Kata “integritas” tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita dan sudah menjadi bahasa umum tentang nilai kehidupan yang utuh (luar-dalam). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan integritas sebagai “mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan”. Integritas juga dapat berarti kejujuran.
Israel sebagai umat Allah memiliki integritas kehidupan yang tinggi, karena dipilih dan dipanggil Allah serta ditebus melalui anugerah-Nya. Tak hanya menjadi umat Allah, Israel juga dipanggil untuk menjadi alat-Nya untuk menjadi berkat bagi dunia ini (Kej. 12:2-3).
Suatu hari, Tuhan memanggil Mikha dari Moresyet menjadi nabi-Nya (700 tahun sebelum kehadiran Mesias) untuk menyampaikan suatu nubuatan akan apa yang akan terjadi bagi umat-Nya di kemudian hari. Mikha (arti namanya: who can be like you, Lord atau ”siapakah yang seperti Engkau, Tuhan”) hidup sejaman dengan nabi Yesaya, di mana kondisi Israel telah terbagi dua (Israel dan Yehuda). Mikha dipanggil menjadi nabi pada zaman pemerintahan Raja Yotam, Ahaz, dan Hizkia dimana saat-saat itu ada banyak kemerosotan hidup yang terjadi di kalangan umat-Nya dan hal-hal ini merupakan kekejian di mata Tuhan. Umat Allah tidak lagi hidup secara terintegritas, ada ‘jarak’ (gap) dalam kehidupan mereka sebagai umat Allah dimana penyembahan yang mereka lakukan dalam bait Allah tidak lagi sesuai dengan kehidupan sosial mereka di tengah masyarakat (perhatikan hal ini juga yang terjadi pada Yes 58). Hal ini membuat Allah keluar dari bait-Nya.
Kitab Mikha dibagi menjadi 3 bagian:
Pasal 1-2: Allah menghampiri untuk mengadili umat-Nya, Israel
Pasal 3-5: Teguran, hukuman juga bagi hamba-hamba Tuhan
Pasal 6-7: Penebusan dan restorasi yang akan dilakukan Allah
Allah menghampiri dan mengadili umatNya (Mikha 1-2)
Bagian awal kitab Mikha memperlihatkan bagaimana Allah keluar dari bait-Nya dan menghampiri serta mengadili umat-Nya (pasal 1-2).
a. Apakah yang dilakukan umat Israel sehingga Allah datang dan mengadili mereka?
Pelanggaran Yakub serta dosa kaum Israel membuat Allah datang dan mengadili mereka (ay 5). Para pemimpin (raja, pemuka, dan nabi-nabi) memperkaya diri melalui pencurian dan kerakusan terhadap orang-orang miskin di Samaria dan Yerusalem (2:1-2, 8-9).
Sebagai contoh: Raja Ahab mengambil paksa kebun Anggur keluarga Naboth, karena Naboth mempertahankan tanah warisan keluarganya, namun Raja Ahab merebut, hal yang sama sekali tidak boleh dilakukan dan melanggar hukum Taurat (Bilangan 36:7), bahkan Ahab melalui istrinya menuduh Naboth melalui tuduhan palsu di pengadilan, sehingga Naboth dihukum mati (1 Raja-raja 21).
b. Para pemuka agama/nabi-nabi melayani untuk kepentingan mereka sendiri, mendapatkan keuntungan dari mereka yang mampu membayarnya.
c. Umat Allah sendiri menjadi musuh pada sesamanya dengan melakukan penindasan terhadap yang mereka yang miskin dan lemah dengan merebut kepunyaan mereka secara semena-mena.
Allah tidak membiarkan semua ini terjadi dan hukuman akan segera datang, di mana Kerajaan Assyria dan Babilonia akan menghampiri untuk menyerang dan meluluh lantahkan Yehuda dan Yerusalem. Bait Allah yang merupakan kebanggaan umat Allah akan dihancurkan (2: 4-7;3), sesuatu hal yang tidak pernah mereka pikirkan.
Apakah Allah kurang sabar terhadap umat-Nya? (2:7) Tidak! Allah adalah Allah yang panjang sabar. Dalam kasih-Nya, Ia menegur umat-Nya yang telah mendua hati. Umat Allah beribadah kepada Tuhan di bait-Nya, namun hati mereka menyeleweng, berzinah mengikuti ilah-ilah lain serta melakukan banyak ketidakadilan, kejahatan kepada sesama umat yang lemah dan miskin.
Dengan perkataan lain, Allah tidak akan tinggal diam melihat semua kejahatan dan kelaliman umat-Nya yang melakukan ketidak adilan pada yang lemah dan miskin. Ia sendiri menjadi “hakim” atas umat-Nya, supaya mereka bertobat. Hukuman dan teguran Tuhan seharusnya membawa umat kembali kepada-Nya. Ini menjadi pelajaran penting bagi kita, jika gereja/umat Allah tidak lagi melaksanakan misi Allah maka Allah pun bisa meninggalkan gereja/umat-Nya, bahkan mengadilinya.
Pengharapan dan Restorasi (2:12-13)
Namun, sekali lagi kita melihat kasih dan kesetiaan Allah yang luar biasa, Dia sendiri akan menjadi ”gembala” bagi umat yang tersisa (yang mau kembali kepada-Nya) dan Ia akan berjalan di muka serta menjadi pemimpin yang membebaskan mereka sehingga umat-Nya mengalami restorasi (pemulihan); kembali hidup bersama dengan Allah sepenuhnya. Ia bahkan bersedia memakai kita kembali dalam profesi masing-masing untuk melakukan pekerjaan restorasi bagi kesejahteraan kota dimana kita tinggal, bangsa kita bahkan dunia ini. Ia memperlengkapi dan memberi kuasa melalui Roh Allah sendiri yang memimpin kita melaksanakan panggilan-Nya sampai Ia datang kembali. Terpujilah Tuhan, di Yerusalem baru.
Refleksi dan Respon
Sejauh mana kita mengenal Dia dan membawa kita sungguh kembali diperbaharui oleh-Nya?
Adakah kita memikirkan dan turut mengerjakan kesejahteraan sesama melalui profesi dan talenta yang Ia sudah karuniakan atau kita lupa dan hanya menggunakan untuk kepentingan memperkaya diri dan kelompok kita saja?
Apakah suatu hari Tuhan akan mengadili kita juga untuk mempertanggungjawabkan panggilan-Nya sama seperti yang dilakukan-Nya pada umat-Nya melalui kitab Mikha?
*) Penulis adalah Executive Director Indonesian Care
/stl
Comments