Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Surat Filipi ditulis Paulus dalam penjara. Ia dipenjara bukan karena suatu kejahatan, melainkan karena kebenaran dan kebaikan yang dilakukannya demi Kristus dan Injil . Namun, pemejaraannya sedikit pun tidak melemahkan tekad Paulus untuk hidup bagi Kristus dan Injil. Justru dari dalam penjara, Paulus menulis surat yang sarat dengan ucapan syukur, memberi dorongan serta kesaksiannya yang begitu kuat kepada jemaat Filipi pada waktu itu, dan tentunya, saat ini kepada kita.
Ada tiga hal yang kita dapat pelajari melalui kisah Paulus:
1. Kesulitan dan penderitaan bukanlah fokusnya
Paulus konsisten dengan pesan bahwa kesulitan dan penderitaan bukanlah fokus hidupnya. Hal ini terlihat suratnya kepada jemaat di Filipi, suratnya kepada jemaat di Korintus dalam 2 Korintus 11: 23-33, dan pada saat perpisahannya dengan para penatua jemaat Efesus dalam Kisah Para Rasul 20.
Kita dapat melihat beratnya penderitaan, kesedihan, dan air mata yang dialami Paulus. Akan tetapi, dengan jelas pula kita dapat mengamati bahwa bukan kesulitan serta penderitaan tersebut yang menjadi fokus.
2. Kristus adalah fokusnya
Paulus tahu apa arti hidup dan untuk apa dia hidup. Karena itu fokusnya sangat jelas dan kuat yaitu Kristus, sebagaimana tertuang dalam Filipi 1:21 “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan ”.
Kita tahu bahwa Paulus memiliki masa lalu yang buruk, akan tetapi dia melupakan apa yang telah di belakangnya, mengarahkan diri pada apa yang di hadapannya, dan berlari-lari pada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:10-14).
Agenda pelayanan dan hidup Paulus adalah Kristus. Dia menyebut dirinya sebagai tawanan Roh agar hidupnya fokus pada Kristus, tidak lari dan menyimpang. Tidak tercemar dengan nilai dan kemilau dunia.
3. Ada babak terakhirnya
Paulus kelihatannya menyadari bahwa hidup dan kesempatan itu, terbatas. Akan ada waktunya tiba pada babak terakhir. Dan jika kita ingin mengakhiri babak terakhir dengan baik, kita harus menyelesaikan setiap babak sebelumnya dengan baik pula. Karena itu Paulus selalu mengisi kesempatan dengan sebaik-baiknya
Pada Kisah Para Rasul 20 kita melihat bagaimana Paulus mengakhiri cerita pelayananannya di jemaat setempat dengan mempersiapkan jemaat tersebut, memberi teladan bagi mereka dan menyerahkannya kepada Tuhan. Paulus menyelesaikan babak ini dengan baik. Jika kita cermati kehidupan Paulus, dia bukan hanya mengakhiri cerita babak demi babak kehidupannya dengan baik tapi juga sampai babak terakhir hidupnya dengan baik. Pada 2 Timotius 4:1-7 Paulus menceritakan bahwa dia telah mengakhiri pertandingan yang baik. Jadi bukan hanya mengakhiri babak terakhir dengan baik itu adalah sesuatu yang penting tapi pertandingan yang dijalani dan diakhiri itupun harus jelas yaitu pertandingan yang baik. Bukan pertandingan sembarangan, bukan pertandingan duniawi, tetapi pertandingan yang baik, pertandingan yang sejatinya bagi semua pengikut-Nya, yang Kristus menjadi fokus kehidupan hidupnya. Hingga pada akhir cerita, Paulus pun berkata bahwa ia telah mencapai garis akhir dan memelihara iman.
Kita pasti berharap akhir cerita hidup kita yang terbaik. JIka kita berharap akhir cerita kita adalah yang terbaik, berarti kita harus menjalani hidup saat ini, babak demi babak dengan baik sampai nanti tiba ke babak terakhir. Pada perikop di atas Paulus telah tiba di babak terakhir kehidupannya dengan sebuah keyakinan bahwa telah tersedia mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadanya tapi bukan hanya kepada dia, tapi juga kepada kita yang merindukan kedatangan-Nya, yang menjalani hidup bukan dengan sekedarnya, pelayanan sekedarnya, bekerja sekedarnya. Bukan! Tetapi, hidup yang agendanya hanya satu: yaitu Kristus. Apa yang Kristus mau, apa yang Kristus perintahkan, itulah agendanya. Tidak ada lagi agenda pribadi. Kristus dan hanya Kistuslah fokus dan segalanya baginya.
Kiranya Tuhan menolong kita hidup demikian. Amin.
/stl
Comments