top of page

Bagian Kedua: Menantikan Sang Mesias dengan Respon yang Benar

Hendra P Sitompul

Respon ketiga terhadap berita kelahiran Sang Mesias yang akan dibahas dalam artikel ini adalah mereka yang menantikan Sang Mesias dan yang berespon dengan benar terhadap berita kelahiran Sang Raja Damai. Siapakah mereka? Menariknya, mereka bukanlah dari kelompok bangsa Israel yang sudah seharusnya menanti-nantikan kedatangan Kristus, melainkan dari kalangan bangsa non Yahudi. Alkitab mencatat mereka sebagai orang majus dari Timur. Identitas mereka masih diperdebatkan. Ada yang mengaitkan mereka secara positif dengan para filsuf dan imam dari Persia. Tidak sedikit juga yang merujuk kepada profesi yang erat dengan astronomi. Namun, kedatangan para majus dari Timur ini pun tidak terlepas dari penggenapan nubuatan dalam Yesaya 60. Bangsa-bangsa lain, dari Midian dan Efa, akan datang menyembah Sang Mesias yang dijanjikan.


Yesaya 60:3, 6, “Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu… Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.”


Allah menghendaki keselamatan bagi segala bangsa, bukan eksklusif untuk bangsa Israel saja. Hal itu dengan jelas tergambarkan melalui kedatangan para majus dari Timur yang merupakan bangsa non Yahudi yang dianggap kafir dan najis bagi orang Yahudi. Donald Hagner, seorang Teolog Perjanjian Baru, menyatakan bahwa Matius dalam bagian ini bermaksud menunjukkan orang kafir (bagi orang Yahudi) yang diwakili para majus malah menunjukkan keterbukaan terhadap maksud dan tujuan Allah serta memberi penghormatan yang sangat besar bagi Raja yang baru lahir. Para majus dari Timur tersebut mengarungi perjalanan yang jauh dan berbahaya untuk dapat bertemu dengan Sang Raja tersebut. Mereka yang sungguh-sungguh berhasrat untuk mengenal Kristus, tidak menganggap kesulitan sebagai penghalang dalam mencari Dia.


Penghormatan bagi Kristus oleh para majus terlihat dari tindakan mereka sesaat setelah menemukan Sang Bayi tersebut. Mereka sujud menyembah Kristus, bukan hanya sebagai Raja, tetapi sebagai Tuhan. Tindakan mengekspresikan rasa sukacita dan hormat yang dalam, tidak ditulis dilakukan mereka ketika bertemu dengan si raja kecil, Herodes. Terlebih lagi, mereka datang membawa persembahan yang sangat bernilai, bukan untuk melakukan praktik jual beli, melainkan sebagai bentuk penghormatan terhadap Raja yang baru lahir, berupa emas, kemenyan, dan mur. Banyak yang menafsirkan signifikansi dari ketiga persembahan tersebut yaitu emas yang melambangkan penghormatan mereka kepada Kristus sebagai Raja, kemenyan yang merupakan dupa yang harum sebagai persembahan bagi Allah, dan mur yang merupakan bahan balsem bagi mayat yang merujuk kepada Kristus yang harus mati. Tetapi, ketiga persembahan di atas tidak berarti bahwa para majus hanya berjumlah tiga orang, seperti yang tanpa sadar diyakini banyak dari kita.


Kedatangan para majus dari Timur merupakan berita sukacita bagi kita yang tidak terlahir dari keturunan bangsa Israel. Status mereka sebagai bangsa asing yang dianggap najis juga merujuk kepada kenajisan kita akibat dosa dan ketidaklayakan kita di hadapan Allah. Namun, karya keselamatan melalui inkarnasi Kristus, Allah menjadi manusia yang lahir dalam dunia yang hina, tidak tertutup bagi kita yang kafir dan najis ini. Para majus yang menyembah Sang Raja dan mewakili bangsa asing, merupakan tanda awal penggenapan janji Allah kepada Abraham, “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat…” (Kej. 22:18). Sekali lagi, janji berkat keselamatan tidak terbatas hanya bagi bangsa Israel, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain yaitu setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat dan Tuhan atas hidup mereka.


Pada akhirnya, rasa hormat yang mendalam dan ketaatan oleh para majus tersebut harusnya merefleksikan respon kita sebagai orang percaya. Semua orang yang telah diberikan anugerah untuk bertemu secara pribadi dengan Kristus Yesus sudah seharusnya jatuh tersungkur untuk menyembah dan mempersembahkan yang terbaik dari diri mereka kepada Kristus. Bukan sebagian tetapi seluruh aspek kehidupan kita. Dan bukan untuk mendapatkan keuntungan dari Tuhan tetapi sebagai rasa syukur dan respon cinta kepada Tuhan yang terlebih dahulu berinisiatif memberikan yang terbaik bagi kita ketika kita masih belum mengenal Dia.


Kiranya masa raya Natal  tahun ini, sekali lagi menyadarkan kita akan kasih Allah yang begitu besar untuk kita yang sama sekali tidak layak. Biarlah kita hidup semakin mencintai Allah dan giat bekerja untuk Dia, sampai kita bertemu dengan-Nya, muka dengan muka. Soli Deo Gloria.


/tnp

97 views0 comments

Comments


Hubungi Kami
bottom of page