top of page

Pahlawan di Tengah Kerapuhan: Eksposisi Ester bagian 1


Kemewahan yang berakhir pahit

Kitab Ester diawali dengan pertunjukkan kemewahan yang sangat luar biasa. Ahasyweros, raja Persia ke-lima, menguasai 127 daerah dari India hingga Etiopia. Setelah tiga tahun berkuasa, ia memamerkan semarak kemuliaan dan kebesaran kerajaannya berhari-hari hingga enam bulan lamanya. Raja Ahasyweros melanjutkan dengan tujuh hari perjamuan secara khusus untuk seluruh rakyatnya di puri Susan.


Pesta taman itu didekor dengan tirai kain-kain halus terbaik berwarna putih, biru, ungu di tiang-tiang marmer putih. Tempat tidur dari emas dan perak ditempatkan di atas lantai pualam dan marmer putih, dengan mutiara dan batu-batu permata. Piala emas beraneka bentuk dan warna digunakan untuk menyajikan anggur yang berlimpah-limpah, semua orang bisa minum anggur dengan bebas.

Masih dalam pengaruh anggur, raja meminta ratu Wasti untuk mengenakan mahkota kebesaran dan memamerkan kecantikannya kepada seluruh rakyat di puri Susan. Namun, Ratu Wasti menolak. Pesta pora yang berlimpah itu harus berakhir menyakitkan dengan perintah ratu Wasti dibuang. Sebuah tragedi pahit di ujung festival perayaan yang besar.


Ester menjadi Ratu Persia

Ester, nama aslinya Hadasa, salah satu orang buangan keturunan Yahudi kehilangan kedua orang tuanya ketika ia masih kecil. Ia diadopsi, diangkat menjadi anak dan dipelihara oleh sepupunya sendiri, Mordekhai. Mordekhai dan Ester lahir di tanah Persia, mereka adalah keturunan orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babel di zaman raja Nebukadnezar.


Siapa sangka, Ester, seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh sepupunya sendiri ini di kemudian hari terpilih menjadi ratu Persia menggantikan Wasti. Siapa sangka Ester juga menjadi pahlawan penyelamat bagi orang Yahudi pada masa itu. Ester terpilih diantara banyak gadis tercantik dan terbaik dalam seleksi ratu Persia. Kecantikan dan karakter, inilah yang dimiliki Ester. Tangan kasih karunia Tuhan menghantarkannya masuk ke dalam istana raja Persia.


Situasi Politik Bisa Cepat Berubah

Haman orang Agag merupakan orang kedua setelah raja dalam kerajaan Persia, ia diberikan posisi paling tinggi diantara semua pembesar raja (Ester 3:1). Haman ingin memusnahkan seluruh orang Yahudi karena Mordekhai, orang Yahudi, satu-satunya yang tidak berlutut menyembah ketika ia melewatinya. Bukan hanya ingin memusnahkan, ia juga ingin merampas harta benda semua orang Yahudi di seluruh Kerajaan Persia. Raja mengabulkan permintaan Haman bahkan memberikan cincin materai kerajaan, yang keputusannya tidak bisa ditarik oleh siapapun termasuk raja sendiri. Namun, kondisi politik bisa cepat terbalik. Posisi Haman kemudian menjadi orang yang dieksekusi dengan hukuman gantung karena arogansi dan kesalahannya.


Ester menang dengan menggunakan seni politik yang cantik. Bangsa Israel, bangsa buangan yang sangat rapuh, tidak punya kekuatan, namun bisa menjadi kuat dan mengalahkan musuh-musuhnya melalui kepahlawanan seorang wanita: Ester. Cerita penyelamatan Ester ini dirayakan oleh seluruh kaum Yahudi di seluruh dunia sampai hari ini dalam hari raya sukacita “Purim”. Rabi Meir Soloveichik menuliskan di New York Times bahwa perayaan Purim menandakan betapa rapuhnya keamanan orang-orang Yahudi, tetapi juga menggambarkan hadirnya kepahlawanan ditengah kerapuhan.


“For such time like this”

Seringkali, “For such time like this..” (Ester 4:14, NIV), dibutuhkan orang-orang yang bersedia keluar dari zona nyaman dan aman dirinya untuk berkorban bagi orang lain, seperti Ester. Jika dipikir, kemewahan kerajaan Persia yang dinikmatinya sebagai ratu bisa menjadi alasan yang cukup untuk mengambil posisi aman. Identitasnya tidak dikenal sebagai orang Yahudi. Sangat besar kemungkinan Ester lolos dari maut.

Dalam kondisi bangsanya yang sangat terjepit, antara hidup dan mati, Ester meminta kepada Mordekhai agar semua orang Yahudi di Susan berkumpul dan berpuasa untuknya (tidak makan dan minum selama tiga hari). Ester tidak egois. Dia tetap ingat identitasnya, jati dirinya, dan bangsanya. Dia bertekad untuk maju menyelesaikan keadaan krisis itu: ”If I perish, I perish” (”Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Ester 4:16)).


Kitab Ester mengingatkan kita tentang pentingnya doa dan puasa khususnya dalam situasi-situasi dan keputusan yang sulit. Bisa saja kondisi seperti ini juga kita alami. Ketika kondisi terancam, keadaan yang sangat sulit, keterpurukan yang belum pernah kita alami sebelumnya, bahkan dalam kondisi antara hidup dan mati. Doa menjadi bagian yang sangat penting diiringi dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang hati-hati.


Saya teringat satu beberapa bulan yang lalu ada kabar seorang adik KTB, seorang dokter yang sedang bertugas di sebuah rumah sakit, sedang kritis karena terserang virus tertentu. Dari jarak jauh lewat telpon kami membuat sebuah persekutuan doa kecil dengan teman-temannya beberapa hari selama masa kritisnya. Saya ingat kadang saya berdoa sambil menggendong keponakan saya yang berusia enam bulan yang dititip di rumah kami. Sambil berharap suatu waktu saya bisa bertemu kembali dengan adik yang sedang kritis ini. Tuhan menjawab doa kami, adik ini berangsur pulih.


Pengorbanan Ester mengingatkan kita pada gambaran Karya Keselamatan dalam Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa dari hukuman kematian kekal. Penghakiman kekal itu akan dihadapi oleh seluruh umat manusia, tidak ada yang terluput. Kemenangan Kristus atas maut ini kita rayakan dengan sukacita. Namun, tidak ada satupun kemewahan perjamuan manusia yang bisa menggambarkan sukacita dalam diri kita akan Karya Keselamatan melalui pengorbanan Kristus di Kayu Salib. Satu perjamuan yang diajarkan Kristus untuk mengenang Karya Penebusan-Nya adalah perjamuan sangat sederhana, roti dan anggur, melalui Perjamuan Kudus.


Dari Kitab Ester, ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik:

  • Tetap memberikan yang terbaik di tengah kerapuhan dan keterbatasan

  • Menggunakan setiap kesempatan yang terbuka di depan kita dengan sebaik mungkin

  • Berdoa dan puasa untuk mencari pimpinan Tuhan

  • Membuat perencanaan dan eksekusi yang matang dan hati-hati

  • Terbuka terhadap pimpinan Tuhan meskipun hal itu berarti kita harus keluar dari zona aman dan nyaman kita

  • Bersedia mengambil resiko untuk kebenaran

  • Bersedia berkorban demi kepentingan orang lain

  • Tetaplah sederhana.

Kiranya di tahun yang baru ini, tahun politik 2023, kita bisa mengingat hal penting dari kitab Ester: meskipun kita rapuh, bersama Tuhan masih ada kesempatan bagi kita untuk berkemenangan. Amin.


/stl


Referensi:

  1. NIV Life Application Study Bible; Zondervan: Grand Rapids Michigan, 1997

  2. Bechtel, C. M.; Bechtel, C. M. Esther; Interpretation, a Bible Commentary for Teaching and Preaching; Westminster John Knox Press: Louisville, Ky., 2002.

  3. https://www.nytimes.com/2020/03/08/opinion/queen-esther-purim.html

427 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page