karunia yang mendorong-Nya berdiam dalam diri tiap-tiap kita untuk menyadarkan kita akan dosa dan memberi pengertian akan kebenaran, memberi penghiburan dan mengiringi langkah kita. Kuasa-Nya yang melampaui akal dan pikiran pun diberikan untuk memampukan tiap anak-anak-Nya dalam ketidakmampuan , dalam kelemahan, dalam penderitaan dan kesulitan. Alkitab menjanjikan apa yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semua disediakan Allah bagi kita. Puncaknya adalah kasih karunia demi kasih karunia ini akan terus mentransformasi kita semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya sampai nanti kita bertemu muka dengan muka dengan Kristus. Kasih Karunia dari Masa ke Masa Apa yang membuat Fanny Crosby, seorang yang buta sejak bayi karena malpraktek, miskin dan yatim sejak masih bayi, janda ditinggal suami dan anak, dapat menggubah himne sebanyak lebih dari 8000 sepanjang hidupnya. Kehidupan Fanny yang menurut orang lain seperti ditimpa nasib buruk berulang kali ini, mampu menggubah lagu yang memberkati banyak orang selama berabad-abad hingga kini. ‘Ku Berbahagia, Mampirlah Dengar Doaku, Kuperlukan Juruselamat, Aku MilikMu Yesus Tuhanku, dan ribuan himne lainnya. Dia bahkan berkata, “ Jika saya bisa memilih saat dilahirkan maka saya akan memilih untuk tetap buta, karena ketika saya mati maka wajah pertama yang saya pernah lihat adalah wajah penyelamatku.” Sungguh kalimat yang keluar dari jiwa yang kaya akan kasih karunia. Bagaimana mungkin seorang penderita kusta di India dapat berkata bahwa dia bersyukur menderita kusta jika bukan oleh kasih karunia Allah. Seorang bernama Sadan, penderita kusta dari India yang tidak akan bisa melupakan bagaimana kasih karunia Allah menghampirinya melalui pelayanan dr.Paul Brand. Ketika berpuluh tahun dalam hidupnya tidak ada seorangpun yang berani mendekati apalagi menjamahnya. Kasih karunia Allah hadir menjamah lukanya, merawatnya, melakukan operasi korektif pada kaki dan tangannya sehingga dia mampu kembali ke komunitas dengan berdaya. Semua itu membuat Sadan tidak pernah menyesali hidupnya bahkan dia bersyukur mendapatkan penyakit kusta. Bagi Sadan, justru karena penyakit kustalah dia bisa bertemu dengan Tuhan yang hidup. Tuhan yang dihadirkan oleh dokter –dokter dan orang orang yang merawatnya. Kasih karunia-Nya juga yang memampukan seorang mahasiswa kedokteran tahun akhir, Tirza Hendrick , menyelesaikan pendidikannya setelah mengalami kelumpuhan, afasia motorik, penglihatan kabur disebabkan multiple sclerosis. Untuk aktivitas dasar sehari-hari, dia harus bergantung pada orang lain. Kasih karunia yang Allah limpahkan memulihkannya, memampukannya menyelesaikan pendidikan kedokteran tanpa tertunda. Kasih karunia yang Allah hadirkan melalui anak-anak-Nya yang datang menolongnya untuk membacakan diktat kedokteran dan menolongnya menyembuhkan penyakitnya. Kasih karunia yang luar biasa itu bahkan membawanya mendapatkan beasiswa ke Belanda . Tirza mengandalkan kasih karunia hari demi hari hingga dia menyelesaikan pendidikan S2-nya di sana dengan segala keterbatasannya dalam finansial, kemampuan dan keterbatasan kesehatannya (Multiple sclerosis pernah kambuh saat di Belanda). Kasih karunia itu pula yang terus memeliharanya hingga kini. Dr. Tirza Hendrick mampu hidup berkelimpahan di dalam kelemahan semata karena kasih karunia Allah yang hadir, memampukan dan memberi kelimpahan. Kasih karunia ini jugalah yang menghadirkan majalah Samaritan 32 tahun yang lalu bagi kalangan medis Kristen di Indonesia. Oleh kasih karunia majalah ini telah memberkati para pembacanya. Allah dengan kasih karunianya berkenan memakai majalah ini menginspirasi, memotivasi , menyegarkan dan memelihara anak-anak-Nya. Kasih karunia memampukan majalah ini terus melakukan pelayanannya dari masa ke masa. Kini, majalah Samaritan bertransformasi sebagai respon pada perubahan zaman dalam bentuk digital. Media Samaritan hadir untuk terus menceritakan dan merayakan kasih karunia demi kasih karunia yang sudah kita nikmati dan terus akan kita nikmati lagi. “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia “(Yohanes 1: 16) *) Penulis merupakan seorang dokter konsultan ginjal dan hipertensi di RSUD Tarakan, Jakarta