“Creation Care: Bagaimana Seharusnya?”
- Esni Naibaho
- Aug 6
- 6 min read

Untuk kesekian kalinya, seruan penutupan pabrik kertas milik PT Toba Pulp Lestari di Kabupaten Toba Sumatra Utara yang kali ini disuarakan oleh Ephorus HKBP Pdt Dr Victor Tinambunan dilakukan, karena dampaknya yang begitu besar terhadap kerusakan lingkungan. Sementara itu, Pulau Raja Ampat yang merupakan kawasan konservasi yang dilindungi negara, dieksploitasi secara masif - sekitar 500 hektar hutannya dibabat dan tanahnya dikeruk. Masyarakat setempat juga telah menuntut penutupan perusahaan nikel yang beroperasi di sana. Dua fakta yang sempat viral tersebut, sayangnya menguap begitu saja tanpa tindak lanjut yang signifikan. Sesungguhnya, lingkungan hidup dimana kita tinggal dan hidup sedang tidak baik-baik saja: hilangnya hutan mengakibatkan punahnya berbagai spesies tumbuhan dan hewan (biodiversity), terjadinya degradasi lingkungan dan pencemaran air, serta naiknya permukaan air laut. Semua akibat kegagalan manusia dan negara menjalankan mandat penatalayanan (stewardship). Akibat ulah manusia, semua ciptaan baik manusia dan non-manusia pun mengerang.
Pada umumnya motivasi dari gerakan kepedulian alam didasarkan pada perspektif antropologi dimana pemeliharaan alam semata-mata demi manusia, misalnya untuk menjaga keindahan, kebersihan, kesehatan dan warisan untuk generasi masa depan. Namun, apakah hanya sebatas itu mengingat orang Kristen malah terkesan lambat dalam menanggapi permasalahan ekologi? Bagaimanakah seharusnya memelihara ciptaan Tuhan?
Menyadari beberapa pemahaman yang salah
Pemahaman yang tidak tepat tentang ciptaan lainnya antara lain: menganggap hewan dan tumbuhan tidak punya masa depan (future) dan eksistensinya hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Anggapan bahwa Allah lebih memedulikan dan mengasihi manusia sehingga tindakan penyelamatan Allah hanya untuk manusia dan tidak ada hubungannya dengan ciptaan lainnya. Pemahaman lainnya adalah pemahaman eskatologi (akhir zaman) yang menekankan bahwa menangani isu ekologi membuang waktu karena dunia nantinya akan hancur. Selanjutnya, tindakan satu orang atau beberapa orang tidak akan memberikan dampak apa-apa. Pemahaman yang salah ini, hanya akan melemahkan perjuangan pemeliharaan ciptaan dan mengabaikan tugas panggilan penatalayan yang Allah embankan.
Mengakui Allahlah sang pemilik bumi, bukan manusia
Dalam Mazmur 24:1 dikatakan: “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” Dialah yang menopang seluruh ciptaan-Nya sejak penciptaan (Kolose 1:16-17), di dalam tangan-Nya, terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia (Ayub 12:10). Sebagai sang pemilik, Tuhan adalah tuan dan raja atas semuanya. Dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan mengatur tata letak, batas, ragam, dan fungsi semua ciptaan-Nya. Dia juga mendesain relasi dan saling kebergantungan di antara ciptaan-Nya. Manusia tidak dapat hidup tanpa tumbuhan dan hewan, demikian sebaliknya. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari alam semesta, karena berasal dari alam yaitu debu. Terdapat hubungan timbal balik (interconnection) antara manusia dan ciptaan lainnya.
Allah sungguh menikmati keindahan dan keharmonisan hasil karya-Nya. Dia tidak hanya berkenan menerima nyanyian pujian dari manusia melainkan juga menikmati pujian dari pohon yang bergoyang dan burung yang berkicau. Bahkan, di akhir zaman semua makhluk di bumi dan di surga akan memuji Yesus, Anak Domba yang duduk di atas takhta (Wahyu 5:13). Dia tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya dan tidak satu pun luput dari perhatian-Nya, bahkan burung pipit pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak-Nya (Matius 10:29). Oleh karena itu, Allah memercayakan tugas penatalayanan (stewardship) kepada manusia sebagai makhluk yang membawa gambar dan rupa Allah, untuk mewakili-Nya mengelola ciptaan lainnya. Allah menghendaki bumi dikelola dengan cara mengusahakan (Ibrani: abad=serve) dan memelihara (Ibrani: shamar=keep/protect), bukan untuk memiliki apalagi menjadi tuan atas ciptaan Allah (Kejadian 1:28; 2:15). Dengan demikian tindakan pembiaran, pasif, dan ketidakpedulian, apalagi eksploitasi terhadap ciptaan Allah adalah bentuk perlawanan terhadap Allah dan dosa di hadapan Sang Pemilik bumi dan segala isinya.
Alasan memelihara ciptaan Tuhan
Kepedulian terhadap ciptaan (creation care) meliputi kepedulian terhadap manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan karena kerusakan alam bukan hanya berdampak negatif terhadap manusia, melainkan juga terhadap tumbuhan dan hewan. Bila dalam ekosistem terdapat satu bagian yang rusak, maka semua akan kesakitan. Misalnya, penggundulan hutan akan mengakibatkan longsor dan banjir yang dapat membunuh binatang dan manusia.
Allah peduli terhadap seluruh ciptaan-Nya. Allah menghendaki umat-Nya melakukan kebenaran dan menegakkan keadilan bagi sesama (Mikha 6:8). Dia juga memerintahkan Israel untuk menjaga produktivitas tanah dengan mencanangkan tahun Yobel (Imamat 25). Sebelum air bah, Nuh diperintahkan Allah untuk membawa ke dalam bahtera semua jenis binatang berpasang-pasangan (Kejadian 6:20). Selanjutnya, karya penebusan Kristus tidak hanya untuk manusia, melainkan untuk pembaharuan seluruh ciptaan (Kis. 3:21). Dengan menatalayani ciptaan Tuhan, sesungguhnya kita sedang merefleksikan karakter Allah dalam memperlakukan ciptaan-Nya, menghargai hasil karya Allah serta mendemonstrasikan ketundukan kita pada perintah Sang Pencipta, serta berpartisipasi dalam pekerjaan Allah dalam merestorasi dunia ciptaan yang rusak karena dosa manusia.
Kita merupakan bagian dari ciptaan. Kita perlu menyadari akan status dan posisi kita dalam tatanan ciptaan Tuhan dan bahwa kita tidak dapat dipisahkan dari ciptaan lainnya. Oleh karena itu, kita harus mendatangkan kebaikan bagi ciptaan lainnya dengan cara menatalayaninya sesuai kemampuan dan keterampilan yang dianugerahkan Tuhan. Allah mengatakan semua yang dijadikan-Nya sungguh amat baik. Dalam pandangan-Nya, dunia ciptaan sudah sesuai kehendak-Nya dan memuaskan hati-Nya. Dengan menatalayani ciptaan Tuhan, kita sedang mendemonstrasikan identitas kita sebagai part of creation dan good steward atas ciptaan Tuhan.
Pemeliharaan ciptaan adalah masalah Injil. Ed Brown, Direktur Eksekutif dari Creation Care dalam IFES World Assembly tahun 2023 di Jakarta, menyatakan bahwa creation care is a matter of the Gospel. Creation care bukan hanya isu lingkungan, ilmu, politik atau ekonomi, melainkan masalah rohani. Gereja-gereja yang bergabung dalam Lausanne Movement telah menyusun pernyataan akan alasan mempedulikan ciptaan yaitu “bumi diciptakan, dipelihara, dan ditebus oleh Kristus. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Allah sementara mengabaikan ciptaan-Nya. Kita seharusnya memakai ciptaan dengan bertanggung jawab. Hubungan kita dengan Allah tidak terpisah dari cara kita memperlakukan bumi.”
Wujud kepedulian terhadap orang miskin. Orang miskinlah yang paling banyak kena dampak kerusakan lingkungan sekalipun mereka paling sedikit menyebabkan kerusakan alam dibandingkan orang pada umumnya yang memiliki konsumsi besar setiap harinya. Ingat, kita lebih banyak memproduksi sampah daripada mereka yang miskin. Dengan memelihara ciptaan, kita sedang mengurangi dampak negatif kerusakan lingkungan terhadap orang miskin.
Wujud memenuhi panggilan disiplin ilmu. Pemeliharaan ciptaan merupakan panggilan mengintegrasikan disiplin ilmu dalam bentuk tindakan dan dalam keikutsertaan menatalayani ciptaan Tuhan. Sebagai kaum intelektual, kita ditantang untuk mengimplikasikan keilmuan yang kita miliki secara kreatif dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di bidang kesehatan, selain menangani kesehatan manusia dan mengobati penyakit, juga berpartisipasi dalam aktivitas kesehatan lingkungan misalnya dengan penanaman pohon, pemilahan sampah, dan pengelolaan sampah, termasuk penyuluhan tentang hubungan penyakit dengan kerusakan lingkungan dan usulan kebijakan untuk umum. Berbagai aktivitas dapat dilakukan antara lain pengobatan, pencegahan, penyebarluasan informasi, juga usulan kebijakan publik di bidang kesehatan.
Tindakan praktis memelihara ciptaan
Sekalipun yang kita lakukan kecil dan sepertinya tidak berpengaruh, tetapi semangatnya adalah menatalayani ciptaan Tuhan. Beberapa hal sederhana yang dapat segera kita lakukan adalah membangun gaya hidup dan tindakan sehari-hari dalam melakukan 3R (reducing, reusing, dan recycling). Kita perlu memeriksa cara membeli dan mengkonsumsi: Apakah kita telah mempraktekkan tindakan menghormati Allah dan memperdulikan alam? Melakukan evaluasi terhadap kebiasaan konsumsi dengan memperhatikan apakah produk yang dibeli aman bagi lingkungan (environment friendly), membuat kompos dari sampah rumah tangga, mendaur ulang dan mengurangi penggunaan plastik dengan menggunakan tas belanja dan membawa botol minuman, memilih naik sepeda daripada mengendarai mobil, serta memilah sampah sebelum dibuang. Terdapat kisah nyata di tempat pembuangan akhir di Bandung dimana seorang pemulung sampah terluka tangannya akibat pecahan gelas (beling) yang dimasukkan dalam kantong yang berisi sisa makanan.
Kita dapat bergabung dengan gerakan kebersihan lingkungan dan mendukung komunitas yang melakukan inisiatif pelestarian alam yang dilakukan oleh gereja, lembaga atau komunitas, maupun menggagas atau menginisiasi kegiatan pelestarian, juga mengadvokasi kebijakan dan praktek melindungi lingkungan. Kita juga dapat melakukan edukasi untuk mempromosikan tindakan pemeliharaan yang berkelanjutan. Melalui mimbar, liturgi dan doa, jemaat diajarkan tentang peran memelihara alam dan kemudian tergerak untuk mengatasi masalah lingkungan di sekitarnya termasuk menciptakan area hijau di sekitar rumah, gereja, dan komunitas.
Digerakkan melalui Kelompok Pemuridan
Creation care is a fundamental part of our identity as followers of Jesus Christ. Kepedulian terhadap ciptaan sebagai bagian dari pemuridan - dalam kelompok kecil, akan membentuk pola pikir yang alkitabiah dan mengakar kuat serta membangun gaya hidup dari anggota kelompok. Namun pada umumnya, bahan diskusi dan penelaahan Alkitab tentang penatalayan sering difokuskan hanya pada pengelolaan uang dan talenta, jarang mengarah pada penatalayanan terhadap ciptaan. Dalam kelompok, penelaahan alkitab seharusnya diikuti dengan mendiskusikan cara sederhana dan praktis untuk memelihara alam, termasuk langkah membentuk gaya hidup seorang penatalayan. Lebih lanjut, pemuridan di kalangan mahasiswa dan profesional perlu membahas implikasi berbagai disiplin ilmu terhadap pemeliharaan ciptaan misalnya di bidang kesehatan, tehnologi, tehnik, pertanian, peternakan, ekonomi bisnis, dlsb. Jadi, tindakan memelihara ciptaan seharusnya keluar dari hati yang beribadah kepada Tuhan, dan kasih kepada Tuhan dan ciptaan-Nya. Pemuridan akan menggerakan dan memampukan setiap anggota melakukan pemeliharaan ciptaan sebagai tindakan iman, bukan sekedar tindakan sosial atau kepedulian semata, melainkan juga menjadi tindakan partisipatif dari seluruh umat Tuhan - tua-muda, besar-kecil, dan bukan sekedar sekelompok orang yang memiliki interes yang sama. Yesuslah Tuhan atas segalanya dan semua ciptaan berada di bawah kekuasaan-Nya, karena itu marilah menatalayani ciptaan milik Tuan kita.
Sumber:
Ephorus HKBP Victor Tinambunan Serukan Penutupan Permanen PT Toba Pulp Lestari pada Rakorwil PSBI - Tribun-medan.com. Sabtu (17/5/2025).
Christopher Wright, The Mission of God’s People, Zondervan, USA, 2010
Dave Bookless, PlanetWise-Dare to Care for God’s World, Inter-Varsity Press, England, 2008
Ed Brown, Plenary Session, IFES World Assembly di Jakarta, YouTube, 2023
Comments