top of page

Kita Gereja

dr. Kurnia Baraq, M.Med

Updated: Jan 22



Mungkin, ada dari kita yang pernah mendengar seorang teman berkata bahwa dia memilih untuk tidak aktif menjadi anggota gereja tertentu dan cukup baginya untuk tidak pernah melewatkan ibadah minggu di banyak gereja secara bergantian. Ataupun, ada yang memang tidak ingin terlibat aktif dalam satu gereja tertentu karena tidak menemukan gereja yang ideal atau bahkan pernah kecewa terhadap satu gereja. Ada lagi yang merasa cukup dengan terus menjaga relasi pribadi dengan Tuhan tanpa ingin berkomitmen dalam satu gereja tertentu. Atau malah, sudah mempunyai gereja rutin setiap minggu, tetapi tidak ingin mengambil komitmen lebih jauh untuk menjadi anggota gereja tersebut dan memilih tidak ingin dilibatkan dalam pelayanan gereja karena urusan pekerjaan dan keluarga sudah sangat mengambil banyak waktu. Kita, yang mengenal Tuhan melalui pemuridan di Persekutuan Kampus dan pernah atau sedang terlibat aktif dalam pelayanan mahasiswa yang mana merupakan para-church, sudah seharusnya terlibat aktif di sebuah gereja saat sudah menjadi alumni. Tulisan di bawah ini akan membahas sedikit tentang Gereja yang dikaitkan dengan kita sebagai orang percaya.


Dalam Perjanjian Baru, kata ekklesia yang secara umum menunjuk kepada Gereja, berasal dari kata -ek dan -kaleo, yang berarti “memanggil keluar”. Sehingga, bisa ditafsirkan bahwa gereja adalah sekumpulan umat pilihan Tuhan yang dipanggil keluar. Dalam Matius 16:18, pertama kali muncul kata ekklesia yang digunakan oleh Tuhan Yesus saat berkata kepada murid-muridNya “… dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Dengan demikian, gereja merupakan suatu institusi yang ditetapkan dan didirikan oleh Allah sendiri. Hal ini sudah merupakan satu alasan mendasar dan absolut mengapa gereja ada dan orang Kristen sebagai umat pilihan Allah harus menjadi bagian dari gereja. Menariknya, kata “gereja” yang kita gunakan sekarang ini diterjemahkan dari kata Church dalam bahasa inggris, Kerk dan Kirche masing-masing dalam bahasa Belanda dan Jerman, yang artinya “milik Tuhan” dan bukan berasal dari kata ekklesia.


Already but not yet! Hanya oleh karena Anugerah Allah semata kita boleh mendapat bagian dalam keselamatan yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Akan tetapi, kita pun menyadari bahwa hidup dalam ketaatan kepada Kristus tidaklah mungkin dilakukan tanpa Anugerah Allah yang terus-menerus. Dalam Westminster Shorter Catechism no. 88 dinyatakan bahwa “cara lahiriah dan umum dimana Kristus mengkomunikasikan kepada kita manfaat dari penebusan adalah melalui tata cara-Nya, terutama Firman, sakramen dan doa; semuanya dibuat efektif bagi umat pilihan untuk keselamatan”. Louis Berkhof menambahkan bahwa Firman dan Sakramen tersebut merupakan Means of Grace atau alat-alat Anugerah yang objektif yang Allah sediakan dan tetapkan dalam gereja, yang melalui karya Roh Kudus, memimpin orang percaya kepada pengenalan akan Kristus atau menuju persekutuan yang lebih erat dengan Dia. Bisa disimpulkan bahwa sudah seharusnya bagi setiap orang percaya memiliki kehidupan bergereja untuk dapat menikmati berkat rohani dan terlebih lagi mengenal dan menikmati Allah senantiasa.


Sebagai umat pilihan Allah, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari gereja lokal. Bukanlah Gereja Keliling-keliling, tetapi berkomitmen untuk terlibat aktif, belajar melayani dan bersekutu dalam satu gereja yang tampak. Menurut St. Agustinus, ada yang disebut Invisible Church yang berarti sekelompok orang Kristen sejati yang secara “tidak tampak” dipersatukan dengan Kristus oleh Roh Kudus dan ada yang disebut Visible Church yang merupakan gereja dalam arti bangunan dan keanggotaan gereja yang terdiri dari umat pilihan Allah yang merupakan bagian dari Invisible Church, ataupun terdiri dari kumpulan orang bukan Kristen, tetapi lahir dan hidup dalam keluarga Kristen yang mendorongnya untuk menjadi anggota tetap dan aktif berpartisipasi dalam sebuah gereja. Adalah suatu pelanggaran terhadap Allah sebagai pendiri institusi gereja bila kita sebagai orang Kristen sejati memilih untuk tidak terlibat dalam keanggotan gereja tertentu. Berikut adalah 3 (tiga) hal mengapa orang Kristen harus menjadi bagian dari sebuah gereja:

  1. Persekutuan bersama anggota-anggota keluarga Allah (Ef. 2:19-22) akan menolong setiap orang percaya bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan melalui pendengaran dan penggalian Firman Tuhan bersama, saling menopang, dan bahkan saling mengoreksi (Mat. 18:15).

  2. Secara tekun mendengar Firman Tuhan yang disampaikan oleh Gembala di gereja dimana kita rutin berbakti sangatlah berbeda bila dibandingkan dengan mendengar Firman yang disampaikan oleh Hamba Tuhan dari gereja yang berbeda-beda setiap minggunya. Gembala gereja sejatinya bertanggungjawab terhadap jemaat gerejanya dan hal ini dapat menolong pertumbuhan rohani jemaat (Ibr 13:17). 

  3. Dalam Kis. 20:28 dituliskan tentang tanggungjawab seorang gembala dalam menjaga kawanan umat Allah yang ditetapkan Roh Kudus baginya. Tentu sulit bagi kita untuk dikenal oleh gembala sebuah gereja bila kita tidak mengambil komitmen untuk terlibat aktif di sebuah gereja. Seorang gembala tidak mungkin mengenal domba yang tidak digembalakan-nya.


Sudah sangat jelas bahwa Allah menghendaki setiap orang percaya untuk berkomitmen dalam sebuah gereja tertentu. Namun, bagaimana kita memilih gereja merupakan hal esensi yang selanjutnya perlu kita pahami. Sebagai orang percaya yang rindu untuk mengenal Allah yang sejati, kita harusnya secara aktif dan teliti mempertimbangkan di gereja mana kita beribadah dan apakah ajaran dalam gereja tersebut dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Firman Tuhan. Tuhan Yesus sendiri memberikan peringatan kepada kita tentang hal pengajaran yang sesat (Mat. 7:15-23). Sehingga, kita seharusnya berespon melalui ketaatan atas Firman-Nya dengan memiliki kehidupan bergereja yang bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Secara sederhana, kita bisa memulai dengan berefleksi melalui pertanyaan ini: apakah gereja kita saat ini mendorong kita semakin mengenal dan mengasihi Allah yang sejati sesuai dengan yang diberitakan oleh Alkitab?


Secara singkat, kita akan melihat 3 (tiga) tanda gereja yang sejati di bawah ini:

  1. Pemberitaan Firman secara benar. Gereja yang sejati harus berpegang teguh pada dasar kebenaran iman yang sejati, doktrin yang berdasar dari Firman-Nya, serta praktek hidup umat yang sepadan dengan Firman Tuhan. Apakah gereja tersebut percaya bahwa Alkitab adalah otoritas tertinggi? Apakah penafsiran Alkitab dijaga ketat oleh gereja? (2 Tim. 3:16-17, 2 Pet. 1: 20-21).

  2. Pelaksanaan sakramen-sakramen dengan benar (1 Kor. 11:27-29) yang tidak boleh dipisahkan dari Firman Tuhan. Prosesi pelaksanaannya pun harus dengan disiplin dan oleh orang yang dapat mempertanggungjawabkan iman dan perbuatannya di hadapan jemaat (1 Tim. 3:2-7, 2 Tim 2:24).

  3. Pelaksanaan disiplin dengan setia oleh gereja untuk menjaga kemurnian doktrin dan sakramen, serta mempertahankan kebenaran Firman yang sejati (1 Kor. 5:1-5).


Terlepas dari segala kesibukan kita dalam melayani keluarga dan juga masyarakat lewat profesi sebagai tenaga kesehatan, “panggilan keluar” untuk bertumbuh dalam pengenalan sejati akan Allah merupakan perintah Allah sendiri bagi setiap orang percaya, agar setiap orang percaya dipersiapkan Tuhan untuk menjadi kesaksian bagi kemuliaan Allah di tengah-tengah dunia. Pada akhirnya, kiranya artikel ini dapat mendorong setiap kita sebagai orang percaya untuk terlibat aktif, berkomitmen dan berakar dalam gereja Allah yang sejati untuk kemuliaan Allah semata. Soli Deo Gloria.


“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.”

Efesus 2:19-22


Sumber:

Berkhof, Louis. Teologi Sistematika. Volume 5: Doktrin Gereja. Penerbit Momentum, 2014.


30 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami

Dapatkan update artikel SAMARITAN terbaru yang dikirimkan langsung ke email Anda.

Daftar menjadi Samareaders sekarang!

Instagram
Facebook
Media Samaritan
Media Samaritan

 Media Samaritan 2022

bottom of page