top of page
Subscribe
Instagram
Facebook
Donation

Tujuh Mil yang Mengubah Hidup

ree

 

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Lukas 24:27, 32, TB) 

Setelah melewati apa yang terjadi di Yerusalem pada hari-hari terakhir yang menyisakan pertanyaan, kecewa, takut dan kehilangan - hari pertama minggu setelah penguburan Yesus merupakan hari yang membingungkan bagi para murid. Mengejutkan. Beberapa perempuan telah pergi ke kubur saat pagi buta, tidak menemukan mayat-Nya, namun bertemu malaikat-malaikat yang mengatakan bahwa Yesus hidup.

 

Mengikuti kronologi perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit, Dia mula-mula menampakkan diri kepada Maria Magdalena, sesudah itu kepada dua orang dari murid-murid-Nya yang sedang dalam perjalanan ke luar kota. Dan pada akhirnya, menampakkan diri kepada sebelas murid ketika mereka sedang makan.[1]

 

Kisah pada hari minggu pertama ini selain menyatakan Yesus yang bangkit, dikaji dari sisi emansipasi wanita dimana Yesus memilih perempuan sebagai saksi mula-mula sebagai pembaharuan bagi pandangan Yudaisme. Yesus yang tidak membedakan lingkar murid, bukan tiga murid, juga bukan dua belas atau tujuh puluh puluh murid. Kajian lain tentang proses penampakan Yesus kepada seseorang, berdua dan kolektif. Saya meyakini Kitab Suci menyimpan mutiara-mutiara tak terbatas yang bisa ditemukan pada penggalian yang benar dan bertanggungjawab. Bagi saya muncul pertanyaan, apakah maksud dan pesan Yesus menampakkan diri-Nya di perjalanan Emaus? Mengapa Lukas memutuskan membukukan hasil penyelidikan saksi mata peristiwa ini dalam bukunya? Memang sama seperti tujuan penulisan Yohanes, Lukas juga bertujuan untuk menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, menunjukkan penderitaan-Nya, tanda yang membuktikan bahwa Ia hidup dan tentang Kerajaan Allah.[2] 


Ini adalah peristiwa penampakan kedua Yesus, bukan kepada tiga murid-Nya, juga bukan kepada sebelas murid. Dari kutipan Markus dan Lukas dapat disimpulkan bahwa dua murid Yesus ini tidak mengetahui bahwa Maria Magdalena sudah melihat Yesus.[3] Barangkali hal ini merupakan alasan utama mengapa mereka tidak pernah terpikir akan bertemu Yesus yang bangkit.[4] Mereka sedang bercakap-cakap (talking, dialoguing)[5] dan bertukar pikiran (discussing, debating, questioning)9,[6] saat Yesus atas inisiatif-Nya mendekati mereka, berjalan bersama-sama dengan mereka dan bertanya untuk memulai perbincangan. Seberapa penting homileo dan suzeteo ini bagi Yesus, bagi Kleopas dan teman? Bukankah lebih efektif jika Yesus menampakkan diri kepada mereka sama seperti yang dilakukan-Nya kepada Maria Magdalena? Tidak.


Kita sering menyanyikan lirik sebuah lagu “kubur kosong membuktikan Dia hidup”, benarkah?[7] Terdapat logical fallacy di dalam pernyataan di atas, slippery slope atau false dichotomy.[8] Kubur kosong hanya membuktikan bahwa jasad Yesus tidak ada. Kubur kosong tidak mampu membuktikan Yesus bangkit dan hidup. Jika kubur kosong mampu membuktikan Yesus bangkit maka tidak perlu ada penampakan diri-Nya.13 Alkitab mencatat satu pernyataan logis yang membuat saksi-saksi menerima kubur kosong karena kebangkitan. 

 

Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. (Mat 28:6, TB)
Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (Mar 16:7, TB)
Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." (Mar 14:28, TB)
Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga." Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.  (Luk 24:6-8, TB)

 

Tanpa pernyataan ini kubur kosong hanya membuat mereka percaya bahwa kubur benar-benar kosong.

 

Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. (Joh 20:8-9, TB)

 

Perkataan malaikat “dikatakan-Nya” membuat mereka menerima peristiwa kebangkitan. Selanjutnya mereka membutuhkan bukti kebangkitan yaitu Yesus yang hidup. 

 

Kembali ke jalan Emaus, Yesus melakukan eksperimen, tidak mengajukan bukti dan tanda tetapi mengajukan pengertian. Setelah menegur dengan: 

 

"Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"[9]

 

Lalu Ia menjelaskan[10] kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.[11] Hati mereka berkobar-kobar, ketika Yesus menerangkan Kitab Suci sebelum mereka mengenali Yesus.[12] Kronologi kisah ini adalah; mereka mendengar berita sahih tentang kebangkitan, lalu bingung, memperdebatkan, bertemu tetapi tidak mengenal Yesus, Yesus menjelaskan dan menerangkan Kitab Suci, pikiran terbuka, mengerti Kitab Suci, hati yang berkobar-kobar, mengenali Yesus dan kembali ke Yerusalem. 


Penampakan diri Yesus kepada Maria Magdalena membuktikan Dia bangkit dan hidup tetapi “percaya” murid-murid diselubungi oleh ketidakpercayaan. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.[13] 

 

Mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Jadi menjadi saksi adalah satu hal dan mengerti adalah hal yang lain. Lalu Yesus membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti isi Kitab Suci.[14] Bukti membutuhkan penjelasan dan pengertian untuk sampai ke tingkat percaya. Seeing tidak otomatis believing, percaya dan iman sendiri adalah dasar dan bukti[15]. Bodoh dan lamban hati berkorelasi erat dengan pikiran, sedangkan mengerti berkorelasi erat dengan homileo dan suzeteo. Inilah alasan mengapa kita sangat membutuhkan diermeneuo. Hermeneutik dalam penggalian Kitab Suci.

 

Berlanjut dengan kisah Tomas, dalam paradigma “mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati” tidak percaya kepada kesaksian orang-orang yang telah menyaksikan, kita memahami perkataan Yesus:

 

Jesus said to him, "Have you believed because you have seen me? Blessed are the people who have not seen and yet have believed." (John 20:29 NET)
Jesus said to him, "The basis for your believing was seeing. Blessed are those who without having seen, nevertheless believed." (Joh 20:29 MIT)

 

Dalam pernyataan di atas Yesus seolah-olah berkata, “memang engkau bisa percaya setelah melihat?” Tomas menuntut paradigma lama, bukti. Mencucukkan jari pada bekas paku dan lambung. Yesus menawarkan paradigma baru, mengerti. Eksperimen Emaus terbukti bisa. Hati mereka berkobar-kobar tanpa melihat Yesus. Dengan demikian melalui pemahaman yang benar, penggalian yang bertanggungjawab atas Kitab Suci, kita bisa percaya walau tidak melihat. 

 

Kita tidak akan pernah lagi bisa menjadi saksi mata hidup atas kematian dan kebangkitan Yesus tetapi kita bisa percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia dan menulis kitab sesudah kebangkitan-Nya. Kita tidak akan pernah lagi menjadi saksi pendengar atas kesaksian para murid tetapi kita bisa percaya dari catatan mereka yang kita baca hari ini. Dengan demikian kita bisa juga menjadi pewarta dengan hati yang berkobar-kobar.

 

Sepanjang sejarah kekristenan, Yesus yang mati, Yesus yang bangkit, Yesus yang hidup dan ketuhanan Yesus, menjadi fokus serangan apologi non-kristen. Topik ini tak tergoyahkan karena dibangun di atas kesaksian dan pengajaran. Yesus sendiri meneguhkannya sebelum Dia naik ke surga. Pengajaran meneguhkan kesaksian. Sendiri atau hanya salah satu darinya membuat lemah dan tidak seimbang tetapi kesaksian tanpa pengajaran menjadi pengalaman subjektif. Hadirnya Roh Kudus setelah Yesus naik ke surga, sebagai kuasa, Penolong yang lain, Roh Kebenaran yang menyertai dan diam selama lamanya di dalam murid-murid menjadi peneguhan yang dijanjikan.[16] 

 

Bagaimana dengan kita sekarang? Kisah di jalan ke Emaus mengajar kita untuk memiliki paradigma baru membuka pikiran, mengerti, memperbincangkan, bertukar pikiran dan menggali untuk mendapatkan penjelasan Kitab Suci dalam mengalami Tuhan. Lukas dalam suratnya mencatat orang-orang Yahudi di kota Berea lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima Firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci.[17]  Paulus mengingatkan Timotius untuk berusaha supaya layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang terus terang[18],[19] memberitakan perkataan kebenaran. Terus terang yang berarti mengajar kebenaran secara langsung, lurus dan benar. 

 

Perkembangan teknologi saat ini dapat memudahkan kita untuk mendapat tuntunan dan referensi dalam penggalian Alkitab. Menemukan tulisan bapa-bapa gereja pasca rasul bukan hal yang sulit bagi kaum awam sekarang ini. Hanya membutuhkan kemauan dan kebersamaan dalam menggali. Di sisi lain, teknologi bisa menjadi ancaman bagi iman Kristen. Hadirnya ChatGPT saat ini yang dinilai memberikan kemudahan jawaban aktual, mudah dan komprehensif atas masalah dan pertanyaan. Saatnya tiba tantangan Kekristenan bukan lagi pertentangan teologis tentang Allah atau penolakan Yesus adalah Tuhan, keselamatan, atau Alkitab bukan Firman Tuhan tetapi sinkretisme kepercayaan, relativitas post-modern, popular dan holistik berdasar algoritma yang mungkin tidak Alkitabiah sama sekali atau hanya mengandung kebenaran parsial yang tercampur dan tidak mudah dikenali[20]

 

Pada akhirnya, pemahaman Alkitab yang bertanggungjawab disertai perbincangan terhadap isu-isu aktual haruslah menjadi budaya setiap kita sebagai murid Kristus. Melalui cara tersebut, para murid dapat hidup dengan memandang dan menyikapi pengalaman rohani agar tidak mudah diombang-ambingkan oleh isu-isu dunia yang datang dalam lompatan kuantum teknologi dan gulungan gelombang peradaban.


/kb


[1] Mar 16:9,12,14

[2] Kis 1:1-3

[3] Yoh 20:18. “… benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." (Luk 24:24)

[4] Alasan lain oleh Markus menyebutkan; menampakkan diri dalam rupa yang lain (heteros morphe) (Mar 16:12) tetapi tidak diterangkan bagaimana maksud rupa lain 

[5] Yun: homileo: 4) to converse with, talk about: with one. Homelitic from Greek homilētikos cordial, from homilein to converse with 9 Yun: suzeteo. Kata yang digunakan untuk “bersoal jawab” antara Stefanus dengan Yahudi (Kis 6:9) dan Paulus dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani yang berusaha membunuh dia (9:28)

[6] Luk 24:15

[7] Mat 28:5-6, luk 24:1-9, Yoh 20:1-2

[8] Slippery slope; ada loncatan logika antara pernyataan satu dan dua. Pernyataan satu dan dua tidak selalu terhubung atau sebab akibat. False dichotomy hanya menghadirkan dua pilihan atau dua sisi

[9] Lamban; anoetos:  1) not understood, unintelligible 2) not understanding, unwise, foolish 

bodoh; anoetos dan bradus:  1) slow 2) metaph. dull, inactive, in mind 2a) stupid, slow to apprehend or believe 

[10] Diermeneuo: Dia “through” and hermeneuo “to interpret”. 1) to unfold the meaning of what is said, explain, expound 2) to translate

[11] Luk 24:25-27,32

[12] Luk 24:32

[13] Mar 16:14

[14] Luk 24:45

[15] Ibrani 11:1. Iman tidak membutuhkan bukti, iman tentu dibuktikan jika dibutuhkan 

[16] Yoh 14:16-17

[17] Kis 17:11

[18] Berterus terang; orthotomeo: 1) to cut straight, to cut straight ways 1a) to proceed on straight paths, hold a straight course, equiv. to doing right 2) to make straight and smooth, to handle aright, to teach the truth directly and correctly

[19] Ti 2:15

[20] Kekristenan menghadapi dunia yang semakin berpikir manusiawi. Beradab berarti menjunjung tinggi kebebasan dalam privasi, ide dan nilai-nilai. Baik kejahatan maupun moralitas semakin menjauh dari kebenaran Kristus.   

Comments


Hubungi Kami

Dapatkan update artikel SAMARITAN terbaru yang dikirimkan langsung ke email Anda.

Daftar menjadi Samareaders sekarang!

Instagram
Facebook
Media Samaritan
Media Samaritan

 Media Samaritan 2022

bottom of page