top of page
Yongky Karman

Mengusahakan Kesejahteraan Bersama: Eksposisi Yeremia 29 Bagian II



Pasal 29 harus dibaca bersama pasal 27-28 yang menggambarkan konflik sang nabi dengan sekelompok nabi. Pasal 28 menggambarkan konfrontasi langsung Yeremia dengan Hananya, sama-sama nabi di Yerusalem. Pasal 29 menggambarkan konfrontasi tak langsung Yeremia dengan Semaya, nabi di Babilonia, melalui surat menyurat. Surat Yeremia kepada orang buangan kloter pertama dikirimkan melalui perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia, keduanya utusan raja Yehuda kepada raja Babilonia. Ini berarti isi surat itu direstui penguasa Yehuda untuk diketahui juga oleh penguasa Babilonia. Sudah pasti isi surat itu tidak bersifat menghasut orang Yehuda di pembuangan untuk melawan otoritas Babilonia, “martil seluruh bumi” (51:23). Apa isi surat ini?


Pertama, mereka tidak perlu ragu merencanakan hidup dan menjalaninya untuk jangka waktu lama (ay. 5-6). Membangun rumah. Membuka ladang. Beranak cucu di antara mereka sendiri agar jumlah orang Yehuda di pembuangan tidak menyusut. Mereka tidak perlu berpikir pulang dalam waktu dekat.


Kedua, mereka juga tidak perlu ragu untuk mengupayakan kesejahteraan (šālom) kota tempat mereka tinggal, sebab kalau kota itu sejahtera, mereka sebagai warga dengan sendirinya juga sejahtera.


“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (ay. 7)

Ada tradisi “berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem” (Mzm. 122:6), tetapi bagi umat di pembuangan untuk sementara waktu mereka tidak perlu memikirkan kesejahteraan Yerusalem, ibu kota kerajaan yang sudah hancur diserbu pasukan Babilonia. Meski Yehuda masih tegak tetapi babak belur.


Untuk hidup sejahtera di pembuangan, mereka harus mengusahakan kesejahteraan kota-kota di Babilonia yang kini menjadi tumpuan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan kota adalah jaminan kesejahteraan mereka dan kesejahteraan itu tidak datang dari langit. Jika mereka hanya mengusahakan kesejahteraan pribadi ataupun kelompok sendiri, tiada jaminan kesejahteraan itu akan bertahan sementara kotanya sendiri (masyarakat) tidak sejahtera. Dengan prinsip hidup itu, Daniel meraih posisi tinggi di Babilonia, Nehemia mendapat posisi terhormat sebagai juru minum raja Persia, dan Ester menjadi ratu Persia. Mereka menjadi bagian dari kewargaan baru di luar Tanah Perjanjian dengan mengabdi kepada penguasa asing, bukan hanya untuk bertahan hidup tetapi juga untuk mengupayakan kesejahteraan kota dan negeri tempat mereka kini tinggal.


Ternyata, mereka pada umumnya mengikuti nasihat Yeremia. Mereka membentuk keluarga baru, beranak cucu, membangun usaha dan memulai mata pencarian baru. Papirus-papirus dari Mesir dan lempengan batu dari Babilonia yang memuat kesepakatan semasa awal pembuangan secara tak langsung memperlihatkan komunitas Yahudi di pembuangan diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, tidak tepat membandingkan pembuangan Babilonia semasa Yeremia dengan perbudakan Mesir semasa Musa. Penghidupan orang buangan yang baik-baik saja, sebagai buah ketaatan mereka mengikuti nasihat Yeremia.


Mengapa Yeremia menasihati seperti itu? Menurut nubuat yang diyakininya sebagai dari Tuhan, pembuangan itu akan berlangsung lama 70 tahun, lebih daripada satu generasi, sesudah itu barulah mereka dipulangkan (ay. 10, 14b). Dengan kepulangan itu, status umat bukan lagi orang buangan, orang terhukum, melainkan “orang-orang yang ditebus TUHAN” (Mzm. 107:2). Relasi keumatan mereka dipulihkan, sehingga jika mereka berdoa, Tuhan akan mendengarkan; jika mereka dengan segenap hati meminta petunjuk Tuhan, mereka akan menemukannya (ay. 12-14a). Masa 70 tahun adalah waktu yang lama, kebanyakan dari generasi pertama di pembuangan sudah meninggal, waktu yang lebih dari cukup untuk menikah, punya anak, membuka ladang, memiliki usaha tetap, layaknya hidup di negeri sendiri. Mereka tidak perlu berpikir pulang sampai masa pembuangan selesai. Apabila mereka mengikuti nasihat Yeremia, hidup mereka akan sejahtera sebagaimana dijamin firman Tuhan,


Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera [šālom] dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (ay. 11)

Sebagai demikian, surat terbuka Yeremia bisa dibaca sebagai surat penggembalaan untuk umat di pembuangan. Untuk sejahtera, mereka harus mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka tinggal. Orang Yehuda harus hidup seperti orang Babilonia, tidak perlu merasa sebagai orang asing di negeri orang, tidak perlu hidup memisahkan diri dari antara orang Babilonia, tidak menjadi penonton pembangunan negeri, tidak perlu memiliki sindrom minoritas, tidak perlu berpikir pulang ke Yehuda dalam waktu dekat, melainkan bersama orang-orang yang berbeda suku dan agama mengusahakan kesejahteraan kota dan negeri di Babilonia.


Orang buangan, minoritas di Babilonia, hidup di bawah pemerintahan asing beda agama. Namun, hidup bermasyarakat bukan soal hidup di bawah penguasa beragama sama, melainkan soal kesejahteraan bersama. Kesejahteraan itu bukan buah usaha (kalangan) sendiri, melainkan buah kerja sama semua orang yang mengusahakan kesejahteraan bersama. Kriteria utama umat Tuhan Ketika memilih saat Pemilu juga bukan faktor seagama, melainkan seberapa serius dan mampunya calon itu mengusahakan kesejahteraan bersama.



/stl


Referensi:

Robert P. Carroll, Jeremiah (Philadelphia: Westminster, 1986), 523.

127 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami
bottom of page