Seorang dokter spesialis di sebuah rumah sakit milik pemerintah, melalui sebuah percakapan whatsapp bercerita sambil bercanda bahwa dia tidak tertarik menjadi pejabat di RS. Memang, harus diakui bahwa dalam sebuah jabatan akan ada banyak tanggung jawab, resiko, dan masalah yang harus dihadapi. Sebagai dokter yang terlibat di rumah sakit dengan bekerja maksimal dan baik menurutnya sudah cukup dan itulah bagian utama dari pengabdiannya, tanpa harus “njelimet “ dengan berbagai urusan yang membuatnya pusing kepala.
Kita mungkin masih ingat slogan di waktu mahasiswa "Student today, Leader tomorrow" dalam banyak acara Perkantas. Visi pelayanan Perkantas adalah menghasilkan pemimpin-pemimpin yang membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan. Namun, tantangan dalam hal kepemimpinan ini sangatlah berat. Sanggupkah alumni-alumni menjadi pemimpin sebagai garam dan terang di tengah dunia yang sudah rusak dan membusuk ini? Ada banyak permasalahan: korupsi di sana sini, berbagai kepentingan saling tarik menarik, cara-cara yang tidak sesuai dengan keyakinan iman kita, dan masih banyak lagi. Bahkan ketika seseorang sudah mengabdi memberikan yang terbaik, sering kali tidak ada penghargaan yang diberikan. Bukan hanya fisik yang lelah, hati kadang juga terluka karena kondisi kerja yang tidak kondusif. Bagaimana kita bisa memimpin dalam kondisi seperti ini?
Di tengah kondisi dunia yang chaos ini, kehadiran para pemimpin yang berani membawa perubahan menjadi sebuah urgensi. Salah satu satu kualitas kepemimpinan yang saya angkat dalam tulisan ketiga tentang Ester adalah kepemimpinan yang berani. Kualitas ini bisa kita lihat dengan sangat jelas dalam diri Ester. Tanpa keberanian, tidak akan ada perubahan.
Keberanian mengungkapkan permasalahan utama
Ester dengan berani mengungkapkan permohonannya kepada raja Ahasyweros. Ia mengangkat titik permasalahan utama yang sedang dihadapinya: ia dan bangsanya menjadi target pemusnahan, pembunuhan dan pembinasaan. Dengan pendekatan mengadakan perjamuan bersama Raja, Ester mengajak bertemu langsung orang yang merencanakan pemusnahan itu.
Ester dengan sangat berani berkonfrontasi langsung head to head dengan Haman. Tidak semua orang berani berkonfrontasi secara langsung dengan musuh. Dibalik kecantikan dan kelembutan hatinya, tampak bahwa Ester adalah seorang yang sangat pemberani. Mengapa harus ada Haman dalam perjamuan itu? Mengapa ia tidak membicarakannya secara pribadi saja kepada raja? Apakah ia tidak takut kepada Haman yang sudah mempersiapkan tiang gantungan setinggi 75 kaki untuk Mordekhai? Menurut saya, ini adalah strategi politik Ester untuk menuntaskan permasalahan itu secara terbuka dan langsung. Hasilnya jelas saat itu juga, tidak ada penundaan menuju kondisi yang berbelit-belit. Ini menunjukkan kualitas keberanian yang luar biasa yang ada dalam diri Ester.
Keberanian menyatakan argumen, kebijakan dan rancangan
Keberanian Ester bukanlah tanpa langkah-langkah antisipasi yang sudah dipersiapkan. Ester kemudian memikirkan dan mengajukan satu permintaan yang jelas-jelas mustahil dihadapan raja. Ia memohon agar raja mengeluarkan titah untuk menarik surat yang sudah dibuat oleh Haman yang sudah disebarkan di seluruh provinsi tanah Persia. Sudah sangat jelas bagi Kerajaan Media Persia bahwa surat yang dimateraikan oleh cincin raja tidak mungkin ditarik kembali, bahkan oleh raja sendiri (hal yang sama dengan Daniel ketika harus dibuang ke gua singa). Saya melihat keberanian yang luar biasa dari Ester untuk meminta permohonan yang sulit ini. Usahanya membuahkan hasil, ia diberikan wewenang oleh raja untuk membuat kebijakan lain yang bisa meng-counter kebijakan sebelumnya yang sudah dibuat Haman. Ia diberikan hak untuk menulis apapun surat keputusan yang dipandang baik dengan cincin raja sebagai materai.
Otoritas kepemimpinan bisa menjadi alat yang membawa bencana besar dikarenakan kebijakan yang salah dan merugikan. Bencana itu merusak apa yang baik yang sudah dibangun sebelumnya dengan jerih lelah. Namun, otoritas kepemimpinan sejatinya adalah alat yang sangat luar biasa untuk membawa perubahan yang berguna bagi banyak orang. Di tangan orang-orang yang tepat, orang-orang benar, seharusnya otoritas kepemimpinan akan membawa kesejahteraan "shalom" bagi semua orang yang menikmati keindahan hasil buah dari sebuah kepemimpinan yang baik.
Keberanian mengambil keputusan dan bertindak secara tegas
Mordekhai merancang sebuah surat baru dengan materai cincin raja untuk mengantisipasi kebijakan sebelumnya yang membawa bencana terhadap seluruh orang Yahudi di Kerajaan Persia. Sebuah kebijakan yang tepat waktu, disusun dengan baik dan memperhitungkan semua konsekuensi yang ada akan membawa keselamatan bagi orang Yahudi. Mereka berhasil mengantisipasi dan menangani dengan baik dan tuntas hingga hari-H pelaksanaan surat perintah raja. Bahkan Ester meminta satu hari tambahan untuk pembersihan musuh-musuh orang Yahudi yang ada di puri Susan. Selain keberanian, satu kualitas lagi yang tampak dalam diri Ester adalah ketegasan. Ia menyelesaikan dengan rapi dan tuntas, menghindari permasalahan yang bisa muncul di masa yang akan datang.
Relevansi kisah Ester dengan kehidupan kita
Kadang situasi dan kondisi tertentu membawa kita kepada jabatan kepemimpinan. Bahkan kadang hal yang tak terduga kita dipilih menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan adalah sebuah instrumen yang kuat untuk membawa perubahan, sekecil apapun cakupannya. Kemampuan Ester dalam mengatasi situasi yang sulit ditopang oleh keberanian dan ketegasan yang memampukannya menghadapi masalah yang ada di depannya. Tentunya dilandasi oleh kebergantungan dan pengharapan kepada Allah yang terlihat dari doa puasa yang dilakukannya.
Ester berani mengambil kesempatan emas ditengah resiko yang sangat tinggi yaitu nyawanya sendiri. Ia berani berhadapan langsung (head to head) dengan Haman dan membuat pengaduan tentang Haman di hadapan raja. Ester berani mengajukan permintaan yang sulit yang mustahil kepada raja. Ester berani mengambil keputusan yang tegas demi sebuah keamanan dan tuntasnya sebuah masalah. Tampaknya kualitas dan potensi seperti ini agak sulit tampak jika seseorang tidak berproses dalam posisi kepemimpinan. Ada banyak karunia-karunia dan talenta yang tidak muncul dan hanya terpendam saja oleh seseorang ketika dia tidak bersedia ikut serta ambil bagian dalam kepemimpinan.
Melalui tulisan ini, dari lubuk hati, saya memanggil para pembaca Samaritan untuk berani mengambil bagian dalam kepemimpinan sekecil apapun untuk ikut berkontribusi dalam transformasi bangsa ini. Resiko yang dihadapi pastinya akan besar, dan tantangan yang ada juga tidak mudah. Namun, kesempatan juga belum tentu selalu ada. Mari menerima anugerah kepemimpinan (sekecil apapun) dengan sukacita, bahwa kita diberi kesempatan untuk berkarya sesuai talenta dan kemampuan kita. Mari kita memberi yang terbaik dan yang terindah untuk kemuliaan Tuhan.
/stl
Comments