top of page

Misi Integral: Yang Sering Luput dalam Pelayanan Misi (bagian 1)


Istilah misi integral bukanlah suatu kata yang umum didengar dikalangan orang orang Kristen bahkan dikalangan aktivis gereja sekalipun. Padahal, topik misi integral harusnya memiliki porsi yang lebih besar terutama saat kita membicarakan tentang misi. Micah Declaration (2001) mendefiniskan misi integral sebagai suatu proklamasi dan demonstrasi gereja, proklamasi yang kita nyatakan memiliki konsekuensi sosial sedangkan keterlibatan sosial yang dilakukan memiliki konsekuensi evangelistik. Deklarasi tersebut menunjukan penegasan bahwa tidak ada dikotomi alkitabiah antara tanggungjawab penginjilan dan sosial dalam pelayanan pengabaran Injil.


Kisah seorang penderita kelumpuhan yang ditulis dalam Interseve International berikut ini mungkin dapat menolong untuk dapat memahami misi integral dalam aplikasi dan konteks medis.Manju berusia 19 tahun, cantik dan cerdas, sedang mempersiapkan studi untuk menjadi perawat. Melihat kondisi negara tempat dia tinggal dan dia bisa memilih profesi perawat, dapat disimpulkan bahwa dia tidak memiliki masalah ekonomi. Sampai suatu pagi dia terbangun dalam kondisi lumpuh pada kedua kakinya dan terdiagnosa sebagai myelitis transversa. Suatu kondisi yang jarang ditemukan dan sangat sulit untuk pulih sempurna. Dia hanya bisa terbaring di tempat tidur dan tidak dapat mengontrol miksi maupun defekasi. Setelah terdiagnosa keluarganya membawanya ke ibukota Kathmandu hingga akhirnya ke rumah sakit di India. Setelah menjalani pengobatan selama berminggu-minggu, kondisi kelumpuhan tidak mengalami perbaikan hingga akhirnya keluarga memutuskan membawanya ke dukun.


Karena tidak ada perubahan, keluarga Manju menyerah dan Manju dibawa pulang. Dia telah putus asa untuk sembuh dan dapat berjalan seperti sediakala, tetapi masih memiliki tekad untuk berjalan dengan mengandalakn furnitur sederhana di rumah dan dinding untuk setidaknya mengelilingi rumahnya. Setelah satu setengah tahun menjalani kelumpuhannya, Manju semakin tertekan dan depresi. Ia kehilangan harapan untuk berjalan, menikah atau bekerja, dan pada masa depresi itu dia bertemu dengan seorang perawat di Pokhara dan mengajurkannya untuk berobat ke RS tempat dia bekerja. Segera setelah dia datang ke RS tersebut, para dokter yang memeriksa dan mengobatinya melihat tekadnya yang keras untuk ’bangkit kembali’. Manju bekerja keras untuk menggunakan otot yang lemah akibat penyakitnya dan belajar dengan cepat dengan cara terbaik untuk mengoptimalkan semua otot yang lemah tersebut. Dengan belat kaki dan kruk dia mulai berjalan di sekitar rumah sakit, menolak bantuan ketika dia jatuh, belajar mengendalikan usus dan kandung kemihnya. Tetapi hal lain yang penting di RS itu dia mendengar tentang Yesus, dan pada akhirnya menjadikanNya Tuhan atas hidupnya. Para dokter menantikan apa yang Tuhan mau dalam hidupnya, mereka juga mengatur agar dia mengikuti kursus untuk mempelajari keterampilan kantor, dan sungguh menyenangkan bertemu dengannya dari waktu ke waktu, tumbuh secara spiritual dan berkembang sebagai pribadi yang dewasa.


Dari perubahan-perubahan yang terjadi pada Manju, perubahan manakah dalam hidupnya yang lebih penting? Apakah perubahan fisiknya yang sudah lebih baik dan mampu berjalan, atau secara sosial, dimana dia yang tadinya sangat bergantung pada keluarganya, saat ini telah menjadi mandiri, atau transformasi spiritualnya dimana dia telah menemukan kedamaian, kebahagiaan dan jaminan keselamatan hanya ditemukan di dalam Yesus Kristus. Ketiga perubahan yang terjadi pada dia adalah penting bagi setiap orang yang Tuhan kasihi. Terfokus hanya pada satu area perubahan saja dan mengesampingkan yang lain akan membuat dia menjadi suatu pribadi yang tidak utuh. Terpusat pada sisi kemajuan rehabilitasi fisik dan sosial dan mengabaikan perubahan spiritualnya akan membuatnya menjadi monumen kebanggaan manusia tanpa mengakui Tuhan yang menciptakan dan menyembuhkan. Sedangkan terfokus dan sosialnya akan membuatnya percaya pada Tuhan tetapi tetap dalam situasi putus asa.


Seringkali konteks misi integral menjadi tidak jelas saat dilakukan di banyak tempat dan kesempatan seperti misalnya pada banyak proyek pengembangan masyarakat miskin yang dilakukan oleh orang orang Kristen atau ternyata hanya didonasi orang Kristen. Kegiatan tersebut kerap digaungkan sebagai misi integral, mereka menyebutnya sebagai “pekerjaan baik yang dilakukan oleh orang baik”. Dalam kondisi seperti itu aroma “Tuhan Yang Hidup” sulit untuk dirasakan. Misi dengan cara seperti itu bisa saja dapat dilakukan oleh hanya agensi atau kelompok orang-orang belum mengenal Kristus. Dalam konteks pelayanan medis, sebagai contoh sederhana, kita menemukan banyak kegiatan bakti sosial dan kesehatan masyarakat marginal di daerah rural yang diselenggarakan atas nama lembaga Kristen atau gereja, ternyata pelaku kegiatan tersebut banyak dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang belum mengenal Kristus. Setelah acara selesa, tidak ada kelanjutan terhadap kondisi kerohanian masyarakat yang dilayani. Hal ini tentu saja bertentangan dengan apa yang Alkitab tegaskan bahwa manusia tanpa Kristus akan lenyap.


Memberi pelayanan kesehatan adalah sangat baik tapi mengingkari perlunya Kabar Baik disampaikan adalah juga mengingkari hakekat manusia yang sakit dan miskin juga memerlukan tabib untuk keselamatan hidupnya. Menolak untuk menyatakan Kabar Baik tentang kasih anugerah Tuhan yang menyelamatkan, akan membuat kita sudah gagal menjalankan mandat yang disampaikan oleh Alkitab. Kontras dengan kondisi di atas, adalah pelayanan misi evangelikal yang ekslusif yang mengabaikan kondisi fisik dan sosial manusia yang dilayani. Yang penting adalah menerima Injil, karena kehidupan kekal lebih utama dan mengabaikan bahwa mereka tetap miskin, tetap sakit dan tetap tidak berdaya. Bila kita membaca 1 Yohanes 3 : 17, “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tetap dalam dirinya?”. Demikian juga saat Yesus mengilustrasikan tentang siapakah sesamamu manusia dalam Lukas 10 : 27 untuk mempertegas “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan segenap akal budimu”, Yesus mencontohkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Yakobus menyimpulkannya dengan jelas di Yakobus 2: 14, berbicara tentang iman tanpa bukti praktis dari iman itu dalam tindakan kasih untuk orang lain adalah sia-sia.


Misi integral adalah tentang melakukan transformasi total dalam kehidupan setiap manusia, merupakan suatu bentuk perubahan radikal yang dibawa oleh Yesus dan para pengikutnya. Yesus tidak hanya berkata: “Sembuhlah”, tetapi juga, “Dosamu sudah diampuni”, dengan kedua aspek disatukan dalam pernyataan sederhana, “imanmu telah menyembuhkanmu”. Melakukan misi integral berarti mengasihi pribadi manusia seutuhnya melalui transformasi dan penyembuhan Tuhan yang bekerja di semua bagian kehidupan manusia. Misi yang menjawab keinginan seseorang untuk dapat berjalan lagi, untuk dapat bekerja lagi, untuk bebas dari kecanduan narkoba, dan pada saat yang sama ingin melihat orang yang sama diubah menjadi anak Tuhan dengan harapan bukan hanya untuk masa depan mereka di bumi, tetapi juga untuk masa depan kekal mereka.


Titik awal memahami misi integral adalah dengan memahami rencana Allah yang melibatkan seluruh ciptaan. Alkitab secara tegas menyatakan bahwa penyelamatan yang Allah lakukan adalah melibatkan “surga dan bumi yang baru” dan ini berarti bahwa kita tidak dapat memandang keselamatan sebagai bagian yang terpisah dengan proses penciptaan. Rencana keselamatan tidak semata mata pada kehidupan individu di surga tetapi melibatkan transformasi total dari ciptaan termasuk di dalamnya manusia. Itulah misi Allah.


*Penulis melayani sebagai neurolog di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta


/stl

100 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page