top of page
dr. Sri Haryati, M.KK

Sekelumit Kisah Pandemi Covid-19 di Pedalaman Papua

Segala sesuatu ada waktunya


Demikian sepenggal nasihat seorang bijak ribuan tahun yang lalu. Sangat tepat bila kita refleksikan sepanjang masa pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir ini. Berikut, sebagian pengalaman yang akan saya bagikan selama melayani di pedalaman Papua di masa pandemi itu.



Awal Masa Pandemi..

Panik? Ya, pada awalnya. Mengingat berita yang simpang siur di media sosial maupun televisi, semakin hari memunculkan angka-angka kesakitan dan kematian yang bertambah banyak bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.


Bagaimana dengan masyarakat Papua? Terbayang, suku-suku terpencil di dusun-dusun tempat kami melayani sebagai tenaga kesehatan. Melalui klinik-klinik sederhana, dimana sebagian besar dan itu menjadi satu-satunya tempat masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional yang bekerja dan tinggal bersama-sama penduduk lokal. Tercatat, ada Suku Nagi di Dusun Tumdungbon, Suku Mek di Desa Nalca, Suku Kimyal di Desa Korupun, Suku Koroway di Dusun Danowage, Suku Moi di Dusun Daboto serta Suku Lani di Desa Mamit.

Kekuatiran akan tingginya risiko terinfeksi bagi sebagian besar mereka yang status gizi dan pola kebersihan yang masih sangat rendah terhadap infeksi ini.


Terputusnya akses penerbangan perintis dari dan menuju pedalaman yang biasanya membawa masyarakat beserta bahan kebutuhan, membuat masyarakat semakin menderita. Beberapa orang yang masih kuat akan nekad berjalan kaki menerobos hutan, gunung dan sungai untuk bisa kembali ke kampung mereka di pedalaman.


Penggalangan bantuan logistik berupa vitamin, alat kebersihan tubuh/lingkungan, obat-obatan, alat diagnostik serta bahan habis pakai pun segera dilakukan. Bukan hanya menyasar pada tenaga kesehatan namun juga masyarakat baik yang berada di kota maupun di pedalaman seperti Sentani, Dekai, Nabire, Wamena, Pegunungan Bintang, Abepura serta Jayapura.


Pembagian masker (kiri) & sabun (kanan) bagi penduduk di dusun

(gambar koleksi pribadi penulis)


Serentak kami mengikuti arahan pemerintah pusat untuk menerapkan protokol kesehatan. Lingkungan klinik, sekolah serta lokasi tempat berkumpul warga segera kami bersihkan dengan disinfektan, terutama bila ada orang yang baru tiba dari kota.


Baik petugas kesehatan, guru dan siswa sekolah mulai kami perkenalkan dan biasakan untuk memakai masker maupun faceshield disaat bekerja, mengukur suhu badan secara rutin baik untuk petugas kesehatan, siswa sekolah maupun masyarakat lainnya. Laporan Harian Perkembangan Kasus COVID-19 pada masing-masing kampung tempat kami melayani pun mulai kami susun dengan mengacu pada Data dan panduan Dinas Kesehatan Provinsi Papua.


Bantuan masker bagi penduduk di pedalaman Papua

(gambar koleksi pribadi penulis)


Pengukuran suhu tubuh pada siswa sebelum mulai belajar

(gambar koleksi pribadi penulis)



Pertengahan Masa Pandemi

Di pertengahan 2021, angka kesakitan serta kematian akibat pandemik semakin bertambah. Salah satu penyebabnya karena cakupan vaksinasi COVID-19 di Papua masih belum mencapai target. Sepintas lalu situasi pandemi ‘dunia luar’ bisa dianggap ‘aman’ karena lokasi kami di pedalaman cukup terisolir dan hanya bisa dijangkau oleh pesawat perintis. Kerjasama dengan pemerintah daerah dalam melakukan pemeriksaan COVID-19, terutama bagi pasien yang diduga, penduduk yang baru datang dari kota maupun riwayat kontak erat terus menerus dilakukan selama hampir dua tahun. Termasuk didalamnya adalah dengan melakukan vaksinasi COVID-19 pada semua petugas di pedalaman.


Pemeriksaan Antigen COVID-19 pada pasien kontak erat

(Gambar koleksi pribadi penulis)



Akhir Masa Pandemi

Puji Tuhan, setelah hampir tiga tahun pemerintah daerah melalui dinas kesehatan bekerja keras dibantu dengan pihak lain seperti TNI/POLRI serta NGO akhirnya upaya meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 di Papua-pun semakin menunjukkan hasil. Pada akhir April 2022 cakupan vaksin dosis pertama hampir memenuhi target, dimana dosis kedua dan booster-pun semakin hari pencapaiannya merangkak naik.


Beberapa penyebab mengapa vaksinasi COVID-19 di Papua masih belum mencapai target adalah kurangnya pemahaman yang benar dari sebagian besar masyarakat, terutama di pedalaman Papua. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti belum adanya tenaga kesehatan di beberapa wilayah pedalaman sehingga masyarakat tidak mendapatkan informasi dari sumber yang terpercaya. Penduduk yang datang dari kotapun belum memahami dengan benar akan pandemi yang sedang berlangsung. Selain itu minimnya akses informasi yang diperoleh penduduk di pedalaman, sehingga tidak mendapatkan informasi yang benar.

Sebagai contoh, di wilayah pelayanan Siloam, awalnya hanya komunitas pegawai yang menjalankan protokol kesehatan, namun dengan terus melakukan edukasi dan sosialisasi baik dengan Bahasa Indonesia maupun bahasa lokal, secara perlahan komunitas lainnya juga ikut menjalankan protokol kesehatan.


Pelayanan program kesehatan rutin seperti imunisasi, pelayanan siswa sekolah, pencegahan penyakit akibat infeksi tertunda karena fokus dan sarana pemerintah diprioritaskan untuk penanganan COVID-19. Saat ini diperlukan kerja keras bersama untuk mengejar ketertinggalan pelayanan program kesehatan rutin, agar masyarakat tidak menderita lebih lanjut.


Refleksi Pribadi

Melihat kondisi di pedalaman, terutama di lokasi tempat Siloam melayani yaitu di enam dusun pada lima kabupaten di Papua; hingga tulisan ini disusun belum ditemukan kasus terkonfirmasi maupun kematian akibat infeksi COVID-19. Bagi saya pribadi, hal ini menunjukkan pemeliharaan dan penjagaan Tuhan yang nyata, khususnya atas penduduk di pedalaman Papua.


Bukan hanya bagi masyarakat dan petugas, penjagaan dan pemeliharaan Tuhan juga nyata atas keluarga masing-masing di tempat asal mereka.

Kebutuhan tenaga kesehatan di pedalaman semakin besar pada saat ini. Keberadaan tenaga kesehatan di tempat diharapkan bisa mempercepat informasi dari pusat hingga diterima masyarakat di pedalaman. Dengan demikian pencegahan terhadap dampak buruk kejadian pandemic kedepannya dapat diminimalisir.

Yeremia 30:17

“Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman Tuhan, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya.”

Kami-pun semakin menyadari bahwa sebagai manusia yang lemah, semakin kita mengakui kelemahan dan kekurangan kita, kitapun semakin menyaksikan kekuatan Tuhan yang sungguh nyata dalam memelihara, menjaga dan membimbing kita. Tuhan sendiri yang sedang bekerja dan ini adalah pelayan-Nya pada jiwajiwa yang Dia kasihi. Dengan demikian kami semakin percaya bahwa kasih Tuhan sangatlah besar atas Tanah Papua. Allah sedang bekerja dengan cara yang luar biasa untuk memulihkan serta memperluas Kerajaan-Nya di tempat ini.


2 Korintus 12:9-10

“(9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (10) Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”


POKOK DOA

  1. Terbentuknya Persekutuan Dokter Papua (lintas denominasi/lokasi bekerja/organisasi/ kewarganegaraan/suku, dan sebagainya)

  2. Situasi keamanan di Papua yang kondusif, sehingga dokter dan tenaga kesehatan lainnya bisa bekerja dengan tenang

  3. Anak-anak Tuhan yang berprofesi sebagai dokter bersedia untuk bekerja dan melayani di pedalaman; menjadi garam dan terang untuk mentransformasi Papua melalui bidang kesehatan.

  4. Seperti Tuhan sudah melindungi dari pandemi COVID-19 maka Tuhan juga akan menjaga penduduk di Papua dari infeksi hepatitis akut yang baru ditemukan.

*) Penulis saat ini bekerja dan melayani di Siloam Clinic Papua.


/stl




102 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami
bottom of page