Eksposisi ini terbagi ke dalam tiga tulisan (Pembuangan, Surat Yeremia, dan Nubuat versus Nubuat). Pasal 29 merefleksikan isi dua surat Nabi Yeremia (ay. 1-23, 24-32). Surat pertama ditujukan kepada semua orang Yehuda di pembuangan Babilonia (ay. 1, 4, 20, 31 golā; ay. 22 gālut “orang buangan”). Isi surat itu direspons keras Nabi Semaya dalam bentuk surat juga. Surat Yeremia yang kedua merespons surat Semaya, untuk diketahui juga oleh orang buangan.
Perjanjian Lama menggambarkan bangsa Israel mengalami beberapa kali pembuangan. Sesudah era Israel Raya (Saul, Daud, Salomo), semasa Rehabeam bin Salomo, Israel akhirnya pecah menjadi dua. Kerajaan selatan bernama Yehuda, gabungan dari 2 suku Israel (Yehuda, Benyamin), beribu kota Yerusalem, dengan Rehabeam sebagai raja pertama. Kerajaan utara menyebut diri Israel atau disebut juga Efraim, gabungan dari 10 suku, beribu kota Samaria, dengan Yerobeam sebagai raja pertama. Semasa Imperium Asiria berkuasa di Timur Tengah, Samaria ditaklukkan (722/1 SM) dan tamatlah riwayat kerajaan utara (2 Raj. 17:23). Banyak dari penduduknya ditawan ke pembuangan (Nah. 2:10-3:4), ke tiga koloni Asiria (2 Raj. 18:11 “Halah ... Gozan ... Madai”, BIMK).
Yehuda masih bertahan sampai Asiria turun dari panggung sejarah Timur Tengah dan naiklah Imperium Babilonia. Karena memberontak dengan menolak membayar upeti kepada Babilonia, Yehuda ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babilonia. Kitab Yeremia menyebut tiga kali pembuangan oleh Babilonia dengan cukup detail.
“Inilah jumlah rakyat yang diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebuzaradan: dalam tahun ke-7, 3023 orang Yehuda; dalam tahun ke-18 belas zaman Nebukadnezar, 832 jiwa dari Yerusalem; dalam tahun ke-23 zaman Nebukadnezar, diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, 745 jiwa orang Yehuda; seluruhnya berjumlah 4.600 jiwa.” (Yer. 52:28-30)
Pembuangan pertama terjadi pada 598/7 SM, yang kedua 587/6 SM, dan yang ketiga 582 SM. Nebuzaradan adalah kepala pasukan pengawal Babilonia sekaligus pejabat istana yang memimpin penaklukan Yehuda (2 Raj. 25:8, 11, 20).
Pembuangan pertama terjadi semasa pemerintahan Yekhonya bin Yoyakim yang hanya memerintah tiga bulan (24:1, 8; bdk. 1 Taw. 3:16; Est. 2:6; Mat. 1:11) atau Konya kependekannya (22:24, 28; 37:1). Namanya ketika menjadi raja (throne name) adalah Yoyakhin. Yang ditawan ke pembuangan (kloter pertama) adalah para tetua, imam, nabi, pegawai istana, pemuka Yehuda dan Yerusalem, tukang dan pandai besi, Raja Yekhonya dan ibu suri (queen mother). Elite politik, kaum terpelajar, dan kaum profesional. Itulah jalan pintas Babilonia untuk merekrut SDM berkualitas dalam waktu singkat. Namun, kejatuhan Yehuda belum final atau, jika memakai istilah dalam pertandingan tinju, baru TKO (technical knockout), sang petinju jatuh dan bisa bangun lagi sebelum hitungan ke-10, belum KO. Ritual Bait Suci masih berlangsung.
Babilonia mengangkat raja baru, Matanya bin Yosia (ay. 3), paman Yekhonya; nama takhta pemberian penguasa Babilonia adalah Zedekia dan ia memerintah 11 tahun (2 Raj. 24:17-18). Zedekia adalah raja terakhir Yehuda sekaligus mengakhiri riwayat dinasti Daud dengan pembuangan kedua penduduk Yehuda (kloter kedua).
Selanjutnya, Kerajaan Yehuda sudah tidak ada dan Yehuda hanya sebuah wilayah taklukan Babilonia. Otoritas Babilonia mengangkat Gedalya, mantan pengurus rumah tangga istana Zedekia, sebagai administrator wilayah Yehuda dan pada penguasa baru ini Yeremia tinggal. Pusat pemerintahan Yehuda juga pindah dari Yerusalem ke Mizpa, 8 km di sebelah barat lautnya. Namun, Gedalya dibunuh oleh orang Yehuda yang ingin memberontak lepas dari Babilonia. Babilonia pun kembali datang menyerang Yehuda, kembali menawan 745 orang Yehuda ke pembuangan (kloter ketiga), sementara Yeremia mengungsi ke Mesir dan wafat di sana.
Latar politik pasal ini adalah sesudah pembuangan pertama dan ketika Zedekia menjadi “raja yang duduk di atas takhta Daud” (ay. 16). Awalnya, Zedekia kooperatif dan baru di kemudian hari memberontak, pemberontakan yang mengundang serangan mematikan dari Babilonia. Tampaknya rakyat di pembuangan pertama dan sebagian penduduk di Yehuda masih menganggap Yekhonya sebagai raja dalam pengasingan dan Zedekia yang bertakhta di Yerusalem dianggap sebagai raja boneka. Orang Yehuda itu yakin bahwa Yekhonya akan pulang dalam waktu dekat. Ternyata, faktanya Yekhonya tinggal di pembuangan sampai wafatnya (bdk. 52:31-34).
Usia kerajaan selatan 343 tahun, lebih lama 135 tahun daripada kerajaan utara yang berusia 208 tahun dan yang lebih dulu tamat riwayatnya. Ada waktu lebih dari satu abad bagi raja-raja Yehuda untuk belajar dari kejatuhan saudaranya di utara. Sayang, orang sering tidak belajar dari sejarah. Akhirnya, kesempatan Yehuda untuk memperbaiki diri habis. Kerajaan itu jatuh juga sekaligus berakhirnya dinasti Daud. Potret umat yang gagal “belajar menghormati TUHAN“ (Ul. 14:23, BIMK).
/stl
Referensi:
Leslie C. Allen, Jeremiah (Louisville: Westminster John Knox, 2008), 322.
Semua teks Alkitab merujuk TB, kecuali disebutkan lain.
Photo by Daniel Wheeler: https://www.pexels.com/photo/castiolioni-structure-1179123/
Comments