
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas pengalaman-pengalaman luar biasa yang membawa saya semakin mendalami panggilan hidup sebagai dokter. Dua pengalaman penting bagi saya adalah saat mengikuti Medical Mission Course (MMC) di RSU Bethesda Serukam dan menjalani magang di RS Baptis Batu.
Pengalaman enam minggu di RSU Bethesda Serukam melalui MMC menjadi momen yang sangat berkesan dalam hidup saya. Saya menyaksikan langsung bagaimana rumah sakit sederhana ini dipakai Tuhan untuk melayani pasien dengan penuh kasih, tanpa memandang status sosial atau keterbatasan finansial. Semangat pantang menyerah dari tenaga medis di sana – mulai dari dokter, perawat, hingga staf lainnya – memberikan teladan nyata tentang melayani dengan maksimal dan tulus. Pelayanan di RSU Bethesda Serukam mengajarkan saya bahwa medis bukan hanya tentang kompetensi klinis, tetapi juga kasih. Melihat pasien dari berbagai daerah yang datang dengan pengharapan besar, dan tim medis yang memberikan segala usaha terbaik, bahkan di luar keterbatasan fasilitas. Saya juga terberkati melalui interaksi dengan dokter-dokter - meskipun lelah oleh beban kerja yang tinggi, tetap melayani dengan hati yang penuh perhatian. Itu menjadi pengingat penting bagi saya akan panggilan sejati seorang dokter. Selain pengalaman medis, sesi-sesi doa di bangsal bersama tim PI, sharing hidup dari rekan-rekan nakes, dan kesaksian keluarga yang mengabdikan diri di Serukam membuat saya belajar banyak tentang iman dan ketaatan pada panggilan Tuhan.
Saya terinspirasi oleh keberanian mereka untuk meninggalkan kenyamanan demi melayani, dan saya melihat bahwa kebahagiaan sejati datang ketika hidup dijalani sesuai dengan rencana-Nya.
Pengalaman mendalam di RSU Bethesda Serukam semakin menguatkan keyakinan saya bahwa menjadi dokter tidak hanya soal menyembuhkan, tetapi juga hadir untuk merawat, mendengar, dan mendampingi pasien di tengah kondisi sulit mereka. Di sinilah saya mulai menyadari panggilan saya untuk melayani pasien dalam dimensi yang lebih personal dan manusiawi, khususnya di bidang paliatif.
Ketertarikan pada paliatif pertama kali muncul saat menghadiri sesi di MMC yang menggerakkan hati saya untuk mendalami lebih jauh dan menguji panggilan saya secara langsung di lapangan. Saya berkesempatan menjalani magang dan observasi lapangan di pelayanan paliatif RS Baptis Batu selama tiga bulan. Selama magang, saya bergabung dengan tim dr. Wang Elly dan Bu Ririn, melayani 6-10 pasien per hari, mayoritas penderita kanker, serta pasien dengan stroke dan kondisi terminal lainnya. Saya belajar bahwa pelayanan paliatif bukan hanya soal perawatan fisik, seperti pemeriksaan atau terapi simptomatis, tetapi juga soal membangun hubungan yang erat dengan pasien dan keluarga mereka, serta memberi dukungan emosional, spiritual, dan pendampingan penuh kasih. Setiap kunjungan memberi saya pelajaran tentang pentingnya hadir bagi mereka yang sedang berjuang, menjadikan empati dan penguatan spiritual sama pentingnya dengan pengobatan fisik.
Selain itu, saya terinspirasi oleh dedikasi relawan-relawan paliatif care di Kota Batu, yang tulus mendampingi pasien bahkan harus menempuh perjalanan jauh ke Malang. Pelayanan di Pondok Pemulihan Doulos yang mendukung korban penyalahgunaan narkoba dan gangguan kejiwaan, memperluas wawasan saya tentang kasih yang nyata dan tak bersyarat. Meski penuh tantangan, termasuk kelelahan emosional dan spiritual, pengalaman ini mengajarkan saya untuk terus menjaga hubungan dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan. Saya juga mengalami momen-momen mengesankan, seperti menyaksikan kekuatan iman seorang ibu penderita kanker yang dirawat penuh kasih oleh anak-anaknya, meskipun berada dalam situasi sulit. Pasien dan keluarga mereka mengajarkan saya banyak hal tentang cinta, pengorbanan, dan iman yang teguh.
Melalui pengalaman tiga bulan ini, saya semakin diteguhkan bahwa pelayanan paliatif adalah panggilan saya. Pelayanan ini mengutamakan martabat manusia, mengurangi penderitaan, dan menguatkan keluarga pasien. Saya memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan S2 di bidang Paliatif di UK (Inggris Raya) agar bisa memperdalam pengetahuan dan keterampilan saya dalam bidang ini. Setelah itu, saya berharap bisa kembali ke Indonesia sebagai dokter paliatif, sekaligus menjadi edukator dalam pelatihan-pelatihan paliatif. Saya juga ingin mengambil peran dalam mendukung advokasi serta pengembangan regulasi paliatif di Indonesia, agar lebih banyak orang yang mendapatkan akses pada layanan paliatif yang penuh kasih dan memperhatikan kualitas hidup pasien terminal.
Saya sungguh berterima kasih atas dukungan penuh dari panitia MMC dan pengurus PMdN yang telah memfasilitasi, mendukung secara finansial, dan mendoakan saya sepanjang masa magang dan mengenali panggilan-Nya. Kiranya pengalaman ini menjadi landasan untuk langkah saya ke depan dalam memenuhi panggilan Tuhan di bidang paliatif, memberikan perhatian, penguatan, dan menghantarkan kasih Kristus melalui sentuhan saya kepada jiwa-jiwa yang membutuhkan.
Comments