top of page
Subscribe
Instagram
Facebook
Donation

Gereja yang Tak Tergantikan


Lima hingga sepuluh tahun lalu, pernahkah kita membayangkan bahwa beribadah di gereja tidak selalu berarti benar-benar pergi dan bisa dilakukan di rumah melalui layar? Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa akan ada masanya dimana beribadah dapat dilakukan secara online dengan kemajuan teknologi. Saat pandemi COVID-19 begitu kritis, kita tentu bersyukur dengan adanya teknologi yang memungkinkan kita untuk tetap beribadah tanpa meningkatkan risiko penularan yang saat itu masih sangat tinggi dan vaksin masih dalam proses pengembangan. Namun, fenomena ”gereja online” pada masa itu membuat saya justru semakin meyakini satu hal: pertemuan fisik dan persekutuan dengan orang percaya lainnya di gereja itu tak akan pernah tergantikan.


Komunitas yang berharga

Saat kita beriman pada kematian dan kebangkitan Kristus, kita menerima anugerah Roh Kudus dan menjadi anggota keluarga kerajaan Allah (Efesus 1:5,13). Kita pun menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan melalui gereja-Nya di dunia dan juga dipanggil untuk bersekutu dan melayani dalam gereja lokal tempat kita beribadah.


Kristus sendiri begitu mengasihi gereja-Nya, Dia memenangkannya dengan darah-Nya sendiri (Kisah Para Rasul 20:28). Ia memberi jaminan bahwa alam maut tak akan berkuasa atas jemaat-Nya (Matius 16:18). Adakah komunitas lain dibentuk oleh dunia ini yang demikian? Jika kita berkata kita mengasihi Kristus, sudah sepatutnya kita pun mengasihi gereja yang dikasihi-Nya.


Lantas, apa yang kurang dengan gereja virtual? Bukankah secara esensi sama saja dengan gereja seperti biasa? Bukankah hal tersebut telah menjadi solusi saat pandemi dan mungkin menjadi jalan keluar bagi kaum profesional dengan jadwal yang sibuk, termasuk para tenaga medis? Sesungguhnya, ada banyak yang hilang jika kita hanya mengandalkan pertemuan ibadah secara daring.


Dalam gereja, kita bisa menyembah Allah bersama-sama sebagai satu tubuh. Kita adalah bagian dari gereja, tetapi Tuhanlah kepalanya. Mengikuti ibadah di gereja memberikan kita kesempatan untuk benar-benar duduk, diam, tenang, mendengar firman, sesuatu yang sangat sulit dilakukan di waktu lain dalam hari-hari kita yang kerap dipenuhi dengan gawai, sosial media, berbagai pertemuan pekerjaan. Mendedikasikan waktu dua jam penuh untuk menyembah dan mendengar Tuhan dalam gereja pun melatih pikiran dan jiwa kita untuk tidak dipusingkan dengan hal-hal dunia yang merenggut sukacita dan belajar untuk berserah pada Allah yang memegang kendali.


Gereja juga memberikan lingkungan yang baik untuk bertumbuh sebagai orang Kristen. Di dalam gereja, kita akan bertemu, bertegur sapa, dan bertukar hidup dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dalam organisasi profesi mungkin akan cukup mudah memahami cara pikir rekan sejawat kita karena berasal dari profesi yang serupa, tetapi dalam gereja, mungkin diperlukan seni tersendiri untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari profesi yang berbeda-beda.


Kita dapat mempertajam karakter kita ketika bergaul dengan anggota tubuh Kristus yang berbeda karakter dan cara pandang. Kita belajar untuk mengakui kesalahan, memberi pengampunan, dan meneruskan kasih karunia kepada sesama kita dalam gereja karena mereka juga adalah saudara di dalam Kristus.


Gereja memang bukanlah komunitas yang sempurna. Tak jarang kita mendengar banyak hal tak menyenangkan terjadi di dalam gereja bahkan mungkin kita melihat atau mengalaminya sendiri. Namun, jika kita hanya fokus melihat cacat dari gereja saja, maka bisa jadi kita telah terjatuh dalam tipuan si jahat. Salah satu pekerjaan Iblis adalah membuat mata kita tertutup dari keindahan gereja dan membuat kita merasa gereja sudah begitu bobrok dan tak ada yang bisa diperjuangkan lagi di dalamnya. Syukur kepada Allah bahwa di dalam Kristus, kita tetap memiliki pengharapan bahwa Dia sendirilah yang terus menjaga gereja-Nya hingga Dia datang kembali. Oleh kuasa Roh Kudus, kita akan ditolong untuk terus mengasihi gereja, bagaimanapun tak sempurnanya ia.


Gereja online telah Tuhan pakai untuk menjaga umat-Nya bahkan memperluas kerajaan-Nya selama masa pandemi. Namun, gereja secara fisik tetap tak tergantikan dan kehadiran kita pun terus dinanti (Ibrani 10:24-25). Betapapun padatnya pekerjaan Anda sepanjang minggu, betapapun lelahnya perjalanan menuju tempat ibadah, bagaimanapun tidak sempurnanya gereja Anda, teruslah berjuang untuk hadir, menyembah, melayani, dan bersaksi di dalam dan melalui gereja.


*Penulis melayani sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai medical editor paruh waktu


/stl

Comments


Hubungi Kami

Dapatkan update artikel SAMARITAN terbaru yang dikirimkan langsung ke email Anda.

Daftar menjadi Samareaders sekarang!

Instagram
Facebook
Media Samaritan
Media Samaritan

 Media Samaritan 2022

bottom of page