top of page
Ir. Indrawaty Sitepu, MA

Satu Agenda: Kristus!



Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

(Filipi 1:21)


Singkat, padat, dua kata tepat untuk ayat di atas. Surat Filipi ditulis Paulus waktu dia di penjara. Kita tahu dia dipenjara bukanlah karena dia melakukan kejahatan tapi karena kebenaran dan kebaikan yang dilakukannya demi Kristus dan Injil. Dari suratnya kepada jemaat di Filipi ini kita mengetahui bahwa pemenjaraannya sedikitpun tidak melemahkannya untuk hidup bagi Kristus dan Injil. Tapi justru dari dalam penjara, Paulus menulis surat yang sarat dengan ucapan syukur, memberi dorongan serta kesaksiannya yang begitu kuat kepada jemaat Filipi pada waktu itu, dan tentunya, saat ini kepada kita. Dari kisah Paulus ini, setidaknya kita bisa belajar dan bercermin pada tiga hal penting yaitu:


Pertama: Kesulitan dan penderitaan bukanlah fokusnya.

Selain suratnya kepada jemaat Filipi, hal yang senada dapat juga kita lihat dari surat Paulus kepada jemaat Korintus dalam suratnya yang kedua yaitu 2 Korintus 11: 23-33, Apakah mereka pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta. Di Damsyik wali negeri Raja Aretas menyuruh mengawal kota orang-orang Damsyik untuk menangkap aku. Tetapi dalam sebuah keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.


Penderitaan dan kesulitan yang dialami Paulus bukan hanya itu. Kita juga bisa melihat waktu perpisahannya dengan para penatua jemaat Efesus dalam Kisah Para Rasul 20, Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata  dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi   yang mau membunuh aku.  Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa  yang berguna bagi kamu. Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ  selain dari pada yang dinyatakan   Roh Kudus   dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.  Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun ,   asal saja aku dapat mencapai garis akhir   dan menyelesaikan pelayanan  yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku   untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia   Allah.  Sebab itu berjaga-jagalah   dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun  lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.


Agak berbeda penuturannya, pada bagian ini, Paulus menyatakan bahwa dia banyak mencucurkan air mata. Kita tahu Paulus bukanlah orang yang cengeng. Hal ini tentu membuat kita semakin memahami bahwa kesulitan dan penderitaan yang dialami Paulus tidaklah mudah, istilah sekarang bukanlah penderitaan “kaleng-kaleng” tapi ada hal penting yang kita tidak boleh lupa bahwa kesulitan dan penderitaan bukanlah fokusnya.


Kedua: Kristus adalah fokusnya.

Paulus tahu apa arti hidup dan untuk apa dia hidup. Karena itu fokusnya sangat jelas dan kuat yaitu Kristus, sebagaimana tertuang dalam Filipi 1:21, Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.


Bagaimana Paulus menjalani hidup dengan Kristus adalah fokusnya? Bukankah Paulus punya masa lalu yang buruk? Ya, Paulus punya kelemahan juga. Paulus menghadapi banyak kesulitan dan penderitaan juga tapi bukan itu fokusnya. Dia berlari-lari kepada tujuan, sebagaimana tertulis di Filipi 3:10-14,


Yang kukehendaki ialah mengenal   Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,   di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,  supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan  dari antara orang mati.  Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna,  melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya,   karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.  Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku   dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,  dan berlari-lari   kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan   sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.


Ditambah lagi bagaimana Paulus mengisahkan kisahnya dalam Kisah Para Rasul 20:18-23, Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu   sejak hari pertama aku tiba di Asia   ini:  dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata   dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi   yang mau membunuh aku.  Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa   yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;  aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi   dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat   kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.  Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh  aku pergi ke Yerusalem   dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ  selain dari pada yang dinyatakan   Roh Kudus   dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.


Dia tidak punya agenda pribadi. Agendanya hanya satu, yaitu Kristus. Fokusnya adalah Kristus. Dia menyebut dirinya sebagai tawanan Roh. Menyerahkan dirinya tertawan Roh, agar hidupnya fokus pada Kristus, tidak lari dan menyimpang. Tidak tercemar dengan nilai dan kemilau dunia. Secara rela dan sadar menyerahkan diri sebagai tawanan Roh.


Ketiga: Ada babak terakhirnya.

Paulus kelihatannya menyadari bahwa hidup dan kesempatan itu terbatas. Akan ada waktunya tiba pada babak terakhir. Sebelum ke babak akhir akan ada babak demi babak yang harus diselesaikan. Jika mau mengakhiri babak terakhir dengan baik, tentu perlu mengakhiri setiap babak dengan baik. Karena itu Paulus selalu mengisi kesempatan dengan sebaik-baiknya. Paulus mengisahkan hal ini dalam Kisah Para Rasul 20:24-32,

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun , asal saja aku dapat mencapai garis akhir   dan menyelesaikan pelayanan   yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku  untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia   Allah. Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi,  kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah   kepadamu. Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,  karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik   untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah  Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala  yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu  dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid   dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah  dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun  lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan   dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.


Pada bagian ini kita melihat bagaimana Paulus mengakhiri cerita pelayanannya di jemaat setempat dengan mempersiapkan jemaat tersebut, memberi teladan bagi mereka, dan menyerahkannya kepada Tuhan. Menyelesaikan babak ini dengan baik. Jika kita cermati kehidupan Paulus, dia  bukan hanya mengakhiri cerita babak satu dan dua dengan baik, tapi setelah dia menjadi hamba-Nya babak demi babak kehidupannya dijalananinya dengan baik sampai babak terakhir hidupnya. Sebagaimana kita tahu dari suratnya kepada Timotius dalam 2 Timotius 4:1-7, Paulus menceritakan bahwa dia telah mengakhiri pertandingan yang baik. Jadi, bukan hanya mengakhiri babak terakhir dengan baik, dan memang itu adalah sesuatu yang sangat penting tapi pertandingan yang dijalani dan diakhiri itupun harus jelas yaitu pertandingan yang baik. Bukan pertandingan sembarangan, bukan pertandingan duniawi tapi pertandingan yang baik, pertandingan yang sejatinya bagi semua pengikut-Nya, hamba-Nya, yang Kristus menjadi fokus kehidupannya. 


2 Timotius 4:1-8, Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya  dan demi Kerajaan-Nya:  Beritakanlah  firman,  siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah  dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat,  tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran   dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita,   lakukanlah pekerjaan pemberita Injil   dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan   dan saat kematianku   sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan   yang baik, aku telah mencapai garis akhir   dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku  mahkota kebenaran  yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya;  tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.


Semua pasti akan ada akhir ceritanya. Pelayanan dari satu tempat ke tempat lain, dari jemaat yang satu ke jemaat lain dari peran satu ke peran lainnya. Dari satu babak ke babak berikutnya, semua ada akhir ceritanya.


Kita pasti berharap akhir cerita hidup kita yang terbaik. Jika kita berharap akhir cerita kita adalah yang terbaik, berarti kita harus menjalani hidup saat ini, babak demi babak dengan baik sampai nanti tiba ke babak terakhir. Pada perikop di atas Paulus telah tiba di babak terakhir kehidupannya dengan sebuah keyakinan bahwa telah tersedia mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadanya tapi bukan hanya kepada dia, tapi juga kepada kita yang merindukan kedatangan-Nya, yang menjalani hidup bukan dengan sekedarnya, pelayanan sekedarnya, bekerja sekedarnya. Bukan! Tetapi, hidup dengan satu agenda yaitu: Kristus. Apa yang Kristus mau, apa yang Kristus perintahkan, itulah agenda kita. Tidak ada lagi agenda pribadi. Kristus dan hanya Kristuslah fokus dan segalanya. Kiranya Tuhan menolong kita hidup demikian. Amin.


18 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami
bottom of page