5 Kiat dalam Mencari Pasangan Hidup
- dr. Kurnia Baraq, M.Med
- Feb 14
- 5 min read

Dalam dunia modern saat ini, institusi pernikahan terus dipertanyakan fungsi dan tujuannya, bahkan terus mengalami redefinisi secara tidak bertanggung jawab. Membicarakan tentang relasi pacaran pun kini memiliki banyak interpretasi yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang seseorang, terutama lingkungan di mana ia tinggal dan bersosialisasi. Ditambah lagi dengan suguhan begitu banyak gambaran alasan dan gaya berpacaran yang tidak sesuai dengan prinsip Firman Tuhan melalui tontonan, bacaan, sosial media, dan bahkan lingkungan sekitar yang tidak bisa terelakkan, semuanya itu akhirnya mengubah cara berpikir dan memandang seseorang dalam melihat sebuah relasi pacaran dan institusi pernikahan.
Sebagai seorang Kristen yang tinggal di Indonesia, tidak banyak (walaupun ada, dan ini topik yang berbeda) yang akan berargumentasi terkait relasi pernikahan antara pria dan wanita. Saat kita berbicara tentang relasi berpacaran, hal yang mendasar yang perlu kita pahami adalah tentang pernikahan. Perlu digarisbawahi bahwa relasi pacaran yang terjadi antara dua orang dewasa merupakan proses menuju pernikahan, yang adalah institusi yang diciptakan oleh Allah sendiri. Ya, pernikahan adalah desain dan rancangan Allah sendiri.
Kejadian 2:18, 22-24: TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Sehingga, tidak seharusnya kita memisahkan proses berpacaran dari pernikahan sebagai tujuannya. Berpacaran bukanlah semata-mata ketertarikan antara dua lawan jenis, terlebih lagi sebagai wadah untuk memuaskan nafsu. Namun, berpacaran merupakan bagian dari menuju pernikahan yang bukan hanya bertujuan sebagai alat prokreasi, tetapi juga relasional yang menggambarkan hubungan Kristus dan jemaat-Nya (Ef. 5:22-33). Bila pemikiran tentang pernikahan tidak menjadi dasar dari sebuah relasi pacaran, maka untuk apa berpacaran?!
Terlepas dari banyaknya aspek berpacaran yang dapat dibahas, artikel ini akan membahas tentang bagaimana sebaiknya orang Kristen menemukan pasangan hidup menuju pernikahan. Hal utama yang menjadi dasar dari proses pencarian pasangan hidup adalah bahwa Allah tidak menghendaki seorang Kristen menikah dengan orang yang bukan sesama orang percaya.
2 Kor. 6:14, Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
Berikut ini terdapat lima hal yang dapat dilakukan seseorang dalam mencari pasangan hidup.
Datanglah kepada Tuhan dalam doa.
Suatu waktu, seseorang bertanya tentang upaya apa yang dilakukan untuk mencari pacar, dan saya menjawab dengan berdoa kepada Tuhan untuk mempertemukan dengan orang yang tepat. Respon orang tersebut adalah tertawa. Hal ini mungkin terdengar aneh bagi banyak anak muda di luar sana, tetapi bagi kita sebagai orang percaya, berdoa adalah hal mendasar yang perlu dilakukan dalam mencari pasangan hidup. Filipi 4:5 mengingatkan kita untuk menyerahkan segala permohonan dan kekhawatiran kita kepada Allah, dan itu termasuk pasangan hidup. Tanyakan dan bermohonlah kepada Allah sebagai pencipta institusi pernikahan untuk mempertemukan kita dengan pasangan yang sepadan, yang kelak bersama dapat melayani Allah yang sejati.
Buat daftar kriteria pasangan.
Ini adalah hal praktis yang penting. Mengapa? Karena kita tidak ingin bertemu dengan sembarang orang, melainkan dengan pasangan hidup yang berkarakter ilahi. Namun, kriteria dasar tersebut sangat umum, bukan? Saat ini, terdapat hampir 280 juta orang di Indonesia. Maka dari itu, membuat daftar yang terdiri dari kriteria absolut dan relatif sangat dianjurkan. Selanjutnya, bandingkan daftar yang kita buat dengan prinsip-prinsip Alkitab. Jangan sampai kita kebingungan dan tertukar antara kriteria absolut (apa yang Allah kehendaki) dan kriteria relatif (apa yang kita inginkan). Sebagai contoh, kriteria absolut bisa berupa seseorang dengan karakter ilahi sejati, kedewasaan rohani, memiliki visi dan panggilan yang sama atau cinta dan melayani di Gereja yang sejati. Sedangkan, kriteria relatif bisa berupa sesama suku, secara fisik lebih tinggi, preferensi profesi tertentu dan sebagainya.
Teruslah bawa setiap kriteria dalam doa. Allah menghendaki kita untuk membawa segala keinginan kita kepada-Nya dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Ini berarti, tidak salah bagi kita untuk menginginkan suatu kriteria dari pasangan kita. Namun, dalam prosesnya, setiap kita harus meminta Allah untuk memurnikan segala keinginan kita, agar berpusat pada Allah dan kehendak-Nya, bukan diri sendiri. Pada akhirnya, kebanyakan orang akan memangkas banyak kriteria relatif ketika diperhadapkan dengan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan, karena Allah berkuasa mengubah hati dan pikiran kita agar selaras dengan kehendak dan panggilan-Nya.
Carilah pasangan di lingkungan yang benar.
Berdoa tanpa aktif bersosialisasi dan mencari tentu bukanlah yang dikehendaki Allah. Okay, tapi, kemana kita mencari? Bila seseorang ingin bertemu dengan seseorang yang memiliki ketertarikan terhadap permainan catur, maka bergabunglah dengan komunitas pecinta catur. Begitu pula, bila kita ingin bertemu dengan pria atau wanita yang percaya dan berkarakter ilahi, gereja dan/atau persekutuan Kristen adalah tempat yang tepat. Namun, hal ini tidak membenarkan tindakan pergi ke satu demi satu gereja atau persekutuan pemuda dengan tujuan utama mencari pasangan hidup. Aktiflah mencari di gereja di mana kita berakar dan bertumbuh di dalamnya. Dan, carilah seseorang yang juga berkomitmen sebagai anggota gereja yang berakar dan bertumbuh di dalam komunitas ilahi. Not just anyone at church.
Carilah nasihat dari sahabat dan teladan rohani.
Menilai pasangan seorang diri sangat mungkin membuat kita tidak objektif dan akhirnya salah dalam memilih pasangan. Komunitas yang bertumbuh dan dewasa dalam Tuhan dapat menolong kita melihat tanda-tanda yang negatif yang mungkin terlewatkan atau bahkan sengaja kita abaikan. Carilah nasihat dari pemimpin gereja, pasangan suami dan istri yang menjadi teladan dalam pernikahan mereka, dan/atau sahabat yang berkarakter ilahi. Mereka dapat dipakai Tuhan untuk menolong kita dalam menemukan pasangan hidup yang sesuai dengan prinsip kebenaran Firman Tuhan.
Persetujuan orangtua merupakan hal yang esensial.
Kehidupan keluarga Kristen berdasar pada ketaatan pada otoritas yang ditunjuk oleh Allah. Oleh sebab itu, persetujuan orangtua merupakan hal yang esensial yang tidak bisa diabaikan, bahkan di zaman modern ini. Kebijaksanaan orangtua dapat dipakai Tuhan untuk menunjukkan kehendak-Nya. Mungkin ada kondisi di mana orangtua bukan merupakan orang percaya, sehingga banyak pertimbangan mereka tidak berdasarkan prinsip Alkitab. Namun, meskipun itu berarti dibutuhkan waktu yang lebih lama dan kesabaran yang lebih panjang dalam menunggu persetujuan orangtua, percayalah bahwa Allah sanggup melembutkan hati setiap orang jika pasangan yang kita doakan adalah sesuai dengan kehendak-Nya.
Mencari dan menemukan pasangan hidup tentu tidaklah mudah, terlebih di tengah dunia yang memutarbalikkan definisi relasi pernikahan, mengabaikan kekudusan dengan menonjolkan aspek seksualitas dan nafsu sesaat, serta mengesampingkan komitmen seumur hidup demi kepentingan diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa institusi pernikahan harus dihadapi dengan keseriusan dan tanggung jawab penuh oleh setiap orang percaya. Teruslah membawa pergumulan pasangan hidup kita kepada-Nya, dan minta Tuhan untuk memberikan kita kepekaan dan ketaatan dalam mendengar dan meresponi jawaban Tuhan. Kiranya setiap kita dapat terus bersandar kepada kebenaran Firman-Nya dalam menemukan pasangan hidup yang sepadan dan sesuai kebenaran Alkitab, serta kelak dapat membangun sebuah keluarga ilahi yang dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya.
Sumber:
How Should Christians Go About Finding a Godly Spouse? https://learn.ligonier.org/podcasts/ask-ligonier/how-should-christians-go-about-finding-a-godly-spouse
Finding a Spouse https://learn.ligonier.org/devotionals/finding-spouse
Defining and Redefining Marriage https://www.reformedclassicalist.com/home/defining-and-redefining-marriage
Comments