top of page
Peter Jacobs

Tuhan dan Isi Dompetku: Manajemen Keuangan bagi Tenaga Kesehatan


To study money is to study a very large part of what we are - Jacob Needleman

Any amount of wealth is enough to destroy a family - Philip Marcovici


“Punya banyak uang pusing, tidak punya uang apalagi”. Mungkin kita setuju dengan ungkapan ini, karena lebih baik pusing tapi punya uang daripada pusing karena tidak ada uang. Banyak alumni dokter atau dokter gigi yang pusing karena hal yang pertama (uang yang banyak), tak sedikit pula yang pusing dengan kondisi uang yang terbatas. Kepusingan itupun bertambah ketika kita dituntut untuk memberi perpuluhan, ”Kok rasanya banyak sekali”.


Uang adalah masalah serius yang kerap dibicarakan dalam Alkitab. Ada lebih dari 2350 ayat yang bicara mengenai uang, jumlah yang lebih banyak dari ayat tentang kasih, dosa, keselamatan dan hal penting lainnya. Perumpamaan yang diucapkan Tuhan Yesus pun banyak bicara tentang keuangan.


Cara kita menggunakan uang juga berhubungan dengan keselamatan. Ketika Zakheus akan menyerahkan setengah dari hartanya dan mengganti empat kali lipat kalau ada orang yang diperas, Tuhan Yesus berkata bahwa hari ini telah terjadi keselamatan (Lukas 19:8-9). Demikian juga dalam cerita seorang muda kaya yang pergi dengan sedih karena banyak hartanya, Tuhan Yesus pun berkata bahwa sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk dalam kerajaan sorga (Matius 19:23).


Orang yang punya uang tidak akan pernah puas dengan uangnya, ia akan terus mencari. Pengkhotbah 5:9 menegaskan bahwa siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Orang-orang yang memiliki uang hanya akan selalu mencari lebih banyak uang untuk memenuhi hasrat materi mereka, tetapi tak pernah benar-benar puas dengan jumlah yang mereka miliki. Padahal bagi orang Kristen menjadi kaya adalah anugerah dari Tuhan, susah payah tidak akan menambahinya (lih. Amsal 10:22). Jadi, berhubungan dengan uang memang bukan perkara mudah.


Mengelola hati

Pertanyaan ”Bagaimana sebaiknya kita mengelola uang?” sebenarnya adalah pertanyaan yang keliru. Seharusnya kita bertanya, bagaimana kita mengelola hati kita dalam hubungannya dengan uang. Kalau hati kita terpaut pada uang dan segala kenikmatan yang dapat diberikannya, maka kita akan terus tergoda untuk mencarinya dan melupakan hal lain yang sebenarnya lebih penting. Kita tidak mungkin mengabdi pada dua tuan (Mat. 6:24). Pengelolaan uang yang benar harus berdasarkan pengelolaan hati yang benar.


Dalam hubungannya dengan persembahan perpuluhan, memang sangat ideal kalau kita memberi dengan sukacita perpuluhan dari apapun yang kita peroleh (bukan hanya gaji take home pay). Namun, kalau saat ini kita sudah punya banyak kewajiban sehingga memberi perpuluhan menjadi sulit, mulailah memberi secara bertahap sampai kita punya hati yang sejahtera memberikan perpuluhan, bahkan lebih dari itu. Sebagai orang Kristen sebaiknya kita menggunakan prinsip 10 – 50 – 20 – 20. Artinya 10% perpuluhan (disisihkan diawal, bukan sisanya), 50% untuk kebutuhan pokok, 20% untuk investasi dan 20% untuk keinginan pribadi. Kalau pendapatan pas-pasan pengeluaran untuk kebutuhan pokok mungkin lebih besar, tetapi ketika pendapatan meningkat, maka persembahan yang perlu ditingkatkan.


Banyak dokter di Indonesia punya harta melimpah, tapi kurang memberi persembahan, khususnya perpuluhan. Setelah mengetahui betapa berbahayanya uang, kiranya hati kita makin terpaut pada Tuhan sehingga kita tidak ‘sayang’ memberi kepada Tuhan karena semua yang kita miliki adalah milik Tuhan. Ingatlah bahwa kekayaan kita itu dari Tuhan (Ulangan 8:18). Maria menuangkan minyak narwastu yang mahal di kaki Yesus (Markus 14:3), kiranya kita juga termotivasi untuk ‘boros’ bagi Tuhan.


Di sisi lain, memiliki sedikit uang sebenarnya lebih aman bagi pertumbuhan rohani, karena kita dapat lebih banyak fokus pada hal-hal penting dan dapat menggunakan waktu kita lebih maksimal. Tantangan terbesar kalau kita punya uang banyak adalah bahwa kita harus menyediakan waktu untuk mengelolanya, dan tergoda untuk mempunyai lebih banyak lagi.


Bagaimana dengan investasi? Apakah perlu menginvestasikan uang kita? Jelas perlu. Kita harus bertanggungjawab atas apa yang Tuhan percayakan pada kita. Bukan hanya uang tapi seluruh talenta yang Tuhan berikan. Kita harus mengembangkannya untuk menjadi manfaat bagi banyak orang, karena itulah yang Tuhan inginkan ketika kita diberikan talenta. Prinsip investasi yang penting adalah kita menginvestasikan harta kita pada aset yang yang kita mengerti dan dapat kita pertanggungjawabkan. Banyak orang ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat, akhirnya jatuh pada produk investasi bodong yang berakibat fatal.


Dalam menatalayan materi yang Tuhan anugerahkan pada kita, kita perlu mengingat bahwa kita bukan sekedar belajar untuk mengatur keuangan dan memberi bagi Tuhan, tetapi lebih dari itu kita sedang belajar untuk mengasihi Tuhan dan memberi seluruhnya dari diri kita kepada Tuhan. Dalam upaya kita mengelola materi yang Tuhan berikan, ingatlah akan salib Kristus, dimana Dia sendiri sudah memberikan seluruh diriNya untuk menebus dan menyelamatkan kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk mempersembahkan hati kita seluruhnya pada Tuhan sehingga uang tidak menguasai kita.


/stl


249 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami
bottom of page