top of page
Subscribe
Instagram
Facebook
Donation

Masalah Stunting di Indonesia dalam Perspektif Medis Kristen


Stunting merupakan masalah serius dalam masyarakat, yang memengaruhi kualitas hidup banyak anak balita di Indonesia, terutama pada anak usia 1000 hari pertama kehidupan (sejak dalam kehamilan hingga usia dua tahun). Seorang anak stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan kekurangan gizi kronis. Data dari World Bank dan UNICEF menyatakan 27% balita Indonesia mengalami stunting. Menurut data Kementerian Kesehatan angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 21,5%, hanya turun 0,1% (21,6% pada tahun 2022).


Masalah stunting merupakan isu kesehatan di Indonesia yang melibatkan banyak aspek. Beberapa hal yang terkait masalah stunting di Indonesia :

  1. Prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi (target 14% pada tahun 2024 belum tercapai), hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kronis jika prevalensi stunting lebih dari 20% (WHO). 

  2. Penyebab utama stunting yaitu kurangnya asupan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), mulai dari janin hingga bayi berusia dua tahun, selain sanitasi yang buruk, kurangnya akses air bersih, dan lingkungan yang kurang bersih. 

  3. Dampak stunting tidak hanya memengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga berdampak jangka panjang pada kecerdasan, menyebabkan kemampuan belajar menurun, gangguan perkembangan mental dan emosional. Daya tahan tubuh menurun, meningkatkan risiko penyakit kronis. Hal ini mengakibatkan kerugian ekonomi bagi negara dan memperburuk siklus kemiskinan pada generasi berikutnya. 


Masalah stunting di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara lain ketidakcukupan gizi pada ibu hamil, kurangnya pemahaman tentang pola makan sehat, akses terhadap fasilitas layanan kesehatan yang berkualitas sangat terbatas. Masalah lingkungan sosial-ekonomi yang buruk, seperti kemiskinan, distribusi pangan tidak merata, dan kurangnya edukasi gizi bagi orangtua atau keluarga. Masalah lain di daerah dengan budaya makan yang tidak memadai dan minimnya perhatian terhadap gizi bayi dan balita.


Bagaimana upaya pencegahan stunting? Pencegahan stunting meliputi pemenuhan gizi bagi ibu hamil yang berpengaruh pada nutrisi janin dalam kandungannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat, pemantauan rutin di Posyandu, akses air bersih, sanitasi yang baik, dan kebersihan lingkungan. Lalu, bagaimana perspektif Kristen dalam menghadapi masalah stunting?  Mazmur 82:3 menyatakan, “Berikan keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!”, dapat menjadi dasar panggilan orang Kristen untuk mengasihi dan melayani sesama kita yang menderita, memperhatikan kebutuhan fisik dan rohani, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan bergizi. 


Dalam hal ini, Gereja dapat berperan penting dalam memberi edukasi kepada masyarakat tentang pemberian gizi yang baik dan seimbang sejak dini. Gereja dapat membantu mencegah stunting dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada ibu, orangtua, masyarakat tentang pola hidup sehat, pentingnya perawatan selama masa kehamilan dan pentingnya pola asah, asih, asuh yang baik bagi anak usia dini. Gereja juga dipanggil untuk menjadi agen perubahan dalam membangun kesadaran sosial tentang pentingnya memperhatikan kesehatan bayi dan anak-anak (terutama pada 1000 HPK). 


Pendekatan oleh Gereja yang berbasis kasih, empati dan perhatian terhadap sesama sangat diperlukan dalam pencegahan dan pemberantasan masalah stunting. Gereja tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi juga beraksi untuk memenuhi kebutuhan praktis umatnya, khususnya dalam menangani masalah kesehatan dan gizi anak-anak, seperti yang diajarkan dalam Yakobus 2:15-17, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. 


Penyelesaian masalah stunting di Indonesia harus melibatkan pemerintah, masyarakat, dan lembaga keagamaan, termasuk Gereja. Sebagai bagian dari masyarakat, Gereja dapat memperkuat program-program pemerintah dengan memberi edukasi, advokasi, penyediaan layanan kesehatan dan gizi bagi masyarakat. Gereja dapat bekerjasama dengan berbagai organisasi Kristen lainnya untuk memberantas kemiskinan dan kekurangan gizi. Melalui kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan Gereja, kita dapat memberikan dampak positif bagi generasi masa depan.


Sebagai orang Kristen, kita diberi tanggung jawab untuk menjadi saluran berkat bagi sesama, mengatasi keadilan sosial, dan berperan aktif dalam menjaga kesehatan tubuh. Sejatinya, kita harus bersatu dan berusaha bersama dalam mengurangi angka stunting di Indonesia dengan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan janin dalam kandungan serta gizi anak-anak. Kasih Tuhan yang menggerakkan hati kita untuk berkomitmen dan turut berperan dalam mengatasi masalah kesehatan ini dengan langkah nyata, baik dalam tindakan medis dan pelayanan rohani. Tuhan memanggil setiap kita menjadi agen perubahan dan menjadi berkat dalam mengatasi masalah stunting, sehingga anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat, kuat, cerdas dan penuh harapan untuk masa depan yang lebih baik. 


Comments


Hubungi Kami

Dapatkan update artikel SAMARITAN terbaru yang dikirimkan langsung ke email Anda.

Daftar menjadi Samareaders sekarang!

Instagram
Facebook
Media Samaritan
Media Samaritan

 Media Samaritan 2022

bottom of page