Suara Iman di Tengah Dilema Medis (Bagian 2): Implikasi Praktis bagi Profesional Medis Kristen
- dr. Eka Yudha Lantang, Sp.An, MMin, MM
- Nov 26
- 5 min read

“Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” — Mazmur 119:105
Prinsip-Prinsip Etis Kristen dalam Praktik Medis
Empat Pilar Etika Medis dari Perspektif Alkitabiah
Di bangku kuliah saat mempelajari etika medis modern kita diajarkan tentang empat prinsip dasar bioetika yaitu otonomi, beneficence, non-maleficence, dan justice. Namun, ijinkan penulis menambahkan kerangka kerja di atas dengan perspektif Alkitabiah:
Otonomi dalam Relasi: Kemerdekaan pilihan pasien harus dipandang dalam konteks hubungan dengan Allah dan sesama. Kejadian 2:18 menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk relasi, bukan isolasi.
Beneficence yang Berpusat Kristus: Kebaikan sejati tidak hanya menghilangkan penderitaan tetapi juga memajukan kesejahteraan holistik—rohani, emosional, dan fisik seperti yang diajarkan oleh Yesus dalam pelayanan-Nya.
Non-maleficence yang Komprehensif: "Do no harm" tidak hanya berarti menghindari kerusakan fisik, tetapi juga melindungi martabat spiritual pasien, seperti yang digambarkan dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati.
Justice yang Redemptif: Keadilan Kristen tidak hanya distributif (pemerataan sumberdaya) tetapi juga redemptif—memperhatikan mereka yang paling terpinggirkan, sebagaimana Yesus secara konsisten membela yang lemah.
Prinsip Penatalayanan (Stewardship) Sumber Daya Kesehatan
Salah satu tantangan etis terbesar dalam medis modern adalah alokasi sumberdaya kesehatan yang sangat terbatas. Dengan biaya kesehatan yang terus meningkat secara global, profesional medis Kristen perlu mempertimbangkan konsep penatalayanan (stewardship) Alkitabiah.
Kisah 12:44-46 tentang gereja mula-mula yang "memiliki segala sesuatu bersama" menawarkan model distribusi sumberdaya yang berdasarkan kebutuhan, bukan kemampuan membayar. Prinsip ini menantang sistem medis yang sering kali didasarkan pada kapasitas ekonomi pasien.
Dr. Ben C. Ong, seorang dokter umum di Singapura, mempraktikkan prinsip ini melalui kliniknya yang melayani komunitas miskin dengan biaya minimal. "Saya tidak bisa mengubah sistem kesehatan global, tapi saya bisa menunjukkan alternatif Kristen dalam praktik saya sehari-hari. Setiap pasien, kaya atau miskin, adalah citra Allah yang sama berharganya," katanya.Mempraktikkan Etika Medis Kristen di Dunia Global
Konteks Budaya dan Relativisme Etis
Salah satu tantangan terbesar etika medis Kristen adalah penerapan universal dalam konteks budaya yang beragam. Prinsip yang jelas di Barat mungkin tidak sejelas di Asia atau Afrika. Pauline Muchina, seorang perawat asal Kenya yang sekarang praktik di Chicago, berbagi pengalamannya: "Konsep individual choice yang menonjol dalam etika medis Barat seringkali bertentangan dengan kolektivisme Afrika. Namun, prinsip Kristen tentang martabat manusia dan kasih dapat menemukan ekspresi yang berbeda namun sama kuatnya dalam berbagai budaya."
Keadilan Global dan Akses Kesehatan
Kesenjangan global dalam akses kesehatan adalah salah satu skandal etis terbesar zaman modern. Sementara negara kaya menghabiskan miliaran dolar untuk perawatan terminal, negara miskin masih berjuang dengan penyakit yang dapat dicegah.
Perspektif Kristen menawarkan kerangka kerja yang unik untuk mengatasi ketidakadilan ini:
Imago Dei universal: Semua manusia, tanpa memandang geografi atau ekonomi, adalah citra Allah
Penatalayanan (stewardship) global: Sumber daya kesehatan adalah amanat yang harus dikelola untuk kebaikan bersama
Preferential option for the poor: Mengikuti contoh Yesus yang secara konsisten memihak kaum yang terpinggirkan
Dr. James Appiah, seorang dokter Ghana yang memimpin organisasi kesehatan Kristen Afrika, mempraktikkan prinsip ini melalui program "Health Bridge" yang menghubungkan rumah sakit di negara maju dengan klinik di daerah terpencil. "Kesehatan bukan hak yang harus dibeli, melainkan anugerah yang harus dibagikan," katanya.Implikasi Praktis bagi Profesional Medis Kristen
Membangun Komunitas Dukungan Etis
Profesional medis Kristen tidak bisa berjalan sendirian dalam menavigasi dilema etis. Penting untuk membangun komunitas yang dapat memberikan dukungan dan akuntabilitas. Dr. Michael Egnor, seorang ahli bedah saraf di New York, membagi pengalamannya: "Saya hampir keluar dari profesi kedokteran karena tekanan untuk melakukan prosedur yang melawan keyakinan saya. Tapi kemudian saya menemukan kelompok dokter Kristen yang bertemu bulanan untuk membicarakan kasus etis. Komunitas ini menyelamatkan panggilan saya."
Dalam konteks Indonesia, menemukan komunitas medis Kristen yang ada, baik berupa PMdK, PMK Medis, Persekutuan Kristen lainnya tentu dapat menjadi salah satu jawaban dalam menemukan komunitas untuk mendapat dukungan etis. Beberapa praktik efektif untuk membangun komunitas ini tentunya tidak dapat hanya dibatasi oleh persekutuan rutin, pertemuan KTB, tetapi dapat diperluas meliputi hal-hal sebagai berikut :
Kelompok studi etika yang membahas kasus aktual. PMdN saat ini bekerja sama dengan ICMDA secara berkala menggelar Bioethics Course bagi tenaga medis Kristen Indonesia. Di sini kita akan secara bersama-sama belajar dan menggumuli banyak isu-isu bioetika yang kita hadapi sehari-hari
Mentoring antar generasi profesional medis Kristen ; ajang sharing dalam berbagai interest group dalam PMdN termasuk interest group bioetika tentunya dapat kita gunakan untuk melakukan mentoring antar generasi terkait isu bioetika
Konseling spiritual untuk mengatasi burnout etis. Komunitas medis Kristen bersama-sama dengan para senior yang masih terus memelihara iman dan saudara seiman lain dalam satu profesi, merupakan suatu keniscayaan yang bisa kita lakukan
Advokasi kolektif untuk kebijakan kesehatan yang sesuai nilai kekristenan. Telah berbagai hal dilakukan oleh PMdN Perkantas dan organisasi Kristen lain untuk melakukan advokasi di bidang bioetika, termasuk masalah aborsi yang masih marak di Indonesia
Pengembangan Spiritualitas Profesional
Etika medis Kristen tidak hanya tentang aturan dan regulasi, melainkan tentang pembentukan karakter spiritual. Profesi medis memerlukan integritas yang teruji dalam situasi-situasi ekstrem. Ada beberapa latihan spiritual yang mungkin relevan bagi profesional medis Kristen dalam melatih integritas dalam bioetika Kristen antara lain :
Refleksi harian dalam saat teduh yang merefleksikan keputusan medis dalam terang firman
Doa untuk pasien sebelum konsultasi atau prosedur
Studi Alkitab (Bible Study) tematik tentang penyembuhan dan penderitaan
Retreat tahunan untuk pembaharuan panggilan medis
Dr. Rebecca Oyewole, seorang ahli anestesi dari Nigeria, mempraktikkan rutinitas spiritual ini. "Setiap pagi, saya berdoa untuk lima pasien pertama saya hari itu. Ini mengubah cara saya melihat mereka—bukan sekadar kasus medis, melainkan jiwa yang berharga bagi Allah."Beradvokasi untuk Kebijakan Kesehatan yang Adil
Panggilan Kristen dalam medis tidak berhenti di ruang praktik pribadi, melainkan meluas ke arena publik. Profesional medis Kristen dipanggil untuk menjadi "garam dan terang" dalam pembentukan kebijakan kesehatan. Beberapa area advokasi yang relevan dan dimungkinkan kita lakukan meliputi:
Perlindungan hak hati nurani bagi profesional medis
Akses kesehatan universal untuk kaum yang terpinggirkan
Regulasi teknologi reproduksi yang etis
Pendanaan riset yang sejalan nilai kehidupan
Dr. Mark C. Hogue, seorang dokter keluarga yang menjadi legislator di Carolina Utara, membuktikan pengaruh yang bisa dimiliki profesional medis Kristen di arena kebijakan. "Saya melihat begitu banyak kebijakan kesehatan yang dibuat oleh orang yang tidak memahami realitas medis. Sebagai Kristen, kita memiliki kewajiban untuk membawa keahlian dan nilai-nilai kita ke ruang publik."Kesimpulan: Berjalan dengan Hikmat Ilahi di Era Medis Modern
Navigasi etika medis Kristen di abad ke-21 adalah perjalanan yang menuntut keseimbangan antara iman dan ilmu, belas kasihan dan conviction, kasih karunia dan kebenaran. Firman Tuhan tidak memberikan formula detail untuk setiap dilema teknologi medis, namun ia memberikan prinsip-prinsip tak lekang waktu yang dapat membimbing kita melalui kompleksitas modern.
Panggilan kita sebagai profesional medis Kristen adalah untuk:
Memegang teguh kebenaran Alkitab tentang martabat manusia dan kekudusan kehidupan
Menunjukkan kasih Kristus yang merangkul semua pasien tanpa syarat
Mengembangkan hikmat yang membedakan antara teknologi yang membantu dan yang menggantikan
Membangun komunitas yang mendukung integritas dalam tekanan profesional
Menjadi advokat bagi yang tidak memiliki suara dalam sistem kesehatan
Di tengah dilema medis yang semakin kompleks, kita memiliki jaminan Firman: "Jikalau kamu kurang hikmat, mintalah kepada Allah" (Yakobus 1:5). Janji ini menjadi jangkar saat kita menavigasi lautan etika medis modern dengan iman yang teguh dan kasih yang tulus.
Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Paul Tournier, dokter Kristen legendaris dari Swiss: "Tuhan tidak memanggil kita untuk berhasil dalam pelayanan medis, melainkan untuk setia—setia kepada panggilan, setia kepada pasien, dan terutama, setia kepada-Nya yang adalah Penyembuh Agung."Referensi
Christian Medical Fellowship. (2024). Christian Ethics in Modern Medicine. London: CMF Publications.
John Stott. (2022). The Cross of Christ and Medical Ethics. Downers Grove: IVP Academic.
International Christian Medical and Dental Association. (2023). Global Health Ethics: A Christian Perspective. ICMDA Report.
Patrick, J. (2023). "Imago Dei and Medical Practice." Journal of Christian Medicine 45(2): 112-128.
Sulmasy, D. P. (2021). The Reconstructible Christian: Moral Reflection and Medicine. Oxford: Oxford University Press.
Tournier, P. (2022). The Meaning of Persons. New York: HarperCollins.
World Health Organization. (2023). Global Report on Assisted Reproductive Technology. Geneva: WHO Press.
Zylstra, R. (2022). Bioethics: A Christian Approach in a Pluralistic Age. Grand Rapids: Eerdmans.








Comments