top of page

Allah yang Berdaulat: Eksposisi Mikha Bagian 2



Saat membaca kitab Mikha, kita dapat melihat bagaimana orang-orang yang menduduki posisi di pemerintahan pada waktu itu, bahkan para nabi di bait Tuhan, tidak menghormati Tuhan. Mereka dengan sengaja melakukan perbuatan-perbuatan yang memuakkan Tuhan; kesucian diganti dengan kekotoran dan kebobrokan, sehingga Tuhan harus menyembunyikan wajah-Nya (Mikha 3:4). Tuhan melihat perbuatan-perbuatan para pemimpin dan nabi begitu brutal. Hal ini tentu tidak asing bagi kita karena kerap kali mereka yang memegang kekuasaan justru menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Lantas, apa yang sebenarnya telah terjadi (Mikha 3)?

1. Pemimpin kaum Israel membenci kebaikan dan mencintai kejahatan

Para pemimpin kaum Israel yang seharusnya melindungi dan mengusahakan kesejahteraan masyarakat, ironisnya justru membenci kebaikan dan mencintai kejahatan. Mereka melakukan kekejian kepada masyarakat yang miskin, merebut kepunyaan mereka dengan kerakusan sehingga menambah penderitaan di berbagai sisi kehidupan. Hati dan pikiran mereka telah menyimpang, memakai berbagai hal fasilitas seperti kedudukan, kemampuan, dan kuasa untuk kepentingan, kesenangan, serta kekayaan pribadi. Mereka lupa bahwa panggilan hidup di marketplace adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanan kota. Akibatnya, masyarakat pun menderita karena banyak mengalami ketidakadilan.

2. Hamba Tuhan melayani kepentingan diri sendiri

Para hamba Tuhan yang melayani di bait Allah, seharusnya melayani umat dengan hikmat dan cinta kasih; kedapatan hanya melayani untuk kepentingan diri sendiri. Mereka memberkati dan melayani dan menyampaikan kata-kata yang baik memberkati umat yang dapat memberikan keuntungan besar; namun, bagi umat yang tidak dapat memberikan keuntungan, mereka akan menyampaikan peringatan-peringatan keras, bahkan hukuman. Mereka nampak sangat aktif melayani namun hati mereka jauh daripada Tuhan, hidup penuh kemunafikan!


Perbuatan-perbuatan yang dilakukan para pemimpin dan para nabi yang tidak menghormati dan menaati Tuhan telah membuat Ia sangat muak, sehingga kala mereka berseru, justru Allah tidak akan menjawab bahkan menyembunyikan wajah-Nya terhadap mereka. Ini adalah titik terendah dan mengerikan bila pemimpin tidak lagi mengalami hubungan yang dekat dengan Tuhan. Pemimpin tidak dapat melihat visi, kekuatan, serta pengharapan dari Dia. Kepemimpinan yang tumpul, bodoh dan gelap adanya. (Mikha 3:7). Kepemimpinan seperti ini hanya akan membuat bangsa menjadi liar, buas, dan ketidakadilan merajalela (if there is no vision the people perish, bdk. Amsal 29:18). Hari menjadi suram bagi mereka (Mikha 3:6).

Bagaimana dengan kepemimpinan di gereja, pemerintahan, masyarakat, bahkan di rumah tangga sekalipun? Pemimpin atau hamba Tuhan/majelis seperti apakah kita ini? Apakah yang kita kerjakan itu baik atau buruk? Apa yang kita lakukan dalam hidup ini sebagai kaum profesional di marketplace, juga bagi para hamba Tuhan? Begitu pula sebagai seorang dokter dan dokter gigi Kristen, apakah yang dicari melalui posisi, keahlian, dan kepercayaan yang diberikan? Sudah bukan rahasia dalam dunia medis ada banyak perbuatan tidak benar yang ditutupi. Apakah kita melakukan pekerjaan kita hanya untuk memperkaya diri sendiri dan membuat diri ini menjadi popular, hingga kita menghalalkan segala cara untuk itu. Semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.


Bagaimana masa depan bangsa Israel dengan kepimpinan yang bobrok seperti ini? Di sinilah kita belajar bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Keajaiban Allah selalu terjadi dan di tengah kegelapan Allah tidak tinggal diam. Ia memanggil Nabi Mikha untuk mengadili mereka semua. Dalam kehidupan bangsa yang merosot dibutuhkan pemimpin yang berintegritas, hamba yang setia mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Mikha seorang pemimpin yang penuh dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan (Mikha 3:8) dengan keadilan dan keperkasaan yang dikaruniakan Tuhan dengan berani Ia memberitakan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya.


Selanjutnya dengan berani Mikha menubuatkan kehancuran semua pemimpin dan nabi yang tidak adil, melakukan berbagai kejahatan, bahkan Sion akan dibajak dan Yerusalem akan dihancurkan (Mikha 3:11-12). Restorasi/pemulihan yang dilakukan Allah dimulai dengan mengadili dan menghancurkan (bukan dibuang) untuk dapat memperbaikinya kembali. Keberanian melakukan kritik pada pemerintah yang tidak jujur dan hamba Tuhan yang melayani dengan kerakusan, membutuhkan keberanian, hikmat yang luar biasa bagi Mikha yang memiliki integritas dalam hidupnya. Jika tidak, maka dia hanya akan dicemooh bahkan dibunuh. Tuhan yang memanggil Mikha juga adalah Tuhan yang mendampinginya melakukan pelayanan yang Allah kehendaki (Kis. 1:8).


Kedekatan bersama Tuhan serta mendengar, menghormati dan mengandalkan Tuhan adalah dasar penting bagi seorang pemimpin, apalagi tengah dunia yang bengkok ini. Dengan demikian, seorang pemimpin bisa hidup fokus, peka dan berani menghadapi berbagai hal di jamannya. Pemimpin yang dipenuhi oleh Roh Allah, adalah pemimpin yang berintegritas dan memahami apa yang dimilikinya (posisi, uang, waktu dan kuasa) merupakan anugerah yang Tuhan percayakan dan dipakai semaksimal mungkin untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat (pemimpin seperti ini dikenal dengan nama Tsaddiq).


Revitalisasi Sion -Yerusalem (Mikha 4)

a. Pembaharuan yang dilakukan Allah adalah merevitalisasi Sion menjadi kerajaan damai.

Akan tiba saatnya Sion-Yerusalem yang hancur dibangun kembali oleh Allah, di mana sekali lagi akan menjadi tempat kehadiran Allah, di sanalah manusia berduyun-duyun kembali mencari kebenaran, bertemu dengan Tuhan (Mikha 4:1-2)

b. Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar yang jauh; serta mereka akan menempa pedang untuk membajak, tombak-tombak jadi pisau pemangkas, bukan lagi untuk berperang melainkan bekerja untuk membangun kesejahteraan hidup mereka (Mikha 4:3-4)


c. Semua yang lemah dan terpencar karena dicelakakan Tuhan akan dikumpulkan-Nya dijadikan pangkal suatu keturunan, serta suatu bangsa yang diusir suatu bangsa yang kuat akan menjadi raja sampai selama-lamanya (Mikha 4:6-7). Pembaharuan akan Kerajaan Allah terus dilanjutkan oleh Allah. Kristus adalah pemimpin yang sejati, yang datang dalam kegelapan namun tidak larut, melainkan Ia menerangi kegelapan. Ia melepaskan manusia dari berbagai sakit penyakit, perbudakan dan ketidak adilan. Puncaknya, Ia mempersembahkan diri-Nya hancur mati di kayu salib untuk membayar semua hutang dosa kita dan merekonsiliasikan hubungan kita dan segala ciptaan yang telah dirusak oleh dosa, kembali kepada Allah. Melalui Dia kita kembali menjadi umat Allah dan menyembah Dia, raja atas segala sesuatu sampai selama-lamanya.


*) Penulis adalah Executive Director Indonesian Care


/stl

60 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page