top of page

Lima Hal Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Sukacita Radikal

Updated: Apr 21, 2022

Bicara mengenai sukacita di tengah masa pandemi saat ini bisa jadi terasa cliché. Di saat sehari-hari kita berpapasan dengan penyakit dan penderitaan, tema sukacita seakan bertolak belakang dengan realita tersebut. Namun, bagaimanapun juga, sukacita adalah bagian penting dalam iman Kristen. Lantas, mengapa rasanya sulit untuk bersukacita? Adakah hal-hal tentang sukacita yang kerap kita lupakan seiring perjalanan iman kita sebagai murid Kristus? Setidaknya ada lima hal yang kita perlu ketahui mengenai sukacita yang radikal.



1. Sukacita yang radikal adalah perintah dan anugerah


Ada banyak perintah Allah untuk bersukacita dalam Alkitab. Daud menyebut Allah “sukacitaku dan kegembiraanku” (Mazmur 43:4). Paulus pun menggemakan hal yang serupa “Bersukacitalah senantiasa” (1 Tesalonika 5:16).


Bila ketaatan adalah melakukan apa yang diperintahkan Allah, maka sukacita adalah ketaatan itu sendiri. Ketika kita berjuang untuk bersukacita karena Allah, Anda sedang berjuang untuk taat kepadaNya. Namun, Allah tidak berhenti disitu. Ia tidak hanya memberikan perintah lalu membiarkan kita tanpa anugerah untuk melakukannya. Karena itu, sukacita radikal pun adalah anugerah. Oleh karena pekerjaan Roh Kudus, kita dapat mersakan sukacita radikal (Galatia 5:22). Kita pun dapat berdoa sama seperti Santo Augustinus “Perintahkanlah apa saja semauMu, namun berikanlah apa yang Engkau perintahkan”. (1


2. Sukacita yang radikal tidak dipengaruhi oleh kondisi eksternal


Nabi Habakuk menjadi salah satu teladan bahwa kita dapat tetap bersukacita bahkan ketika situasi eksternal jauh dari ekspektasi. Dalam kondisi yang begitu buruk dan mengecewakan, dengan iman ia berkata “namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku” (Habakuk 3:17-18).


Dalam Perjanjian Baru, Paulus tetap berseru “Bersukacitalah senantiasa” (Filipi 4:4) dari dalam penjara. Tokoh-tokoh di atas memperlihatkan bahwa kita dapat memiliki sukacita yang radikal, bahkan dalam kesusahan, saat Allah adalah bagian kita. (2


3. Sukacita radikal memiliki dasar yang teguh


Sukacita radikal merupakan sukacita yang berakar kuat dan bertumpu pada dasar yang solid dan kokoh, yakni Kristus sendiri. Injil berkata bahwa kita adalah manusia berdosa yang layak untuk dihukum, tetapi dalam Kristus kita beroleh pengampunan karena “… Allah telah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8). Salib Kristus adalah bukti dan puncak dari keagungan dan kebaikan Allah.


Di atas dasar sekokoh batu karang inilah, sukacita yang radikal itu berdiri. Ketika kesulitan dan penderitaan datang, melihat pada kebaikan Allah dan karya penyelamatanNya melalui pengorbanan Kristus akan membuat kita tetap bersukacita karena tak ada satu pun yang dapat merampas kegembiraan itu dari kita (Yohanes 16:22).


4. Sukacita radikal menolong untuk lepas dari pencobaan


Kita perlu selalu mengingat bahwa apa yang Allah sediakan dan tawarkan dalam diriNya jauh lebih besar, berharga, dan akan memuaskan hasrat terdalam kita. Segala kesukaan duniawi hanyalah riak, bila dibandingkan dengan samudera kasih karunia yang Allah siapkan bagi kita.


Itu sebabnya, pengejaran sukacita sejati juga merupakan bagian penting dari usaha memerangi dosa. Saat kita menyelam dalam kasih karuniaNya, Ia akan menjadikan kita puas dalamNya sehingga tawaran nikmat dosa akan terasa hambar, kilau dunia akan tampak pudar dan kabur, pikiran untuk mengasihani diri atau menjadi sombong akan diganti dengan rasa syukur, dan perjuangan untuk hidup kudus akan penuh dengan sukacita yang meluap.


5. Sukacita radikal adalah untuk kemuliaan Allah


Katekismus Westminster menyebutkan bahwa tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya. John Piper, dalam bukunya menyebutkan bahwa “Allah paling dimuliakan di dalam kita ketika kita paling puas di dalam Dia”.(3


Sukacita radikal bertujuan untuk kemuliaan Allah. Saat kita tetap dapat menemukan sukacita di dalam Allah meski hidup tampak sulit dan mengecewakan, disanalah orang lain akan melihat Allah dibesarkan dan dimuliakan melalui hidup kita.


Apakah kita sedang bergumul untuk mengalami sukacita yang radikal di tengah kondisi yang serba tak menentu saat ini? Apakah pandemi yang tampak jauh dari kata berakhir ini telah membuat jiwa mulai lesu dan tawar? Mari berdoa bersama pemazmur, “…hatiku lemah lesu, tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku” (Mazmur 61:2) maka Dia yang setia pada janjiNya akan memuaskan hasrat kita dan membuat kita bersukacita di dalamNya.


  1. John Piper. Anda Wajib Bersukacita! (Dangerous Duty of Delight). Penerbit Momentum. 2020, p10-11, 22

  2. Mazmur 73:26

  3. John Piper. Desiring God. Multnomah Publishers. 2003, p10

/stl


37 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page