top of page
dr. Dwiastri Iris Sarwastuti

Taat pada Panggilan Tuhan Setahap demi Setahap


Shalom! Perkenalkan nama saya dr. Dwiastri Iris Sarwastuti, peserta MMC XVI asal Jakarta yang menempuh pendidikan kedokteran di UNAIR. Saya bersyukur Tuhan berikan saya kesempatan untuk menjadi peserta MMC XVI. Satu hal yang sangat menarik perhatian saya adalah kunjungan RS Misi di Lampung atau Serukam. Saya bertanya-bertanya, kira-kira pengemasannya akan seperti apa ya? Karena saya sangat tergerak soal pelayanan penginjilan, akhirnya saya memutuskan ikut.

 

Sebelum saya mengunjungi RS misi tersebut, empat minggu pertama diisi dengan materi, praktik penginjilan dan praktik lapangan di lembaga/yayasan misi di Jabodetabek, explore, life sharing, dan mentoring. Saya yang baru menyelesaikan masa pendidikan kedokteran umum awalnya sempat berpikir bahwa saat-saat ini adalah akhir dari pelayanan aktif saya di masa muda karena harus pergi internship meninggalkan UK3 UNAIR. Namun, momen ini justru saya sadar bahwa ada ladang lain yang begitu luas Tuhan bukakan.

 

Sepanjang hidup ini memang ada beberapa musim kehidupan, Tuhan akan bukakan setahap demi setahap. Sangat penting bahwa orang percaya terus bergumul bersama Tuhan akan apa yang Tuhan mau untuk dikerjakan. Saya bersyukur semenjak Roh Kudus melahirbarukan saya, Tuhan menetapkan arah hidup dan meletakkan visi di hati saya untuk dilibatkan dalam metaranasi Allah. Memang belakangan ada beberapa pergumulan yang membuat saya sempat ciut ketika melayani Tuhan. Namun, Tuhan membuktikan bahwa Ia mengasihi mereka yang terhilang sedalam itu dan Tuhan punya rencana bagi mereka. Tuhan menganugerahkan kasih di hati saya sehingga saya bisa mengasihi mereka lebih tulus. Saya juga sangat tertarik dengan penjangkauan orang-orang yang diabaikan masyarakat. Rasaya tidak dipahami, putus asa, dan jauh dari support system yang memadai tentu dapat membuat seseorang meragukan adanya kasih di dunia ini. Mereka butuh mendengar berita tentang Kristus yang mati dan bangkit membuktikan kasih Allah yang besar bagi mereka. Saya berdoa agar saya bisa menjadi teman yang memberitakan hal itu kepada mereka.


Memasuki minggu kelima, seluruh peserta dibagi dalam 2 tim: ke Lampung atau Serukam. Ternyata saya adalah satu dari empat orang yang dikirim ke Serukam selama dua minggu. Untuk pertama kali, saya berkesempatan pergi ke pulau Kalimantan. Meski saya mengikuti kegiatan secara aktif di RSU Bethesda hanya satu minggu karena satu minggu lainnya saya isolasi mandiri karena positif COVID-19, saya bersyukur karena Tuhan memberi saya kesempatan melihat bagaimana para tenaga kesehatan Kristen melayan. Mereka mendoakan pasien (baik tatap muka, maupun saat persekutuan doa), memberitakan Injil, homevisit, mengedukasi pasien lebih serius, dan memperhatikan pergumulan hidup pasien secara fisik, mental, dan spiritual. Dengan melihat itu, saya meninggikan Tuhan karena Tuhan pernah beranugrah sedemikian besar atas daerah ini,  memberi hikmat, kasih, dan talenta bagi nakes-nakes ini, serta membuat RSU Bethesda berdiri selama puluhan tahun sehingga masyarakat mendapat berkat semacam ini.

 

Saya sadar bahwa orang Kristen tidak boleh diam, apalagi Tuhan sudah berikan kesempatan mengenyam pendidikan kedokteran begitu baiknya. Kita harus bekerja dan mengabdikan diri untuk rencana Tuhan. Apa yang ada pada kita adalah pemberian, bukan untuk memberi kekayaan/kemuliaan bagi diri sendiri. Pelayanan RSU Bethesda minus secara keuntungan dan bergantung pada pemberian Allah melalui donatur. Hal ini membuat saya sadar bahwa mempraktikkan kasih jangan sekali-kali memikirkan soal untung dan ruginya bagi kita. Ketika berkomitmen mengerjakan sesuatu bagi Tuhan memang sering diizinkan untuk dianggap rugi dan bodoh oleh dunia, bahkan hidup Kristus pun seperti itu hingga disalib. Tetapi yang terpenting apakah kita menegakkan kehendak Bapa di surga sebagai Tuhan atas hidup kita dan menghadirkan kerajaanNya di muka bumi atau tidak. Karena Dialah pemilik hidup yang memberi apa arti hidup yang sesungguhnya bagi kita.

 

Saya masih terus berdoa untuk panggilan pelayanan ke depan untuk mengerjakan mandat Injil yang membawa kebebasan bagi banyak orang berdosa sekaligus bersungguh-sungguh dalam menjalankan mandat budaya agar Kristus berkuasa atas segala pelayanan medis yang saya jalani dan mereka dapat menjadi manusia utuh yang beribadah kepada Tuhan dan memuliakan Tuhan. Saya berdoa kiranya saya dan teman-teman MMC lain diberikan keteguhan memikul panggilan ini dengan iman pada Kristus. Amin.

 

/stl

 

*Penulis adalah salah satu peserta MMC XVI

79 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami
bottom of page