top of page

Beyond Judgement Day: Telaah Kitab Zefanya



Zefanya adalah seorang nabi yang melayani pada masa raja Yosia, raja Yehuda yang memerintah pada tahun 640-609 Sebelum Masehi (SM), ia juga turut berperan dalam masa pemerintahan Manasye yang memerintah pada tahun 696-642 SM. Zefanya termasuk sezaman dengan nabi-nabi Yehuda lainnya, seperti Mikha dan Yesaya.


Pada awal pemerintahan Yosia, Zefanya mulai menantang pola jahat diantara umat Yehuda. Pola jahat yang dimulai sejak pemerintahan raja Manasye dan Amon. Zefanya memperingatkan masyarakat akan penghakiman yang akan terjadi. Dia mendapat dukungan dari raja Yosia sehingga saat itu terjadi reformasi rohani secara nasional, namun reformasi ini tidak berlangsung lama. Gelombang kejahatan kembali berlanjut, dosa terus merajalela, penyembahan berhala dan praktek menduakan Tuhan masih berlangsung. Hal ini membuat sang nabi meramalkan bahwa Tuhan akan menggunakan orang luar (yaitu Nebukadnezar) sebagai penghukuman. 


Berita penghukuman Zefanya mencakup penghukuman atas orang Yehuda (pasal 1), penghukuman atas bangsa-bangsa asing (pasal 2) dan penghukuman atas Jerusalem/Kerajaan Yehuda (pasal 3).  Kitab ini ditutup dengan sebuah catatan pengharapan dibalik penghukuman.


Hope beyond the Judgement Day

Kitab Zefanya menawarkan pesan yang kuat tentang penghakiman, pertobatan, dan pemulihan. Hal ini merupakan pengingat bahwa Tuhan itu adil, namun penuh belas kasihan, dan bahwa setiap orang dan setiap bangsa bertanggung jawab atas tindakan mereka. Di sisi lain kita juga dapat melihat bagaimana Zefanya menerapkan kepemimpinannya dalam mengemban amanat Allah yang dipercayakan kepadanya. 


  1. Penghukuman atas orang Yehuda – tiga ilustrasi 

Hari penghukuman atau judgement Day merupakan ajaran yang penting dalam kekristenan terutama agar kita dapat hidup benar dan mempersiapkan diri menghadapinya. Zefanya mengawali narasi tentang hari penghukuman ini dengan memakai 3 ilustrasi – the great sweep away (sapu bersih), the great sacrifice (perjamuan besar) dan the great battle (pertempuran besar). 


a. Sapu bersih (ayat 1-6)

Keseriusan berita yang disampaikan Zefanya nampak dari istilah yang dipakainya “sapu bersih” (sweep away- NIV). Minimal 3x disebut dalam ayat 2 dan 3. Kata yang sama juga dipakai saat banjir besar pada masa Nuh. Apa saja yang akan disapu bersih dari muka bumi? Manusia dan hewan, burung di udara dan ikan di laut, orang fasik dan penyembah berhala. Dengan kata lain semua makhluk hidup akan lenyap dari muka bumi ini. Ini adalah ungkapan murka Allah atas dosa dosa manusia. Allah tidak berdiam diri seperti yang dikatakan sebagian orang. Allah menunjukkan ketidaksukaannya terhadap dosa. Bukan hanya manusia tetapi hewan yang telah dimandatkan kepada manusia juga akan dilenyapkan. Tuhan menyapu bersih seluruh ciptaan-Nya. 


Saat Allah merentangkan tangan-Nya (mengacungkan-TB) maka bukan hanya ciptaan-Nya saja  tapi ilah-ilah sesembahan juga dihancurkan oleh Tuhan. Ilah-ilah yang telah menawan hati banyak orang seperti Baal, dewa hujan orang Kanaan, dan Milkom, dewa orang Amon juga disapu bersih. Tidak ketinggalan para imam berhala yang memimpin pemujaan kepada ilah-ilah juga dibabat habis. Ada juga kelompok yang mendua hati, bersumpah setia pada Tuhan namun bersumpah setia juga pada dewa Milkam. Kelompok ini juga menjadi sasaran kemarahan Tuhan. Allah adalah Allah yang menginginkan kesetiaan Tunggal. 


b. Great sacrifice – perjamuan besar (ay 7-13)

Istilah sacrifice atau perjamuan (Alkitab TB) sangat familiar dalam tata kehidupan orang Yehuda. Mereka sering melakukan upacara dengan membawa persembahan. Allah memakai ilustrasi ini untuk menggambarkan apa yang akan dialami orang Yehuda. Allah sendiri yang mempersiapkan perjamuan dan mengkuduskan para undangan-Nya (ayat 7), namun dalam perjamuan tersebut justru Allah menghukum undangan tersebut. Siapakah mereka? 


Mereka adalah (i) para pemuka (ii) keluarga kerajaan (iii) para pedagang dan (iv) orang-orang yang suka berdalih atau selalu mencari-cari alasan (excuse). Para pemuka yang telah membawa rakyat pada kesesatan. Para keluarga kerajaan dihukum karena kesombongan mereka. Kedua kelompok ini telah melanggar batas-batas kewenangan mereka (melompati pagar) dan merampas hak-hak sesamanya. Para pedagang dan saudagar yang tamak harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. 


Hari itu akan segera tiba, hari dimana Allah membuat kita hanya bisa berdiam diri (ay.7), hari dimana Allah menghukum para pemimpin (ay.8), hari dimana seluruh penduduk kota meratap sedih (ay. 10), hari dimana orang kaya dan berada akan kehilangan semua milik mereka (ay.13). Hari Tuhan segera datang dan tidak akan ada yang bisa menahannya. 


Ironisnya, hukuman Allah tersebut dapat dihindari jika orang Yehuda kembali kepada Allah dan menyembahnya sebagai Tuhan mereka. Mereka adalah umat kesayangan Tuhan, namun mereka menolak pesan yang diberikan Allah melalui nabinya. Keangkuhan dan polusi penyembahan berhala telah menutup telinga mereka akan berita keselamatan. 


c. Great Battle – pertempuran besar (ay 14-18)

Ilustrasi ketiga menggambarkan akan kesusahan dan kehancuran seperti sebuah kondisi paska perang. Sebuah kondisi dimana Yerusalem diserbu oleh pasukan asing 

Hari penghukuman akan datang dengan cepat (ay.14). Zefanya telah menubuatkan tentang hari  penghakiman Allah tersebut, sekarang dia menekankan betapa dekat dan cepatnya hari itu datang.  Orang-orang pandai dan gagah pun tidak berdaya dan tidak dapat melindungi. Mereka bukan tandingan Tuhan. Hari penghukuman datang dengan sangat mengerikan (ay.15). Sebuah hari kemurkaan dan kesusahan, hari kesia-siaan dan kehancuran, hari kegelapan dan kesuraman, hari mendung dan kegelapan pekat. 


Hari yang diilustrasikan sebagai perang (ay. 16), sebuah peringatan terhadap kota-kota berpagar dan terhadap menara-menara tinggi. Terompet ditiup untuk mengumpulkan rakyat saat akan  berperang. Menara-menara tinggi menjadi tempat para prajurit berusaha menangkal serangan namun hal itu tidak akan ada gunanya. Mereka tidak bisa melawan Tuhan.


Hari penghukuman datang membawa pemusnahan (ay.17). Mereka akan berjalan seperti orang buta. Sebuah kebutaan rohani karena dosa terhadap Tuhan. Darah mereka akan tertumpah seperti debu, dan daging mereka seperti kotoran. Hari penghukuman datang dan tidak bisa dielakan oleh siapapun (ay.18). Api akan turun untuk membersihkan. Mereka akan disucikan oleh api Tuhan. Bumi akan dihancurkan oleh api.


Ketiga ilustrasi tersebut memperlihatkan betapa Allah sangat serius tentang dosa dan hukuman dosa. Allah adalah Allah yang bertindak namun Allah juga selalu memberikan harapan kepada umat-Nya jika mereka bertobat dan kembali kepadan-Nya. 


Lesson learnt dari kisah Zefanya dan kepemimpinannya

Allah bukanlah Allah yang berdiam diri atas segala dosa dan kejahatan umat manusia. Hari penghakiman akan datang. Hari yang penuh kengerian. Tuhan adalah Tuhan yang adil dan mencintai kebenaran.  Manusia berdosa karena menyembah ilah lain (sin of commissions) dan mengabaikan Tuhan (sin of omission). 


Allah tidak suka bahkan murka atas dosa-dosa terutama penyembahan berhala. Bagi kita, saat ini, Ilah-ilah lain tersebut bukan lagi berupa patung atau ukiran namun bisa berbentuk ponsel, pekerjaan, karir bahkan pelayanan itu sendiri. Mari kita telaah dengan cermat siapakah yang kita sembah dalam hidup ini?

Allah selalu terbuka untuk mengampuni jika kita percaya dan datang mohon ampun dan menyembah Dia. Selalu ada harapan jika kita menghampiri-Nya. 


Hal lain yang dapat kita pelajari dari kepemimpinan Zefanya adalah walau ia termasuk berdarah biru, seorang keturunan raja, dia meninggalkan fasilitas kebangsawanan-nya untuk turun ke jalan mewartakan pesan Tuhan. Dia setia pada panggilan dan memilih menjadi pembawa berita walau beritanya tidak disukai oleh banyak orang. Sebuah keteladanan yang baik.


Prinsip-prinsip kepemimpinan dapat diambil dari Zefanya, khususnya dalam bidang akuntabilitas, kerendahan hati, dan upaya mencapai keadilan. Penekanan Zefanya pada konsekuensi ketidaktaatan dan seruan untuk bertobat menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan etis dan perlunya pemimpin membimbing pengikutnya dengan cara yang selaras dengan prinsip-prinsip spiritual.


Pengaruh Zefanya terhadap raja Yosia sangat besar. Hal ini yang membuat sang raja mengadakan reformasi Rohani besar-besaran di Yehuda. Walaupun reformasi tersebut tidak langgeng namun kemampuan Zefanya untuk berkomunikasi dan berbagi visi dengan Yosia sangat baik. Kepemimpinan adalah pengaruh. Komunikasi adalah bagaimana menerapkan pengaruh tersebut dengan baik. Zefanya mempunyai ketrampilan komunikasi yang bisa kita teladani. 


/stl

90 views0 comments
bottom of page