top of page

Meneliti Manusia dan Mengenal Allah



Pada tahun 1972 sekelompok peneliti menghentikan sementara proses penelitian teknologi DNA rekombinan. Sebuah teknologi yang menjadi pintu gerbang dan salah satu teknologi kunci untuk penelitian-penelitian canggih saat ini. Peristiwa tersebut merupakan penghentian kali pertama yang dilakukan oleh peneliti secara sukarela. Para peneliti saat itu takut bahwa penelitian mereka akan menghasilkan “Frankencells” yang mungkin saja resisten terhadap antibiotik, menimbulkan wabah, atau menginduksi terjadinya kanker.


Kita tidak mengetahui pasti proses diskusi para peneliti saat itu, mungkin ada pro dan kontra ketika mereka akhirnya memutuskan penghentian sementara karena alasan kemungkinan dampak buruk dan dampak sosial yang mungkin dihasilkan. Selanjutnya, mereka membuat komite multidisiplin untuk menilai berbagai kemungkinan dan mencegah terjadinya dilema maupun konsekuensi etik dalam penelitian tersebut. Langkah yang sangat langka, menarik, dan akhirnya berdampak bagi dunia penelitian. Saat ini kita dapat menjumpai berbagai protokol penelitian, forum diskusi, badan penelaah, lembaga, dan pusat studi bioetika yang sangat membantu peneliti, khususnya saat menghadapi dilema etik dalam penelitian.


Saat ini, peneliti bukan saja dapat menggunakan teknologi DNA rekombinan seperti yang dikembangkan pada tahun 1972. Publikasi penelitian telah menggambarkan betapa jauhnya penelitian telah berkembang dengan adanya sel punca embrionik manusia yang dapat dikembangkan menjadi “apa saja”. Dengan teknologi yang ada manusia dengan mudah dapat mempelajari, memodifikasi, dan memperbaiki gen. Manusia juga dapat “menciptakan” berbagai organ untuk pendidikan maupun terapi berbagai penyakit.


Di satu sisi kemampuan manusia untuk menciptakan dan melakukan penelitian terhadap model telah membantu mengatasi dilema etik dibandingkan dengan penelitian yang harus dilakukan pada manusia yang hidup. Namun, di sisi lain perkembangan risiko terjadinya dilema etik juga semakin berkembang karena kemungkinan terciptanya “Frankencells” akan terus ada dan risikonya semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah dan perkembangan teknologi.


Dalam menghadapi dilema etik secara umum kita mengenal beberapa prinsip seperti: (1) Removal (penghindaran total) terhadap seluruh hal yang terkait dengan kondisi tersebut; (2) Disclosure (pengungkapan) terhadap hal-hal yang mungkin menempatkan kita pada kondisi konflik kepentingan (misalnya pengungkapan terhadap hal-hal atau dukungan yang kita dapatkan); (3) Recusal (abstain) yaitu tidak ikut dalam pengambilan keputusan bila ada konflik kepentingan yang terjadi; (4) Penggunaan pihak ketiga dalam kondisi konflik kepentingan. Untuk dilema etik dalam proses penelitian prinsip disclosure dan penggunaan pihak ketiga untuk menilai batasan etik merupakan praktik standar yang saat ini telah diterapkan sebelum penelitian dimulai dengan adanya penilaian etik oleh lembaga independen.


Selain melakukan tinjauan etik secara ilmiah dan nalar manusia, sebagai anak Tuhan tentu kita juga perlu mempelajari beberapa prinsip Alkitab terkait penelitian dan penciptaan. Dalam Perjanjian Lama kita mengetahui bahwa Allah menciptakan manusia “sempurna” yang serupa dan segambar dengan Allah, berkuasa, dan diberkati (Kejadian 1:26-30). Awal kisah indah manusia yang kemudian diganti dengan dosa dan segala akibatnya (Kejadian 3). Dalam perjanjian baru kita menerima penebusan Kristus dan pemulihan manusia. Rangkaian penciptaan-kejatuhan-penebusan-pemulihan menjadi dasar cara pandang kristiani dalam memaknai karya Allah dalam hidup manusia. Dalam hal penelitian, perkembangan teknologi, dan ilmu kesehatan, seharusnya kita senantiasa melakukan refleksi berdasarkan cara pandang tersebut.


Dalam meneliti maupun berkarya dalam hidup ini kita perlu menelaah kembali apakah kita melakukan untuk membuktikan kemampuan kita, mendapatkan pengakuan dari orang lain, atau murni kita melakukan karena panggilan dan rencana Allah dalam hidup kita? Seringkali dan berulangkali kita tidak menyadari bahwa dosa dan ego dalam kehidupan kita begitu dominan dan menjauhkan kita dari pimpinan Roh Kudus.


Dalam konteks penelitian di Indonesia saat ini teknologi dan sistem penelitian kita masih tertinggal dari negara-negara yang jauh lebih maju, tetapi tidak menutup kemungkinan anak Tuhan untuk terlibat langsung maupun ikut menelaah perkembangan yang terjadi. Tentu kita tidak menyatakan bahwa penelitian dan penemuan baru yang terkait dengan manusia adalah hal yang salah. Kita yakin dan percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala perkembangan yang ada dalam kehidupan kita. Namun, jangan sampai kita terlelap atau terbenam dalam kecanggihan teknologi dan menjauhkan diri dari pimpinan Roh Kudus.


*) Penulis saat ini bekerja sebagai dokter manajerial di RS UKRIDA


/stl

92 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page