Respons Orang Kristen terhadap Kondisi Perekonomian Indonesia: Panggilan untuk Bertindak secara Holistik
- Rudi Andika
- Jun 21
- 2 min read

Pada saat jemaat mula-mula bertambah, muncullah ketikdakpuasan di kalangan jemaat karena perbedaan perlakuan di antara mereka (Kisah Para Rasul 6:1-7). Sebagian dilayani dan diperhatikan dengan baik, secara rohani maupun jasmani. Pelayanan Firman adalah penting, namun pelayanan “meja” juga tidak kalah penting. Demikianlah para rasul memandang, dan demikian pulalah kegerakan Kristen semestinya kita tiru. Sebagai komunitas yang berakar pada nilai kasih, keadilan, dan pelayanan, orang Kristen dipanggil untuk memberikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan ini secara holistik.
Tantangan bangsa Indonesia datang silih berganti. Memang rasanya tidak semestinya kita berharap tantangan berhenti; tantangan akan selalu ada. Tahun 2025 kita diterpa dengan berbagai hal: perang tarif impor, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan angka pengangguran. Walau dalam situasi berbeda, prinsip para rasul perlu kita tiru dalam menghadirkan pelayanan secara holistik. Kita dipanggil untuk merespons. Mengutip C.S. Lewis, “God whispers to us in our pleasures, speaks in our conscience, but shouts in our pains: it is his megaphone to rouse a deaf world.”
Walau benar bahwa perubahan masif lebih efisien melalui kebijakan pemerintah/institusional untuk mengintervensi, tetapi bisakah individu mengubah perkara yang besar? Tentu bisa. Kebijakan pemerintah tidak akan berarti bila tidak mendapat dukungan dari warga masyarakat.
Dari sisi ekonomi, salah satu cara konkret untuk memperkuat ekonomi nasional adalah dengan mempromosikan dan menggunakan produk lokal. Dengan membeli produk dalam negeri, kita tidak hanya membantu UMKM bertahan dan berkembang, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Langkah ini sejalan dengan prinsip kasih dalam iman Kristen, yaitu mengasihi sesama dengan tindakan nyata.
Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang pada Februari 2025, meningkat sekitar 83 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai respons, gereja dan komunitas Kristen dapat menyelenggarakan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja. Kita juga bisa mendorong kewirausahaan dengan memberikan modal dan pendampingan bagi anggota jemaat yang ingin memulai usaha.
UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. UMKM menyerap 97% tenaga kerja di Indonesia, dan diperkirakan 99% total unit usaha di Indonesia berbentuk UMKM. Namun, banyak di antaranya yang kesulitan dalam akses permodalan dan pemasaran. Orang Kristen atau gereja dapat berperan dengan membentuk koperasi gereja untuk menyediakan pinjaman mikro bagi pelaku UMKM. Banyak gereja juga telah menyediakan ruang usaha di lingkungan gereja untuk bazar atau pameran produk UMKM. Di era digital ini, pelatihan manajemen usaha dan pemasaran digital sangat dibutuhkan dan generasi muda gereja sangat berpotensi untuk berkontribusi di area ini.
Pemberdayaan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek kesehatan. Gereja dapat menginisiasi program seperti klinik kesehatan gratis untuk masyarakat kurang mampu. Dari sisi pendidikan, beasiswa bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera juga akan sangat membantu. Seminar literasi keuangan juga potensial untuk diselenggarakan untuk mengedukasi jemaat dalam mengelola keuangan pribadi dan usaha.
Fenomena beberapa waktu lalu #KaburAjaDulu mencerminkan kekecewaan generasi muda terhadap kondisi dalam negeri. Sebagai komunitas iman, gereja harus menjadi tempat yang menawarkan harapan dan solusi dengan menyediakan ruang diskusi bagi pemuda untuk menyuarakan aspirasi dan mencari solusi bersama. Gereja agar turut mengayomi dan mendorong partisipasi aktif dalam pembangunan komunitas lokal, serta menjadi teladan dalam integritas dan pelayanan publik.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam bagi dunia, termasuk dalam bidang ekonomi. Dengan tindakan nyata yang berlandaskan kasih dan keadilan, kita dapat berkontribusi dalam membangun perekonomian Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Comments